Luka Tusuk

5.9K 223 13
                                    

Keseharian Sinta adalah membantu suaminya berjualan daging mentah di pasar. Setiap jam 02.00 dini hari Pak Sholeh mulai berangkat ketempat pemotongan daging dan ketika subuh semua dagangannya sudah di gelar dipasar. Sinta biasanya selalu datang jam 06.00 pagi untuk membantu suaminya, tapi kali ini ia sedikit terlambat karna kejadian aneh di rumahnya. Sebenernya Sinta ingin segera menceritakan apa yang baru saja ia temukan di depan teras rumahnya tapi ia urungkan niat itu karena melihat sudah banyak orang bergerumbul untuk membeli dagangan suaminya.
Pak Sholeh adalah satu-satunya penjual daging di pasar tempatnya berjualan . Pak Sholeh memang sengaja membeli semua lapak tempat berjualan daging agar tak memiliki pesaing. Mungkin hal itulah yang kerap kali membuat orang lain iri karena stand Pak sholeh selalu ramai dan di kerubutin orang.

Saat tengah sibuk menjuali orang tiba tiba sebuah tulang tanpa sengaja menusuk jari Pak Sholeh membuat darah segar bercucuran, beberapa pembeli bahkan menyarankan Pak Sholeh menghentikan pekerjaanya dan merawat lukanya tapi pak Sholeh hanya mengambil sebuah kail lap dan membebatkanya di jarinya supaya darahnya tak menetes.

Setelah lapaknya berasa sepi Sinta mulai mencoba cerita pada suaminya yang tengah menganti kain yang membebat luka tusukan tulang tadi

"Pak tadi di rumah ada kejadian aneh"

"Kejadian apa buk "

"Bapak tadi pas mau berangkat ke pemotongan gak lihat sesuatu yang aneh kah ?"

"Gak ada, emangnya kenapa sih buk ?"

"Itu lho pak pas tadi ibu mau berangkat ada putih-putih berserakah di teras rumah"

"Putih-putih apa'an ?"

" Ya gak tau pak, kayak tepung gitu"

"Mungkin anak-anak iseng"

"Anak siapa yang iseng lempar tepung ke rumah kita ? Anak tuyul ?" keluh Sinta kesal karna suaminya menganggap kekhawatirannya sebagai hal yang sepele

"Lha terus apa ?"

"Gak tau pak, tapi perasaan ibu gak enak"

"Udah gak usah terlalu dipikirin, mending cepet beresin ini lapak biar kita bisa segera pulang"

Sinta terdiam dan mengikuti arahan suaminya dengan segera membersihkan lapak jualannya. Lalu ia bersiap2 untuk pulang karena semua dagangannya sudah habis terjual, sedangkan Pak Sholeh masih harus mengirim beberapa pesanan daging ke beberapa pelanggannya.

Beberapa jam kemudian Pak Sholeh pulang dengan wajah pucat

"Bu...buk..!" panggil Pak Sholeh beberapa kali dengan keras

Sinta yang sedang asik bermain dengan cucunya di kamar Nana langsung menghampiri Suaminya

"Ada apa sih Pak teriak-teriak bikin Varo bangun aja"

"Bu, lihat ini kenapa tanganku jadi bengkak gini ya ?" tanya Pak Sholeh sambil menunjukkan jari tangannya yang bekas kena tusukan tulang tadi pagi

"Kok, bisa gitu Pak biasanya juga kalau kena tulang baik2 ajak gak sampe gitu, ibu jadi khawatir jangan2 ada orang yang mau usil sama keluarga kita"

"Hush, jangan bicara ngawur siapa juga yang mau usil sama keluarga kita orang kita gak pernah punya masalah sama orang lain"

"Mungkin tetanus kali bu" Seloroh Nana yang mendengar percakapan kedua orang tuanya

"Kamu itu mengada ada saja, mana ada kena tulang bisa tetanus hahhaha" jawab Pak Sholeh di iringi tawa

"Ya sapa tau aja lukanya kena kuman trus tetanus" Nana membela diri

"Tetanus itu kena benda2 tajam atau yang berkarat , lha ini bapak habis kena tulang mana ada tetanus?"

"Ya udah mending bawa kedokter aja pak mumpung belum tambah parah" usul Sinta

"Ah, gak usah luka gini aj masak di bawah kedokter "

"Lha sakit gak lho pak ? "Tanya Nana kemudian

"Ya biasa aja sih sakitnya ya kayak biasanya cuma heran aja kenapa bisa bengkak begini , coba olesin minyak tawon buk sapa tau bengkaknya ilang"

Sinta bergegas menuju tempat penyimpanan obat, ia mengambil sebuah botol minyak tawon yang isinya sudah berkurang setengahnya. Perlahan Sinta membuka kain yang membebat luka Pak Sholeh lalu mengoleskanya minyak tawon sembari memperhatikan lukanya yang ternyata cuma tusukan kecil tapi kenapa bisa bikin bengkak pikirnya,  kemudian kembali membebatnya dengan hansaplast . Sesaat setelah lukanya di obati Pak Sholeh mulai mengantuk dan terlelap tidur.

Menjelang Magrib tangisan Vero mulai nyaring terdengar, matanya selalu melihat keatas dan terus saja menangis seperti sedang dalam ketakutan. Keluarga itu kembali sibuk menenangkan Varo yang terus saja menangis sampai mereka mengabaikan Pak Sholeh yang merasa tubuhnya seperti terbakar. Pak Sholeh bahkan melepas seluruh pakaiannya dan hanya mengenakan sebuah sarung saja. Entah kenapa ia merasa cuaca hari ini sangat panas. Pak Sholeh berjalan keluar rumah berharap ada angin segar menerpa tubuhnya namun ia merasa tak ada angin sedikitpun di luar hingga ia memutuskan kembali masuk kedalam rumah yang ia rasa semakin panas saja , ia bahkan menyalahkan 2 kipas angin ke hadapanya tapi tubuhnya tetap saja berasa panas dan semakin panas saja.

"Bapak ini kenapa sih, daritadi mondar mandir mulu . Gak tau apa orang lagi binggung cucumu nangis terus itu lho" bentak Sinta yang mulai risih dengan tingkah suaminya.

"Gak tau nih bu kok cuaca jadi panas banget gini ya ?" jawab Pak Sholeh sambil mengipas ngipas tubuhnya mengunakan sobekan kardus bekas air mineral

"Panas dari mana orang dari tadi juga biasa aja, tiap hari juga cuacanya gini2 aja "

Sinta kembali sibuk menenangkan cucunya tanpa memperdulikan suaminya yang merasa tubuhnya seperti dalam oven.

"Besok bawa Varo ke Mbah Nem aja siapa tau ada yang keseleo biar di pijetin " saran Sinta pada Nana

"Iya bu, gak tau kenapa beberapa hari ini Varo rewel banget kalau malam padahal kalau siang dia baik2 aja dan selalu tidur dengan nyenyak"
Ucap Nana sambil menyodorkan botol susu ke mulut anaknya yang sedang menangis dalam gendonganya. Namun Bayi munggil itu menolak dan terus saja menangis tanpa henti.
Nana bahkan mebawanya mondar mandir dalam ayunan tanganya tapi Varo masih saja tetap menangis. Baru sekitar pukul 21.00 Varo mulai tenang dan tertidur. Sedangkan Pak Sholeh masih tetap saja bergelimpangan di lantai karna merasa tubuhnya sangat panas.

"Bapak ngapain tidur di lantai ?" tanya Sinta

"Panas banget bu tidur diatas kasur enak di lantai gini agak dingin "

"Bapak itu udah tua jangan sembarangan tidur di lantai pake 2 kipas angin lagi , ntar mlah jadi penyakit lho "

"Biarin aja bu daripada Bapak kepanasan "

"Ya udah terserah Bapak aja, ibu capek mau tidur"

Baru saja terlelap beberapa jam Pak Sholeh mulai merasakan sakit di kepalanya, ia merasa kepalanya seperti ditusuk tusuk ribuan jarum. Pak Sholeh memegangi kepalanya menahan sakit, ia menghampiri istrinya yang tengah terlelap. Pak Sholeh menepuk nepuk lengan istrinya

"Bu...bu...obat sakit kepala dimana ?"

"Cari aja di kotak obat"

Tanpa banyak kata lagi Pak Sholeh mencari kotak obat yang di tunjuk istrinya, ia mengambil sebuah obat sakit kepala dan langsung meminumnya . Hanya saja reaksi obat itu di rasa sangat lama membuat Pak Sholeh sulit memejamkan matanya kembali







Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang