Keadaan semakin Parah

1.3K 61 3
                                    

Sesampainya di rumah sakit Pak Sholeh sempat di abaikan tim medis beberapa jam lamanya karena kebanyakan dari mereka tidak tahan dengan aroma busuk yang di keluarkan dari luka kaki Pak Sholeh. Sampai akhirnya Nina dan Nana datang setelah menitipkan Varo pada salah satu kerabatnya.

Mereka sangat miris melihat kondisi Bapaknya yang di biarkan begitu saja di koridor Rumah Sakit tanpa ada satupun perawat atau Dokter yang menemani.

Dengan menahan mual, Nana menghampiri Bapaknya yang nampak lesu. Wajahnya terlihat pucat dengan bibir pucat yang mengering. Sudah bisa di pastikan kalau selama 2 jam sejak di bawah perawat kerumah Sakit , Bapaknya belum mendapatkan perawatan apapun.

"Pak, apa Bapak haus ?" Tanya Nana lirih.

Pak Sholeh mengangguk pelan sembari memaksakan membuka matanya melirik ke arah Nana sekilas.

Bergegas Nana pergi ke kantin Rumah Sakit, membeli beberapa botol air minum dan beberapa jenis makanan. Sedangkan Nina yang kesal langsung menghampiri salah satu petugas yang ia lihat di rumah sakit tersebut.

Nina yang emosian dan tidak sabaran pun sempat marah-marah kepada petugas Rumah Sakit karna sudah 2 jam  Bapaknya di abaikan begitu saja di Koridor Rumah Sakit. Mereka beralasan karena sedang menunggu dokter yang akan memeriksa Bapaknya. Namun Nina merasa alasan itu tidak cukup kuat  untuk mengabaikan Bapaknya yg sudah lemas entah menahan sakit atau sudah tidak berdaya lagi dengan kondisinya.

Nina tau betul alasan sesungguhnya mereka mengabaikan Bapaknya adalah karena mereka jijik dengan luka Bapaknya yang serta merta mengeluarkan aroma yang benar-benar busuk. Selain itu ribuan belatung juga pasti membuat mereka ngeri untuk melakukan tindakan medis.

Sampai akhirnya ada salah satu petugas medis yang dengan jujur menyatakan tidak sanggup dan memberikan surat rujukan ke Rumah Sakit yang lebih besar.

Disini Nina benar-benar kesal, kenapa tidak dari tadi saja mereka menyatakan tidak sanggup?. Kenapa baru sekarang mereka bilang tidak sanggup setelah menelantarkan Bapaknya beberapa jam. Sedangkan Nina merasa dirinya membayar rumah sakit untuk melakukan tindakan medis kepada Bapaknya, tapi pelayanannya sungguh tidak memuaskan.

"Dasar Rumah Sakit Sialan !" Umpat Nina kesal

"Sudahlah, kita pindah aja" ucap Nana menenangkan adiknya, meskipun dirinya sendiripun juga kesal dengan pelayanan Rumah Sakit tersebut.

"Aku sumpahin, keluarga mereka juga ada yang sakit" gerutu Nina masih belum puas meluapkan emosinya .

"Hush, jaga mulutmu !."

Setelah menunggu beberapa saat serta mengurus berkas-berkas yang perlu di tanda tangani. Pak Sholehpun di pindahkan ke Rumah Sakit yang lebih besar dan langsung mendapatkan perawatan medis.

Disini hati mereka benar-benar terkoyak setelah mendengarkan penjelasan dokter.

"Mengingat kaki Pak Sholeh sudah cukup parah, maka kami menyarankan untuk amputasi kakinya, karena  kalau di biarkan takut lukanya akan menyebar dan mengerogoti seluruh bagian tubuh lainnya"

"A-apa tidak ada cara lain ,dok ?" Tanya Nana gemetar.

"Luka di kaki Pak Sholeh sudah benar-benar parah dan membusuk, jika di biarkan takutnya Pak Sholeh bisa terinfeksi virus dari luka di kakinya"

Mereka sejenak berfikir, rasanya benar-benar tak rela melihat Bapaknya akan menjadi orang cacat sepanjang sisa hidupnya. Air mata mulai mengenangi kelopak mata Nana yang memang baperan.

"Bagaimana mbak ?" Tanya Nina serak.

"Entahlah, kita harus mendiskusikannya terlebih dulu bersama ibu dan Bapak"

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang