Part 51 Sadar

454 32 0
                                    

" Ri bangun yuk, katanya mau liburan kepantai ntar aku ajarin kamu berenang" Indro menatap wajah pucat Ria yang tertutupi oleh alat bantu pernafasan. Tak ada respon dari Ria, matanya masih terturup rapat, hanya terdengar suara dari mesin elektrokardiograf yang menunjukkan grafik detak jantung Ria.

" Ria, plis jawab aku" ucap Indro dengan tangis yang tak dapat ia tahan. Indro menciumi setiap jengkal jari jemari milik Ria.

" Ndro" Zein menyentuh bahu milik Indro. Indro sontak memandang wajah Zein," balik yuk biarin Ria istirahat dulu kamu juga harus istirahat". Indro menurut ia pun kembali bersama Zein dan Alya untuk pulang. Mereka menjaga Ria secara bergantian.

~jangan pergi, kembalilah aku rindu~

" Ria, plis jawab aku" ucap Indro dengan tangis yang tak dapat ia tahan. Indro menciumi setiap jengkal jari jemari milik Ria.

" Ndro" Zein menyentuh bahu milik Indro. Indro sontak memandang wajah Zein," balik yuk biarin Ria istirahat dulu kamu juga harus istirahat". Indro menurut ia pun kembali bersama Zein dan Alya untuk pulang. Mereka menjaga Ria secara bergantian.

3 hari sudah Ria koma belum ada tanda-tanda bahwa Ria akan sadar. Selama itu pula Indro terus berada disamping Ria.

" nih makan Ndro" Joko yang baru tiba memberikan sekotak nasi untuk makan siang Indro.

" iya ntar gue makan" Indro masih setia memandangi Ria.

" makan dulu Ndro" Joko menarik lengan Indro untuk mengajak makan bersama. Indro pasrah memang cacing diperutnya sedari tadi sudah berontak karena kelaparan. Selesai makan Joko pamit mau menjemput Wulan. Indro kembali dengan aktifitasnya menanti Ria bangun dari komanya.

" Ri tau gak, senyum kamu itu adalah senyuman termanis yang pernah aku liat" Indro mengajak Ria bercerita seolah-olah Ria bisa mendengarnya. Ia terus bercerita sampai ia merasa ada sesuatu yang aneh. Ada pergerakan yang ia rasakan saat menggenggam jari Ria. Benar saja perlahan Ria membuka matanya.

" Indro" lirih Ria dengan terbata-bata. Indro sedikit terkejut dan ia juga sangat bahagia karena inilah yang ia nantikan.

" Ri, Ria?" Indro menggenggam tangan mungil Ria. Ria merasa heran melihat kekasihnya itu menangis, " kamu kok nangis Ndro?" Ria mengusap lembut jejak air mata yang jatuh dipipi Indro.

" aku gpp kok Ri, aku panggil dokter dulu ya" Indro berlari memanggil dokter agar bisa memeriksa kondisi Ria.

Setelah diperiksa dokter Ria pun dianjurkan untuk beristirahat. Indro langsung mengabari Zein tentang kabar Ria yang sangat menggembirakannya.

" Ri, aku takut banget waktu kamu dinyatain koma" Indro menumpahkan keluh kesahnya kepada Ria yang setia mendengarkan ceritanya.

" Ndro  kalau misalnya aku pergi kamu ikhlas?" Indro terdiam berusaha mencerna ucapan Ria barusan, " kamu mau liat aku menderita Ri?" Indro sedikit emosi dengan pertanyaan Ria yang sangat tak ingin ia dengar.

" kalau aku pinginnya liat kamu bahagia terus, tapi"

" bahagia aku itu kami Ri" Indro memotong ucapan Ria.

" Ndro tapi kamu juga harus tau bahwa dunia ini luas, jadi kamu gak bisa stuck di aku aja" Ria berbicara sambil menatap langit-langit ruangan itu.

" ih Riaaa" Indro menjatuhkan kepalanya kelengan milik Ria.

" Ndro, kalau misalnya aku gak ada aku mohon bahagia terus ya" Indro langsung menaikkan kepalanya untuk menatap wajah Ria.

" Ri, aku gak mau ih dengar kamu ngomong gitu lagi" ucap Indro yang kini mulai menangis.

" cup cup" Ria mengusap pipi Indro yang lagi-lagi basah akibat dirinya.

" jangan ngomong gitu lagi" Indro merengek bak anak kecil yang meminta permen.

" iya aku janji" Ria tersenyum melihat tingkah lucu sang pacar.

Indro merebahkan kembali kepalanya dibrankar milik Ria. Ria membelai rambut hitam milik Indro. Hingga Indro tertidur sambil memegang tangannya.

~ entah sampai kapan aku bisa jaga kamu, Indro~

Kisah Ku  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang