Hampir seminggu sudah Ria dirawat, kondisinya mengalami peningkatan. Bahkan dokter membolehkan ia pulang dalam beberapa hari kedepan.
" cepet sembuh Ri, ntar kita atur jadwal!" ucap Cantik antusias.
" mau kemana hah!" Zein yang sedari tadi diam kini bersuara.
" hayo loh diplototin Uda lo!" Lesty meledek Cantik yang kini tersenyum simpul kepada Zein.
" becanda Uda" ucapnya dengan sedikit keraguan.
" Uda juga becanda Cantik!" Zein mencubit gemas pipi gembul Cantik. Alhasil membuat Cantik tersipu malu.
" dih sama Uda aja baper" ledek Santi yang melihat pipi Cantik yang bersemu merah kala Uda mencubitnya.
" ihh Santi" Cantik mencubit lengan milik Santi hingga sang empunya mengaduk kesakitan.
" sakit!" Santi mengusap lengannya yang memerah akibat ulah cantik.
" kalau marah berarti beneran nih" Wulan tak mau kalah menggoda sahabatnya itu.
Ria hanya tersenyum memandangi sahabatnya yang tengah asyik bercengkarama.
~ini yang akan kurindukan suatu saat nanti, tertawa bersama meski dengan hal yang sederhana~
" banyak amat beli coklat Ndro?" Joko yang heran melihat Indro memasukkan berbagai jenis coklat dikeranjang miliknya.
" buat nyonya lah " jawab Indro santai.
" buset! Karies ntar tuh gigi nyonya" Joko hanya menggeleng-geleng melihat tingkah aneh Indro.
' ting' Suara notif pesan dari ponsel Indro.
Indro membuka pesan itu yang ternyata dari Zein,
( Ndro buruan kerumah sakit ya )
" siapa Ndro" Joko yang melihat Indro senyum-senyum bak orang yang sedang kasmaran.
" abang ipar gue" kekeh Indro sembari berjalan menuju kasir.
" dih!" Joko hanya tersenyum melihat sikap Indro, setidaknya ia sudah kembali ceria. Hal itu sudah cukup bagi joko.
~apapun itu asalkan kamu bahagia, aku pun bahagia ~
" assalamualaikum" ucap Indro seraya membuka pintu ruang rawat Ria.
'bruk' Indro menjatuhkan barang belanjaan miliknya yang tadi ia beli.
" Uda? ini ada apa?" Indro yang heran melihat pemandangan yang tengah ia saksikan.
" Ndro" Zein langsung menghampiri indro yang masih berusaha memahami apa yang tengah terjadi. Zein langsung memeluknya, " ikhlasin ya Ndro, Ria udah tenang" ucap Zein yang sedari tadi sudah menangis.
" maksudnya apa Uda, tadi Ria baru wa aku kalau dia minta coklat" Indro berusaha menahan tangisnya.
" Ria udah gak sakit lagi Ndro" Zein masih mengeratkan dekapannya pada Indro. Seseorang yang sudah dianggap layaknya adik oleh Zein.
" Riaaaa" Indro berlari mendekati brankar Ria, tubuh Ria yang sudah tertutup dengan kain putih. "gak, gak mungkin Ri. Ri aku udah bawain pesanan kamu, ayo kita makan sama-sama" Indro memandang wajah pucat milik Ria.
" Ri, Riaaa" tangisnya yang sedari ia tahan pecah. " aku gak mau sendiri Ri" Indro berlutut disamping brankar Ria.
Alya mendekatinya sambil memeluknya dari belakang.
Alya mendekatinya sambil memeluknya dari belakang.
" Indro ikhlasin ya, Ria udah tenang disana" Alya berusaha menguatkan Indro, walaupun sebenarnya ia sangat terpukul karena Ria adalah salah seorang yang selalu mensupporr dirinya. Adik ipar yang menjadi layakny adik kandungnya. Ria juga orang yang selalu berhasil membuatnya tertawa disaat moodnya sedang hilang.
" Uniii, In Indro gak bisa" ucap Indro dengan isakan.
" kamu kuat Ndro" Alya merangkul tubuh Indro yang sepertinya hilang kekuatan. Indro terduduk lemas dilantai.
Bagai dihujami duri tepat didasar hatinya, sesaat penghilatannya menggelap.
' bruk'
Indro tak sadarkan diri, " ya Allah, yah bantuin" Alya memanggil Zein untuk mengangkaat tubuh Indro yang jatub dilantai. Zein membaringkan tubuhnya di sofa yang ada diruang itu. Dokter meminta izin untuk membawa jenazah Ria guna mensucikannya. Zein juga berpamitan untuk mengurus segala urusan dan biaya rumah sakit. Karena rencananya siang ini juga Ria akan dikembumikan.
Kabar ini sudah terdengar hingga ketelinga para sahabatnya, mereka menanti kedatangan Ria dirumah duka. Sambil menyiapkan persiapan untuk pemakaman siang ini." masa ia harus kehilangan 2 sahabat kita dalam tahun ini Lan" Santi memeluk tubuh Wulan yang sudah terisak sedari tadi.
" gu gue juga gak ikhlas San" Wulan memeluk erat tubuh Santi, mereka saling menguatkan satu sama lain.
" gue gak tau kedepannya bakal gimana, sepi banget hidup gue Lan" ucap Santi yang masih berada dipelukan Wulan.
" tapi biar gimana pun mereka udah tenagn disana San" Wulan mengusap punggung Santi yang bersandar ditubuhnya.
Sekitar hampir dua jam mereka menanti, ambulan pun tiba dirumah duka. Tangis mereka lagi-lagi pecah kala melihat kerenda yang membawa jenazah Ria keluar dari ambulan.
" Wulan, bilang ini mimpi buruk gue" Cantik menangis sejadi-jadinya.
" Riaaa" Santi pun tak sanggup melihat tubuh Ria yang terbaring kaku.
Joko yang sedari tadi mencari keberadaan adiknya, entah mengapa hatinya tak tenang mengingat terakhir kali ia tau bagaimana bahagianya Indro yang akan bertemu Ria.
Tak lama Indro masuk dengan dibantu oleh Zein, ia tak punya kekuatan bahkan hanya untuk berdiri tegak." astaghfirullah dek!" Joko membantu tubuh Indro yang hampir hilang keseimbangan.
" Jok!" Indro berhambur kepelukan Joko dan entah untuk kesekian kalinya tangisnya pecah.
joko membawa Indro untuk duduk bersama dihadapan jenazah Ria guna membacakan Yasin untuk Ria. Indro mulai membaca yasin, air mata itu kembali tumpah kala memandangi wajah pucat Ria yang sudah tak bernyawa.
~aku tak tahu harus mulai dari mana, aku hancur~
Hai Readers yang terhormat.
jangan lupa vote dan komennya ya
biar aku tambah semangat :)
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Ku [ END ]
Teen FictionRia Andriyani, seorang wanita yang hanya butuh keadilan namun diperlakukan layaknya seorang penjahat yang kejam. Wanita lemah yang hanya butuh kaish sayang, ia hanya butuh sedikit perhatian dari para teman-temannya. Seorang wanita yang hanya ingin m...