Hening itulah yang menggambarkan suasana pemakaman Lili. Baim seorang manusia es yang selama ini dikenal orang berhati batu, namun ia juga tak kuasa menahan tangisnya kala melihat kekasih hatinya sudah terbaring tak bernyawa. " Li" lirihnya sambil memegang batu nisan yang bertuliskan nama Lili disana.
Santi menatap pusara Lili dengan tatapan kosongnya, ia tau selama ini sering terjadi pertengkaran antara dirinya dan Lili tapi entah mengapa justru ia merasa hidupnya sangat tak berarti tanpa adanya Lili. Itulah yang namanya kehilangan, akan terasa apabila sudah terjadi perpisahan.
" Li, lo yang tenang disana tungguin gue" Santi menghapus jejak air matanya.
Setelah mengirimkan doa untuk Lili mereka semua beranjak pulang. Namun Ria memutuskan untuk singgah sebentar ke makam Nilam. Ia sempat membeli karangan bunga mawar putih untuk pusara Nilam.
" Assalamualaikum tan" lirih Ria.
" Ria bawain tante bunga ini, semoga tante suka ya" Ria mengusap lembut nisan itu. Setelah puas dia bercerita, Ria memutuskan untuk pulang. Namun ia merasa ada yang memegang tangannya.
" Indro?" Ria heran melihat Indro yang ternyata masih berada disana.
'grep' Indro menarik Ria kedalam pelukannya. " maafin gue Ri".
Ria yang merasa heran langsung melepaskan pelukan itu. " lo gpp kan Ndro?" ucap Ria dengan tatapan sendunya.
" maafin gue Ri, gue banyak salah sama elo" Indro kembali memeluk Ria. Ria masih belum bisa memahami apa yang sebenarnya terjadi.
" lo gak salah Ndro, jadi gak usah minta maaf" Ria mengusap punggung Indro.
" gak gue banyak salah sama elo Ri" Indro menatap intens wajah Ria, matanya sembab karena terlalu banyak menangis. Ia tetap bisa melihat wajah Cantik Ria yang terbalut dengan hijab berwarna hitam yang senada dengan baju yang Ria kenakan.
~entah harus bahagia atau berduka, aku pun tak tau mereka hadir secara tiba-tiba~
****
" Ri, lo mau kan jadi sahabat gue lagi" Indro menggenggam tangan Ria. Ria hanya mengangguk sambil tersenyum tipis. Lagi-lagi Indro menarik Ria kedalam pelukannya.
" maafin gue yang bodoh ini Ri" bisik Indro pada Ria yang mulai terisak. Indro menghapus air mata yang menghiasi wajah teduh Ria.
" Ri, gue anter elo pulang ya" dan Ria hanya mengangguk lalu pergi mengikuti langkah Indro.
~apakah ini awalnya, aku bukan tak bahagia. Hanya ingin menyadarkan diri bahwa akan ada rasa kecewa yang siap menanti disana~
sudah sebulan dari kepergian Lili, Ria masih merasa ada yang kosong dalam ruang hatinya. begitu juga Santi dan Wulan. Namun mereka semua berusaha saling menguatkan satu sama lain. Tak ada gunanya juga terlalu berlarut dalam kesedihan, Lili juga tak butuh itu. pastinya ia akan merasa bahagia jika melihat sahabatnya bahagia.
" Ri, jadi pergi kepuncak?" Santi memecah keheningan yang melanda.
" kepuncak?" Cantik tampak sangat antusias.
" kayaknya jadi San, Uda udah nyiapin semuanya" jawab Ria sembari mengaduk-aduk mie ayam miliknya yang baru sampai. " kalian jadi ikut?" lanjutnya sambil menyantap mie ayamnya.
" jadi" Wulan tampak sangat bersemangat, " sekalian mau rayain ultahnya Joko"
" boleh banget tuh " tukas Lesty.
Sepulang sekolah Ria dan yang lainnya pergi belanja, sekalian mencari perlengkapan untuk Liburan nanti. setelah puas berbelanja mereka memutuskan untuk makan di kafe.
" halo mi" Santi menjawab sambungan telpon yang berasal dari maminya. Namun ekspresi santi kali ini tidak bisa ditebak, Ria dan yang lainnya hanya saling pandang karena penasaran dengan percakapan yang terjadi antar ibu dan anak itu. Setelah Santi menutup telponnya, Wulan berani membuka suara untuk bertanya, " San, are you okay?" dengan sangat hati-hati Wulan bertanya pada Santi. Santi masih diam, ia hanya menggelengkan kepalanya sambil menunduk.
" udah San gpp kalau lo ga", " Lili gak murni kecelakaan!" Santi memotong ucapan Ria yang belum selesai. Ucapan Santi sontak membuatnya semua yang ada disitu terkejut.
" ma, maksud elo?" Ria mencoba mencari pembenaran dari Santi.
" tadi mami telfon katanya ada yang sabotase mobil yang Lili pakek pas hari kecelakaan itu" Santi berusaha tegar kala mengingat apa yang menimpa saudaranya sebulan yang lalu.
" ya Allah Li" Ria menahan sesak didadanya, tapi ia sendiri sudah berjanji untuk tidak menangisi kepergian Lili. Ia tahu betul bagaimana Lili yang membenci setiap tangis yang hadir diwajahnya. ia tak mau Lili malah membencinya.
" jadi pelakunya udah ditangkap atau gimana?" Wulan penasaran siapa sebenarnya yang melakukan hal keji itu.
" lagi diusut sama polisi, semoga ditangkep tu orang biar hukuman mati" jawab Santi dengan sedikit terbawa emosi.
Pukul 16.15 Wib mereka pulang kerumah masing-masing. Ria pulang diantar oleh Indro yang kebetulan lewat saat Ria ingin memesan gojek. Semenjak kejadian dimakam bulan lalu, persahabatan keduanya kembali. Ria tak mau merusak persahabatannya, maka dari itu dia masih memendam semua rasanya. Ia tak mau kehilangan Indro untuk kedua kalinya karena keegoisannya.
Hai Readers yang terhormat.
jangan lupa vote dan komennya ya
biar aku tambah semangat :)
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Ku [ END ]
أدب المراهقينRia Andriyani, seorang wanita yang hanya butuh keadilan namun diperlakukan layaknya seorang penjahat yang kejam. Wanita lemah yang hanya butuh kaish sayang, ia hanya butuh sedikit perhatian dari para teman-temannya. Seorang wanita yang hanya ingin m...