Melabrak Marni

2.2K 120 3
                                    

Plakk...!!

Suara tabokan yang begitu keras terdengar begitu nyaring di telinga orang-orang yang tengah berkumpul di teras rumah Marni

"Hei Mar, apa maksud kamu ngomongi keluarga saya hah!!!",
Suara lantang Sinta kepada Marni,sambil menjambak rambut Marni.

"Hah.. apa mbak saya gak ngerti?", jawab Marni sambil meringis menahan sakit.

"Sekarang kamu ngomong , apa yang kamu gosipin tentang keluarga saya !!", kata Sinta dengan nada sangat kesal.

"Heh..saya gak ngomong apa-apa mbak"
rintih Marni sembari memegangi tangan Sinta yang mencengkeram keras rambutnya.

"Bajingan kau ini, saya sudah baik sama kamu dan keluargamu. Sampe anakmu saja tiap hari saya belikan jajan tapi ternyata seperti ini balasanmu "
Sinta melempar kepala Marni hingga membuatnya hampir tersungkur di jalan.

Gerombolan ibu-ibu yang tadinya berkumpul di teras rumah Marni pada ketakutan melihat kemarahan Sinta. Merekapun bergerak ingin meninggalkan tempat itu karna tidak ingin terlibat dengan masalah Marni. Namun langkah kaki mereka terhenti ketika Sinta berteriak menghentikannya.

"Berhenti kalian semua !!"
teriak Sinta mengeleggar  sampai membuat tetangga di sekitar situ yang tadinya di dalam rumah pada keluar.

"Apa yang kalian dengar tentang saya dari mulut wanita bajingan ini hah !!"

"A...a..apa mbak kita gak dengar apa-apa kok " jawab seorang ibu bertubuh agak gemuk gemetaran.

"Kalian semua jangan coba-coba melindungi dia ya, kalau tidak ingin berurusan dengan saya" Ancam Sinta dengan mengangat satu jari telunjuknya ke arah muka ibu- ibu yang berada disitu.

Ibu ibu itu pada terdiam ketakutan, tidak ada satupun dari mereka yang berani melawan Sinta karna menurut mereka Sinta bukanlah lawan yang mudah untuk di hadapi. Selain postur tubuh Sinta yang tinggi besar di bandingkan mereka semua yang tingginya rata- rata di bawah bahu Sinta , mereka juga sadar ekonomi jika melawan Sinta yang bisa di bilang paling mapan di gang itu.

"Jangan kalian pikir selama ini saya diam karna tidak tau ya, saya sudah dengar dari beberapa orang tentang mulut busuk dia tapi saya masih tahan selama tidak menyentuh keluargaku"
Ucap Sinta dengan mata melotot

Para warga sekitar situ yang keluarpun tidak ada yang berani mendekat,mereka hanya saling berbisik dan melihat dari jauh keributan yang di buat Sinta. Sedangkan Marni tertunduk tak berdaya menghadapi amarah Sinta yang membara.

Sinta berjalan mendekati Marni yang ketakutan, amarahnya benar-benar tidak dapat ia bendung lagi.  Dengan kedua tanganya ia mendorong tubuh Marni sampai mundur membentur bangku yang mereka buat duduk untuk ngerumpi.

"Kamu miskin aja belagu . ingat ya jika saya benar-benar melakukan pesugihan seperti apa yang mulut busukmu itu tuduhkan maka orang pertama yang ingin saya jadikan tumbal adalah dirimu."
Ucap Sinta di depan muka Marni yang sudah berlinang air mata.

"Sekarang kalian semua masuk rumah saya dan cari apa yang wanita busuk ini tuduhkan kepada keluarga saya, jika benar saya terbukti melakukan apa yang bajingan ini katakan maka saya akan meninggalkan kan kampung ini tapi jika tidak terbukti maka saya akan merobek robek mulut orang yang memfitnah saya" kecam Sinta

"Engak mbak, kita percaya kok kalo mbak gak kayak gitu" ucap salah satu ibu berhijab dengan muka pucat.

"Hahahhaha, percaya ? Bisa saja mulut kalian sekarang bilang percaya tapi kalau saya tidak bisa membuktikan nanti juga akan ghibah lagi" ucap sinta sambil berjalan mengelilingi ibu- ibu yang ada di situ.

"Ayo sekarang kalian periksa rumah  saya !" Sinta menarik tangan dua ibu-ibu lalu menyeretnya masuk kedalam rumahnya.

"Gak perlu mbak, beneran kok kita percaya"
ucap salah satu ibu yang tanganya di tarik Sinta tapi Sinta tidak memperdulikannya dan terus menarik tangannya sampai masuk ke dalam rumahnya.

"Ayo...!! Sekarang kalian periksa seluruh isi rumah saya, periksa setiap detail ruanganya"
bentak Sinta membuat kedua ibu ibu itu pun pasrah dan menuruti permintaan Sinta.

Beberapa menit kemudian mereka telah berkumpul di depan teras rumah Sinta dan menyatakan tidak ada apa apa di rumah Sinta atau sesuatu yang mencurigakan seperti ruangan khusus atau semacam alat untuk melakukan pesugihan. Sinta pun meminta mereka untuk menjelaskan apa yang mereka telusuri di rumahnya pada ibu-ibu yang lain bahwa yang selama ini dituduhkan kepada keluarga Sinta itu tidak benar karna tidak ditemukan sedikitpun bukti bahwa Sinta melakukan ritual pesugihan.

Sinta kembali mendekati Marni , ia mencengkeram kedua pipi Marni dengan jari-jarinya membuat pipi Marni saling berhimpit dan memonyongkan bibirnya.

"Sekali lagi saya dengar sesuatu yang buruk tentang keluarga saya dari mulut busukmu itu maka saya akan benar-benar merobek mulutmu. Cuuuiiiiih !!!"
Sinta meludahi muka Marni lalu pergi meninggalkan tempat itu.

Marni membasuh ludah Sinta yang mengotori mukanya dengan air mata yang berderai. Ia sudah tidak sabar menunggu suaminya pulang untuk mengadukan penghinaan yang di lakukan Sinta terhadapnya.

"Aku bersumpah untuk membalasmu,aku bersumpah akan membuat dirimu menderita" gumam Marni di tengah tangisnya.

.
.
.
.
.

Hari berganti hari, minggu berganti minggu setelah kejadian itu sudah tidak lagi terdengar berita buruk tentang keluarga Sinta. Isu tentang keluarganya yang melakukan pesugihanpun mendadak menghilang.

Sampai suatu ketika suami Marni pulang dari perantauan. Marni langsung mengadukan perihal perlakuan Sinta waktu lalu terhadapnya. Dengan derai air mata Marni bercerita bahwa selama suaminya di perantauan dirinya diperlakukan tidak baik oleh Sinta. Bahkan dia telah dianiaya Sinta dan merasa sangat terhina atas perlakuan Sinta terhadapnya. Ia sangat malu di perlakukan seperti itu di depan banyak orang bahkan sampai meludahi wajahnya.

Sontak saja suami Marni yang mendengar cerita pilu istrinya itu menjadi sangat murka. Suami mana yang rela istrinya di perlakukan seperti itu oleh mantan majikannya. Terlebih lagi Marni juga menambahi omongan yang bukan bukan untuk menyulut emosi suaminya.

Marni bercerita seakan akan dia tidak bersalah dan malah justru dirinya yang di fitnah oleh Sinta. Suaminya pun akhirnya terbakar oleh ucapan istrinya dan segera menghampiri Rumah Sinta yang kebetulan pada saat itu Sinta sedang tidak ada di rumah karna sedang  menemani proses persalinan Nana di rumah sakit.

Suami Marni berteriak teriak di depan Rumah Sinta mengumpat dan mencaci maki. Padahal saat itu yang ada di dalam rumah hanya Pak Sholeh dan Ratih yang tengah tertidur.

Ratih yang tidur di lantai ataspun terbangun, ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 10.49 . Sudah hampir tengah malam tapi masih ada saja orang berisik yang menggangu waktu tidurnya. Ia pun beranjak dari tempat tidurnya berjalan menuju balkon untuk melihat siapa orang yang berisik di jam istirahatnya.

Santet Pring SedapurTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang