Ria yang tengah asik bercanda dengan Indro pun berhenti sejenak. Kedatangan Santi mengalihkan fokus Ria. Santi yang masuk kekelas dengan langkah gontainya. Para temannya sudah memaklumi kenapa ia bersikap demikian. Santi langsung merebahkan kepalanya diatas meja.Setelah mendapat anggukan dari Indro, Ria beranjak untuk menghampiri Santi. Ria hanya bisa memandangi tubuh Santi yang sepertinya tak punya semangat. Ria mengelus pucuk kepala Santi.
" San" Ucap Ria lembut kepada Santi. Santi memalingkan wajahnya kearah Ria yang kini sudah duduk disampingnya.
" mau sampe kapan hmm" Ria masih mengusap lembut kepala Santi.
" gue bingung Ri, gue juga gak tau harus gimana?" Santi mengeluarkan uneg-unegnya.
" iya San, gue faham tapi setidaknya semua bisa dibicarain baik-baik sama Roni" Ria menatap intens wajah cantik Santi.
" gue harus gimana Ri" Santi membenarkan posisi duduknya.
" jumpain Roni, turunin ego elo terus bicarin deh jalan tengahnya sama Roni" Ria berusahah meyakinkan Santi kalau memang inilah solusi dari masalahnya.
" gue gak mau elo ngalamin kayak gue dulu San" Ria mengingat hal yang pernah menimpa ia dan Indro di masa lalu. Santi nampak memikirkan apa yang Ria katakan.
Ria mengambil tangan Santi dan menggenggamnya. " lo harus perjuangin sesuatu yang lo cinta".
Santi memeluk Ria, baginya ucapan Ria ada benarnya. Roni adalah satu-satunya pria yang bisa memahami bagaimana dirinya dengan segala kekurangan yang ia punya.~diamku bukan karena hilang peduli, hanya saja aku terlalu malu untuk mengakui bahwa aku rindu~
" assalamualaikum" Ria langsung masuk kedalam rumah, ia sangat terkejut karena mendapati pemandangan yang sangat tak ramah untuk anak remaja seusianya. " astaghfirullahal'azhim" Ria berucap dengan nada yang sedikit ia buat-buat.
" eh pak haji, udah pulang" Zein membenarkan posisi duduknya yang sedari tadi merebahkan diri diatas pangkuan Alya.
" ish ish, sangat tidak baik untuk dijadikan teladan" ucap Ria sembari melangkah menuju kamarnya. Alya hanya mengulum senyum pasalnya Ria berbicara seperti menirukan gaya berbicara Roma Irama.
Zein yang sudah mengambil aba-aba untuk mengejar Ria langsung berlari. Ria sontak langsung berlari menaiki anak tangga, namun naas karena terburu-buru kakinya tersandung anak tangga.
" awh!" Ria mengaduh kesakitan.Zein langsung menghampiri adiknya dengan rasa bersalah. " kamu gpp Ri?" Zein melihat kaki Ria yang terdapat luka memar akibat kejadian yang baru saja menimpanya.
" awss! sakit Uda" lirih Ria dengan mata yang sudah berkaca-kaca karena menahan rasa sakit dikakinya.
" obatin dulu yang" Alya memberikan obat merah untuk mengobati kaki Ria. Zein langsung mengobati kaki Ria sambil mengelus lembut kakinya yang memar. Zein berinisiatif menggendong adiknya, karena ia merasa bersalah.
" Uda kebawah dulu ntar kalau perlu sesuatu wa Uda aja ya" mendengar ucapan Zein, Ria hanya terkekeh.
" Uda, Uda lebaynya gak ketulungan deh, aku ini tuh cuma keseleo doang loh bukan lumpuh" Beo Ria.
" iya tapi kan tetap aja kaki kamu"
" ssttt harap tenang, bentar lagi juga aku bisa kopral kok Uda" Ria memotong ucapan Zein yang belum terselesaikan.
" oke deh, tapi tetap aja kalau mau apa-apa bilang ke Uda oke!" Zein mengacungkan jempol kearah Ria yang masih tersenyum memandangnya.
Setelah kepergian Zein ia melihat kakinya, ia baru ingat jika besok ada praktek pelajaran olahraga srta ulangan matematika, " aduh gimana nih!" Ria menepuk jidatnya sendiri. Ia bisa membayangkan bagaimana ekspresi horor pak Ryan nantinya.
keesokan harinya Ria berjalan kesekolah dengan langkah yang tertatih-tatih. Meskipun sudah dilarang oleh zein tapi tetap saja Ria tak mau meninggalkan pelajaran apalagi ini ulangan.
" Ria, kaki lo napa Ri?" Wulan langsung menghampiri Ria untuk membantunya berjalan.
" biasalah main kucing-kucingan sama Uda!" Ria hanya tersenyum mengingat kejadian semalam saat ia terjatuh ditangga.
" ada-ada aja sih" Wulan membantu Ria berjalan sampai dikursinya.
" Ri, mana lukanya?" Indro yang baru datang langsung menghampiri kekasihnya. Ia sudah tau kejadian Ria jatuh karena semalam Ria sudah memberitahunya.
" gpp Ndro, cuma memar aja kok" Ria tersenyum kepada Indro.
" beneran?" Indro masih merasa khawatir dengan kondisi kaki Ria. Ria hanya mengangguk sambil tersenyum, " makasih" ucap Ria sambil menatap manik hitam milik Indro.
" makasih, buat?" Indro merasaa heran dengan ucapan Ria tadi.
" makasih udah selalu ada buat aku" Ria terkekeh kecil kala melihat wajah Indro yang tersipu malu.
" udah ah balik, lama-lama diabetes deh gue disini" Wulan pergi menuju mejanya. Ia merasa sedikit jengkel karena pagi-pagi sudah disuguhi kebucinan sahabatnya sendiri.
~ Makasih senantiasa hadir mengisi kisahku, Indro~
Hai Readers yang terhormat.
jangan lupa vote dan komennya ya
biar aku tambah semangat :)
Makasih
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Ku [ END ]
Teen FictionRia Andriyani, seorang wanita yang hanya butuh keadilan namun diperlakukan layaknya seorang penjahat yang kejam. Wanita lemah yang hanya butuh kaish sayang, ia hanya butuh sedikit perhatian dari para teman-temannya. Seorang wanita yang hanya ingin m...