Part 21 Menolongmu

463 41 0
                                    

Saat Ria tengah asik bernyanyi, tiba-tiba Lampu ruangan yang mati secara tiba-tiba membuat Ria berhenti bernyanyi. Ia berlari kearah pintu, namun ia mendapati bahwa pintu itu sudah terkunci. Ria sontak langsung berteriak dan berusaha membuka pintu itu, walau ia tau usahanya akan sia-sia.

" tolong!" Ria berteriak dengan tangisnya yang sudah pecah.

" pliss bukain pintunya" ia terus memukul pintu itu dan berharap ada orang yang mendengarkannya.

" gue takut" Ria punya fobia dengan kegelapan wajar saja jika saat ini ia sangat ketakutan. Keringat dingin sudah membasahi setiap jengkal tubuhnya. Ria mulai kehilangan keseimbangan, lututnya yang sudah tak mampu menahan beban tubuhnya. Kini Ria hanya terduduk lemas. Rasa takutnya membuat ia tak berfikir jernih,

" oh, shit!" Ria merutuki dirinya sendiri yang sedari tadi tak menyalakan ponselnya. Ruang eskul yang memang didesain tanpa ventilasi ini justru menyulitkannya, hanya kegelapan yang bisa ia lihat saat ini. Dengan sisa tenaga yang ada ia mencoba mencari tas miliknya guna mencari ponsel miliknya.

' prang '

Ria malah menyenggol benda yang menyebabkan benda itu jatuh dan menimbulkan suara yang amat nyaring.

" aaaaa" teriaknya.

" tolongin gue pliss" Ria terduduk lemas dengan posisi memeluk lututnya. Tiba-tiba ponselnya berdering menandakan ada panggilan yang masuk, sontak Ria langsung mengambil ponselnya  yang masih berada didalam tas. Tanpa melihat siapa yang memanggil Ria mengangkat panggilan itu.

" halo, tolongin gue, gue kekunci diruang eskul musik, plisss"

******

renang mulu lo, sehat kagak kembung iya" Baim berlalu meninggalkan Cumi yang sering menghabiskan waktunya untuk berenang. Cumi seakan tak memperdulikan ucapan Baim. Renang adalah hobi Cumi yang baru ia tekuni selama hampir 5 tahun. Setelah puas Cumi pun bersiap-siap untuk pulang. Namun saat melewati ruang eskul ia mendengar sepeti suara benda yang jatuh. Saat ia semakin mendekati ruang itu, sayup-sayup ia mendengar suara wanita yang sedang menangis.

" siapa disana?" Cumi mencoba memastikan apakah ada orang didalam ruang itu. Dugaannya benar, ia mendengar suara wanita yang meminta tolong.

" tolong! plisss tolongin gue!" Ria langsung berlari kearah pintu.

" tunggu, menjauh dari pintu biar gue dobrak" Cumi mencoba mendobrak pintu itu, percobaan yang ke 5 barulah pintu itu berhasil ia terbuka. Setelah pintu terbuka ia melihat sosok wanita yang tak lain adalah Ria. Ria berlari mendekati Cumi dan langsung memeluknya. Dengan tubuh yang bergetar dan masih dalam isakan Ria memeluk Cumi.

" takut!" ucap Ria dengan nafasnya yang tak beraturan.

" lo kok bisa disini ha!" Cumi mengusap lembut punggung Ria, berharap bahwa dapat memberinya sedikit ketenangan. Namun Ria tak menjawab ia masih menangis dalam pelukan Cumi.

" kenapa hati gue sakit ya Ri, kalau liat lo begini. Apa gue bener-bener udah jatuh cinta sama elo" Cumi membatin.

Setelah Ria sudah tenang, Cumi mengantarkan Ria pulang. Cumi melirik Ria sekilas dari kaca spion motornya. Ketakutan masih tergambar jelas diwajah imutnya.

~senyummu inspirasiku, tolong jangan hilangkan itu. Aku pun tak tahu kapan rasa ini mulai tumbuh, yang aku tahu aku lemah jika kau rapuh~

" aku gak enak banget sama Ria!" Santi bergelayut manja dilengan Roni. Roni yang sudah tahu arah pembicaraan Santi pun mulai berfikir. " aku juga bingung yang, tapi kok si Indro begitu banget ya sama Ria?"

Roni yang memang tak habis fikir dengan sahabatnya yang satu itu, baginya Ria memang sudah berubah dan ia melihat sendiri bagaimana ketulusan Ria terhadap sahabat-sababatnya yang lain. Hal itulah yang membuat Roni mau memaafkan Ria, toh semua orang punya kesempatan yang sama. Nabi saja mau memaafkan kesalahan umatnya, apalagi ia yang hanya berstatus manusia biasa.

~ jangan hanya karena mengedepankan egomu, kau kehilangan sesuatu yang amat berharga~

Kisah Ku  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang