Part 33 Jadian

421 31 0
                                    

Keesokan harinya Ria dan yang lainnya pergi liburan kepuncak. Lesty, Beben dan Indro ikut menumpang dimobil Ria. Selama diperjalanan Ria mengahabiskan waktunya untuk tidur. Lesty jangan ditanya, ia sudah tertidur dari awal mobil bergerak. Zein yang fokus menyetir sesekali mencuri pandang pada Ria yang masih tertidur pulas. Ia juga melihat ke arah Indro yang sering menatap wajah Ria. Zein bisa menyimpulkan jika Indro masih mencintai Ria. Dibelakang monil Zein ada Joko dan teman lainnya yang ikut menyusul. Stelah hampir 5 jam perjalanan, mereka berhenti untuk beristirahat sekaligus makan siang. Selesai makan dan menunaikan shalat zuhur mereka kembali melanjutkan perjalanan.

" eh Ri, main tebak-tebakan yuk!" Beben mengajak Ria bermain namun Ria tak meresponnya. " Ri, Riaaa" Beben sedikit memajukan tubuhnya agar bisa melihat wajah Ria, " eh buset dah, ni anak pelor juga" pantas saja Ria tak menjawab ternyata ia sudah tertidur sedari tadi.

" udah Ben kalian tidur aja nanti kalau udah sampe Uda bangunin"

" siap Uda" reaksi Beben seperti prajurit yang menerima perintah dari atasannya.

Hanya keheningan yang menemani Zein sedari tadi, ia membiarkan Alya tidur karena ia tak mau istrinya merasa kelelahan, apalagi Alya tengah hamil muda.

" Sayang bangun!" Zein membangunkan Alya yang masih tertidur dimobil.

" huuuaaa" Alya menguap dan melihat sekelilingnya. " loh kita udah sampe?" tanya Alya.

" iya sayang, kita istirahat dulu ya" ajak Zein.

~sampai kapan rindu ini menyiksa Tuhan, bukannya aku tak menerima kenyataan hanya saja aku rindu~

Disaat semuanya sedang istirahat Ria memilih untuk berjalan-jalan mengelilingi villa itu. Ria duduk ditepi danau yang ada didekat vilanya. Entah kenapa akhir-akhir ini bayangan Lili selalu hadir dibenaknya.

" Li, gue rindu " lirih Ria.

Ria menangis dalam kesendiriannya saat ini. Sungguh kekosongan yang ia rasakan setelah kepergian Lili belum bisa ia atasi. Ia memang tertawa bercanda namun dibalik itu semua ada luka yang masih menganga. Sesaat ia merasakan ada sesuatu yang menyentuh bahunya,

"Indro?" ucap Ria dengan sisa isakannya.

Indro menatap Ria dengan tatapan sendunya tanpa mengatakan apapun, ia menarik Ria kedalam pelukannya. Alhasil tangis pilu itu hadir kembali, Ria menangis sejadi-jadinya didada bidang Indro. Indro membiarkan Ria melepaskan kesedihan yang selama ini ia pendam.

" lepasin semuanya Ri, gue ada disini buat elo" sesekali Indro mengelus punggung Ria yang bergetar akibat menangis. Ria masih hening dalam tangisnya, hanya suara isakan yang terdengar.

" sakit Ri hati gue liat elo begini" batin Indro.

Indro hanya bisa mengamati Ria yang sedari tadi duduk disampingnya dengan tatapan yang kosong. Indro mengambil tangan Ria lalu menggenggamnya,

"Ri gue mau ngomong sesuatu ke elo" Indro menatap intens wajah manis Ria.

Ria menatap manik hitam milik Indro ia bisa merasakan keseriusan Indro saat ini. Ria hanya mengangguk sebagai jawaban dari ucapan Indro.

" Ri, gue tau mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi gue cuma bilang kalau plis jangan tinggalin gue" Indro sedikit menahan ucapannya, ia takut jika Ria menolaknya.

" ini gue udah ada disamping elo Ndro" Ria memang belum faham dengan arah pembicaraan Indro. Sesaat Indro mengumpulkan keberanian untuk mengucapkan isi hati yang selama ini mengganggunya.

" jadi pacar gue Ri" Indro sedikit menunduk, ia terlalu takut untuk menatap manik coklat milik Ria.
Ria tersenyum, lalu menarik dagu Indro agar menatap wajahnya.

" elo nembak gue Ndro?" Ria menatap wajah Indro yang terlihat sangat tegang.

" iya Ri, tapi gue gak maksa kok Ri" Indro sudah menyangka jika Ria belum bisa menerima dirinya kembali mengingat apa yang sudah ia lakukan pada Ria. Ria hanya terdiam memandang wajah Indro yang tampak jelas raut kesedihannya.

" Ndro, gue gak tau mau mulai dari mana, tapi yang pasti rasa ini masih sama" Ria tersenyum manis sembari menatap wajah tampan Indro. Indro terkejut mendengat penuturan Ria,

" jadi, elo mau Ri?" Indro meyakinkan dirinya kalau ucapan Ria tadi benar. Ria mengangguk dengan antusias.

' grep '

Indro untuk kedua kalinya menarik Ria kedalam pelukannya. Kaki bukan tangis pilu melainkan air mata bahagia yang jatuh membasahi pipi indah Ria.
"gue janji Ri, gak akan nyia-nyiain kesempatan ini" ucap Indro masih dengan posisi memeluk Ria.

~Rumah sepi itu kini menemukan pemiliknya, ia telah kembali bukan hanya untuk menempati namun merawat dan menjaganya~


Hai Readers yang terhormat.
jangan lupa vote dan komennya ya
biar aku tambah semangat :)
Makasih

Kisah Ku  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang