Part 36 Aku Kecewa

338 26 0
                                    

Setelah kejadian di kantor polisi beberapa hari lalu, mereka mendapat kabar bahwa Raquel dipindahkan sementara kerumah sakit jiwa. Sejak kejadian itu pula Ria menghindari Indro. Ia kecewa mendengar kebenaran bahwa Indro lah yang menjadi dalang dibalik tersebarnya video ia dan Beben saat di Kafe beberapa waktu lalu.

'kalau bukan karena lo nyebarin video itu, Lili gak mungkin semarah ini sama gue!' kata-kata Raquel terus terngiang-ngiang dikepalanya.
" bodoh, bodoh, bodoh!" Indro memukul kepalanya sendiri.

" aaaaaggrhhh" Indro tak mengerti mengapa ini semua terjadi, ia tak berniat merugikan siapapun apa lagi Ria. Namun saat itu rasa cemburu membuatnya tak berfikir jernih.

* flashback on

" jadi video itu ulah elo?" Ria tak mau menatap wajah Indro. Jujur ia sangat kecewa mengetahui hal itu.

" Ri, gue gak maksud" Indro mencoba meraih tangan Ria. Namun dengan cepat Ria menepisnya.

" gue kecewa Ndro, dan gue gak tau, apa gue masih bisa maafin elo!" Ria hendak pergi, namun langkahnya terhenti kala tangan kekar Indro melingkar di perutnya.

" Plis ri maafin gue" lirih Indro yang masih memeluk Ria dari belakang.

" sorry Ndro, kasih gue waktu " Ria meninggalkan Indro yang masih mematung memandangi tubuh Ria yang perlahan menghilang. Indro menangis sejadi-jadinya, tak tau rasa apa yang kini ia rasakan.

*flashback Off

" Ri maafin gue" lirih Indro dengan air mata yang sudah membasahi wajahnya.

' ckrek'

Pintu kamar terbuka, Joko mendekati Indro yang sudah seharian mengurung dirinya dikamar.

" makan dulu!" ucap Joko sambil membawa sepiring nasi serta lauk untuk Indro.

" gak selera makan jok!" Indro menarik selimut menutupi sampai wajahnya.

" Ndro, lo udah 2 hari gak makan. Lo mau dengar ocehan ibu lagi hah" Joko menarik selimut yang menutupi seluruh tubuh Indro.

" gue gak nafsu!" Indro menarik paksa selimut yang berada ditangan Joko.

" gue bakal bantu elo Ndro, kan gue udah janji" Joko meletakkan piring tersebut diatas meja yang berada disamping ranjang Indro. " tapi lo juga harus nurut sama kata gue" Joko pergi meninggalkan Indro yang masih bersikeras tak mau makan.

~aku memang tak terbiasa hidup tanpanya, tapi aku akan coba untuk belajar mengikhlaskannya~

" Tan, maafin Ria. Mungkin Ria gak bakal bisa ngelanjutin amanah tante" Ria meletakkan bunga mawar putih yang ia beli sebelum ke pemakaman.

" Indro udah buat Ria kecewa tan, Ria gak tau apa bisa maafin dia atau gak?" pandangannya mulai kabur karena cairan kesedihan sudah memenuhi matanya.

'tes'

Butir itu jatuh, Ria tak bisa membendungnya lagi.
" tan, aku rindu!"

******

Sementara itu,

"gue pamit Li" Cumi meletakkan sebuah karangan bunga mawar yang dititipkan Baim padanya. Sebenarnya ini rutinitas Baim, namun karena berhubung Baim ada urusan mendadak. Ia meminta Cumi untuk mengantarkan bunga itu.

Disaat Cumi hendak pergi ia melihat seorang yang sangat familiar baginya.
" Ria!" Cumi mendekati Ria yang masih menangis sambil memeluk makan Nilam
.
" kak Cumi" ucap Ria sesaat sebelum ia hilang kesadaran diri.

" Ri, Riaaa" Cumi berlari menghampiri Ria yang sudah tak sadarkan diri.

" Ri" Cumi menepuk-nepuk pipi mulus Ria. Banyak jejak air mata yang mebasahi pipinya. Tanpa fikir panjang Cumi mebawanya pergi ke klinik terdekat yang ada disana.

Dokter yang memeriksa Ria sudah keluar, Cumi langsung menghampirinya, "gimana dok?" Cumi merasa khawatir dengan keadaan Ria.

" dengan siapanya pasien?" tanya dokter yang bernametag Ihsan itu.

" saya abangnya dok" Cumi sedikit berbohong, ia tak mau memperpanjang pembahasan yang tak penting baginya

" kondisinya baik-baik saja, cuma ia terlalu banyak fikiran, dan kalau saya lihat sepertinya adik kamu pernah mengalami benturan dikepalanya. Mungkin ini salah satu penyebab alasan ia mudah pingsan kalau lagi banyak fikiran" jelas dokter Ihsan pada cumi.

Setelah menebus biaya perawatan Ria, cumi kembali melihat Ria yang masih tertidur dibrankarnya.

" bukannya elo udah bahagia ya Ri" Cumi menggenggam tangan Ria. Ia mengelus kepala Ria yang kini terbalut hijab berwarna biru muda.

" Ri gue sayang sama elo!" Cumi menciumi tangan Ria yang sedari tadi ia genggam. Perlahan Ria membuka matanya, ia melihat ada Cumi yang duduk disamping brankarnya.

" kak Cumi?" Ria langsung medudukkan tubuhnya.

" eh Ria" Cumi ingin membantu Ria, namun Ria menolaknya. Cumi bisa melihat ekspresi Ria yang tampak sangat kebingungan.

" tadi elo pingsan waktu dimakam" sebelum Ria bertanya Cumi sudah menjawabnya.

" makasih kak, maaf ya lagi-lagi aku ngerepotin kakak" Ria merasa tak enak hati, pasalnya ini udah kesekian kalinya Cumi menolongnya.

" gpp Ri, mungkin emang gue ditakdirkan jadi penolong elo"

~lagi-lagi kita dipertemukan oleh takdir Tuhan, aku harap bukan hanya sebuah pertemuan namun takdir yang menyatukan kita~


Hai Readers yang terhormat.
jangan lupa vote dan komennya ya
biar aku tambah semangat :)
Makasih

Kisah Ku  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang