Part 19 Tangisku

507 43 0
                                    

udah ih!" Ria mencubit lengan Lili, pasalnya ia tak berhenti ketawa sedari tadi." awsss sakit Ri!" Lili mengusap lengannya yang dicubit oleh Ria. "abisnya elo ih" Ria mengerucutkan bibirnya memutar arah duduknya menjauh dari Lili.

" ih Cantik, Lili tuh!" Ria tak ubahnya anak kecil yang sedang mengadu pada ibunya.

" cup cup cup anak gue nih, siapa yang buat hah!" Cantik yang berperan seolah ibu-ibu yang siap membela anaknya.

" berani kok sama anaknya, sama kasurnya dong!" ucap Cantik seraya menunjukkan bukan otot melainkan lemak dilengannya.
Tawa mereka pecah, ah lagi-lagi hal sederhana yang membuat kita bahagia.

*****

~aku tetap mencintai dalam keadaan apapun itu, aku mencintaimu tanpa syarat namun terikat. Jangan terlalu lama pergi aku sendiri tak tahu cara menjaga hati~

" Ria pulaaaang"

" loh sayang kok gak bilang-bilang kan bisa dijemput Uda!" Ria menghampiri Alya lalu menyalaminya.

" gpp kok Uni tadi Ria nebeng bareng Saski. Uni, Uda mana?" Ria yang memang sudah sangat merindukan abang tercintanya itu.

" Uda tadi masih dikamar, kayaknya kecapean Ri!" Ria hanya menghela nafasnya, pasalnya ia sangat ingin bercengkrama dengan Zein, tapi apa boleh buat ia tetap harus mengerti bahwa Zein sedang istirahat sekarang.

" oke deh Uni, aku kekamar dulu ya!" Ria berlalu meninggalkan Alya yang masih setia menonton sinetron kesayangannya. Sesampainya dikamar ia merebahkan tubuhnya dikasur yang sudah 3 hari lamanya ia tinggalkan. Namun fikirannya kembali mengingat kejadian saat camping dimalam terakhir.

****

*flashback on

" lo sengajakan ngerencanain ini semua!" Ria tak tahu mengapa Indro bisa semarah ini.

" gue juga gak tahu Ndro, tadi gue cuma dapet pesan katanya disuruh ngumpul disini" Ria berkata dengan kebenaran, ia tak tahu mengapa ada pesan yang sama untuknya dan Indro.

" Halah! mana ada maling yang mau ngaku" lagi-lagi Indro tak memberi Ria ruang untuk menjelaskan semua yang terjadi. Ria hanya terdiam dan menatap Indro dengan tatapan sendu.

" mungkin memang dulu gue jahat Ndro, dulu gue biangnya masalah. Tapi apa gak ada ruang lagi dihati lo untuk percaya sama gue Ndro" Indro hanya menatap Ria dengan wajah datarnya.

" gue tau Ndro kesalahan gue dimasa lalu itu gak bisa dimaafkan, tapi gue bener-bener mau berubah. Gue mau jadi Ria yang dulu, Ria yang selalu ada buat lo Ndro!"

" Ria yang selalu ada buat gue, najis tau gak gue denger omong kosong elo!"

'deg'

Seperti dihujam pedang tepat dihati, Ria merasakan sakit yang teramat mendengar perkataan Indro untuknya. Ria hanya bisa menangis, ini bukan kemauannya. Tetes bening ini jatuh tanpa ada yang mengizinkannya. ia mengumpulkan keberanian untuk menatap wajah Indro, Pria yang selalu ia utamakan bahkan dari dirinya sendiri.

" Indro, gue cuma mau bilang kalau gue akan menjadu rumah buat elo. Ndro lo boleh pergi kemanapun elo mau, dengan siapa pun itu. tapi, kalau lo merasa lelah gue disini Ndro. Lo bisa datang kapan pun elo mau. Gue selalu ada buat lo" Ucap Ria yang diiringi dengan isak tangisnya," tapi kalau rumah ini lo tinggalkan terlalu lama, lo tau sendiri apa yang bakal terjadi. gue pamit" Ria berlari meninggalkan Indro yang masih berusaha mencerna perkataan Ria.

Ria menangis sejadi-jadinya, tanpa ada seorang pun yang tahu bagaimana hancurnya ia malam ini. "tante maafin Ria, Ria gak bisa jaga amanahnya tante dengan baik" Ucap masih dalam tangisannya.

* flashback off

" Ria, Ria!" sayup-sayup ia mendengar suara panggilan. Saat ia mebuka matanya Zein sudah berada disampingnya.

" Kamu kok nangis, mimpi buruk ya?" Zein mengusap jejak air mata yang berada dipipi adik tersayangnya itu. Ria hanya terdiam sejenak, ia bingung ingin menceritakan ini atau merahasiakna semuanya kepada abangnya itu. Ria memeluk Zein dengan sangat erat dan tangisan pilu itu kembali lagi.

" loh kamu kenapa? ada yang sakit?" Zein membelai lembut surai hitam milik Ria. Ria yang masih dalam isakan memandang Zein, " Ria rindu tante Nilam, U Uda". Zein mengeratkan pelukannya, " besok kita ziarah ya, udah jangan nangis terus Uda ikut sedih nih!" Zein paling tak bisa melihat wanita yang ia sayang menangis. Ah, ia sangat lemah dengan tangisan wanita.

~berbahagialah, aku hanya menjadi pengamat yang bijak. Tak penah mengganggu, tak akan mengusik. karena bahagiamu adalah milikmu~

Bantu like n vote ya cerita aku :)

Kisah Ku  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang