Serangan Makhluk Santet

1.4K 86 3
                                    

Tanpa ragu Makhluk itu Menyerang keduanya. Ratih mencoba menahan serangan Makhluk itu, namun malang, lengan nya malah terkena cakaran makhluk itu hingga koyak.
Ratih yang meringis kesakitan, segera membaca beberapa mantra, meski ia tidak mempunyai pengalaman bertarung dengan makhluk ghaib, tapi Ratih beberapa kali telah mempelajari beberapa mantra yang telah di ajarkan oleh Eyang Brojo.

Sekuat tenaga Ratih berusaha menahan dan membalas serangan makhluk itu ,namun tetap saja ia tidak mampu untuk mengalahkan Makhluk itu. Kaki sebelah kanannya yang patah benar-benar menyulitkannya untuk membalas serangan makhluk itu. Sedangkan makhluk itu terus melontarkan serangannya.

Tiba-tiba ia merasakan sakit dibagian perut hingga kedada, seperti ada yang menusuk-nusuk dengan benda tajam. Lalu ia tersungkur jatuh kelantai, sambil terus memegangi perutnya. Rasa sakit itu teramat sangat sakit, Ratih merangkak memandang kearah kakek bersorban. Tubuhnya sudah teramat letih untuk menahan rasa sakit dan serangan demi serangan yang di lontarkan makhluk itu.

"Kakek, kenapa kau tidak melakukan sesuatu" ucap Ratih lirih menahan sakit.

Kakek tua bersorban dengan janggut putih dan pakaian serba putih itu diam menatap Ratih, mulutnya tertutup rapat namun pandangan matanya begitu tajam seperti menyorotkan sesuatu. Benar saja tak beberapa lama, muncul kilatan cahaya yang sangat menyilaukan. Kilatan cahaya itu melesat begitu cepat masuk kedalam tubuh Ratih dan seketika kakek tua itu menghilang entah kemana.

Bersamaan dengan hilangnya kakek tua bersorban itu, tubuh Ratih mendadak seperti ringan namun Sakit di bagian perut dan dadanya terasa semakin menjadi sakit, Ratih meraung berteriak kesakitan

"Arrrggghhh....!!!"

Suara teriakan kesakitan Ratih, membuat makhluk itu tertawa puas.

"Huahahahha...."

"Arrrragghh....!!!"

Ratih berteriak kesakitan,tubuhnya mengeliat menahan rasa sakit yang kali kali lipat daripada sebelumnya. Tak beberapa lama kemudian muncul beberapa paku dan jarum keluar dari dalam perutnya, bahkan ada sebuah potongan pisau yang telah patah keluar dari dadanya. Ratih meraung menahan sakit yang teramat sakit, sampai benda-benda asing itu perlahan habis keluar dari dalam tubuhnya.

Baru setelah benda-benda asing itu tidak lagi keluar dari dalam tubuhnya, Ratih merasakan tubuhnya jauh lebih baik. Perlahan ia pun bangkit, matanya menyiratkan kebencian untuk segera menghabisi makhluk itu. Ia berdiri tegak dengan salah satu kakinya sedikit menekuk karena patah akibat serangan makhluk itu sebelumnya.

Ratih membasuh mulutnya yang sedikit mengeluarkan darah dengan salah satu lengannya. Entah kekuatan apa yang ia miliki hingga tiba-tiba saja ia bisa mengerakkan sebuah keris hanya dengan menatapnya tanpa harus menyentuhnya . Keris pemberian Eyang Brojo itu bergetar getar ketika Ratih menatapnya, dan hanya dengan memusatkan pikirannya saja Ratih bisa melesatkan keris itu hingga menusuk bagiab perut Makhluk itu.

"Arrrrgghh !"

Makhluk itu berteriak berusaha membalas serangan Ratih, namun sebelum ia melontarkan serangannya, Ratih buru-buru kembali menyerang makhluk itu mengunakan keris Eyang Brojo berkali kali hingga makhluk itu tersungkur.

Ratih yang melihat makhluk itu mulai melemah berniat mendekatinya dan memberikan serangan terakhir. Namun ketika posisinya sudah begitu dekat, tiba-tiba saja makhluk itu dengan cepat mengulurkan tangannya mencengkeram erat leher Ratih.

"Eeerrrgh....!" Ratih menahan tangan makhluk itu yang ingin mematahkan lehernya.

"Huahahahhah...,matilah kau...!"

Braakkk !

Makhluk itu melempar tubuh Ratih dengan keras hingga membentur dinding. Ratih meringis menahan sakit, ia masih berusaha untuk bangkit, namun makhluk itu yang sudah sangat murka buru-buru mendekati tubuh Ratih dan kembali membanting tubuh Ratih ke atas meja, hingga meja kayu itu sedikit penyok saking kerasnya hantaman tubuh Ratih.

"Ah...a-aku tidak akan mati sebelum membunuhmu" ucap Ratih tersenyum sinis sembari kembali berusaha untuk bangkit, meskipun tubuhnya sudah benar-benar tidak memungkinkan lagi membalas serangan makhluk itu. Jangankan untuk membalas, menghindarinya saja mungkin akan sangat menyulitkannya. Beberapa bagian tubuhnya yang terluka telah banyak mengeluarkan darah, di tambah lagi tulang-tulangnya yang patah sangat menyulitkannya untuk berdiri dengan kokoh. Namun Ratih masih mempunyai tekad yang kuat untuk mengalahkan makhluk itu.

Ia melirik tubuh adik dan ibunya yang tak sadarkan diri. Mereka adalah tujuan utama dalam peperangan ini, keluarga yang sangat ingin ia lindungi,satu satunya harapan untuk meneruskan generasi keluarganya. Nyawanya sudah tidak penting lagi baginya, saat ini dia hanya ingin menyelamatkan keluarganya yang tersisa. Sepintas ia lalu mengingat wajah anaknya, yang saat ini berada bersama mantan suaminya. Ia takut jika Santet Pring Sedapur ini tidak di akhiri, maka Santet itu juga bisa menyerang anaknya di kemudian hari. Karena bagaimanapun Santet ini bukanlah sembarang santet.

Santet Pring Sedapur bisa menyerang siapa saja yang tinggal satu rumah atau orang yang makan di rumah tersebut, bahkan parahnya lagi santet ini juga bisa menyerang siapapun pelayat yang menyatakan bela sungkawa atau membicarakan korban santet ketika melayat di Rumah korban Santet Pring Sedapur. Oleh sebab itu, Ratih ingin mengakhiri rantai Santet Pring Sedapur agar tidak ada korban lain dari keganasan Santet ini.

Tubuh Ratih gemetar menahan segala sakit dan perih akibat luka di beberapa bagian tubuhnya. Pandangan matanya lalu tertuju pada sebuah untaian butiran manik-manik berwarna hitam pekat mengkilap yang tergeletak di lantai. Dengan sisa kekuatan supranatural yang masih ia miliki, Ratih mengerakkan beberapa bagian jarinya dan menarik untaian manik-manik itu ke tangannya.

Ratih kembali mengedarkan pandangannya mencari benda panjang pemberian Pria Musafir atau yang biasa di sebut Ki Pamungkas. Setelah beberapa saat matanya berpedar kesekeliling isi ruangan kamarnya, Ratih akhirnya menemukan benda itu di tumpukan kertas yang berserakah di lantai. Kali ini ia sudah tidak bisa lagi mengunakan kekuatan spritualnya untuk menarik benda itu kegenggamannya karena kondisi fisiknya yang semakin melemah.

Makhluk itu yang sedari tadi mengawasi Ratih mulai berencana kembali menyerang Ratih. Tubuh tinggi besarnya melesat ke arah Ratih dengan tangan besarnya yang bersiap memberikan cakaran kepada Ratih. Wanita itu mengelinding menghindari serangan makhluk itu , namun makhluk itu tidak dengan mudah melepaskan Ratih. Ia terus mengejar Ratih dan terus melontarkan serangan kepada Ratih. Beberapa serangan mungkin bisa di hindari tapi tidak sedikip pula serangan makhluk itu yang mengenaik tubuhnya.

Sampai akhirnya Ratih mampu meraih benda kuningan panjang berbentuk pengaris tipis dengan ukiran bahasa arab yang mungkin hanya bisa di pahami orang-orang tertentu. Dengan sisa kekuatan spiritualnya, Ratih menyalurkan energinya yang tersisa kedalam benda kuningan itu, hingga benda itu mengeluarkan kilatan cahaya berwarna kekuningan. Sedangkan Jemari tangan kanannya terus memutar manik- manik hitam berbentuk tasbih sambil membacakan sebuah wirid yang dia sendiri tidak menyadari kapan ia belajar membaca wirid seperti yang saat ini ia panjatkan.



Bersambung....

(Maaf ya lama updatenya karena ada sedikit kesibukan)😅
Mohon bersabar dan nantikan kelanjutan kisahnya.

Apakah Ratih mampu mengalahkan Santet Pring Sedapur atau seluruh keluarganya binasa ?😬

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang