" heh kenapa sih lo?" Joko heran melihat adiknya itu yang sudah seharian tidak keluar kamar dari sepulang sekolah sampai malam ini. Indro menyembunyikan wajahnya dibalik bantal berharap Joko tak melihat kalau ia menangis.
" eh, lo sakit?" Joko meraba kepala Indro yang tak panas. Karena ia penasaran, Joko menarik paksa bantal yang menutupi wajah Indro. Joko heran melihat mata sembab Indro, " lo nangis?" ia merasa khawatir dengan keadaan Indro.
" gue gpp!" hanya dua kata itu yang keluar dari mulut Indro.
" lo kalau ada masalah cerita sama gue" Joko masih setia menunggu Indro untuk berbicara padanya.
" gak cuma lagi rindu mami aja" Indro tak sepenuhnya berbohong, saat ini ia memang sanagat merindukan maminya. Namun ada hal lain yang membuat hatinya kacau beberapa hari ini.
" kalau rindu mami doakan, jangan nangis dia cuma butuh doa dari elo Ndro, bukan air mata" Joko menepuk lembut pundak Indro sebelum pamit pergi.
kruuuk'
" aduh laper lagi!" Indro merasakan perutnya yang tak bisa diajak kompromi. wajar saja ia belum makan dari siang, bahkan jam istirahat pun ia tak membeli apapun karena ia malas bertemu dengan Loly. Indro memutuskan untuk keluar untuk membeli makan sambil menikmati angin malam. Setidaknya ia bisa menenangkan sedikit suasana hatinya yang sedang diserang rasa kecewa. Indro memarkirkan motornya tepat pada sebuah kafe yang terletak ditengah Ibu Kota.
" mas pesan matchalattenya satu ya" setelah memesan ia hanya fokuss bermain ponsel miliknya. ia membuka galeri foto lama yang sudah lama tak pernah ia lihat. ada sebuah senyum yang terukir diwajahnya. Ia memadangi gambar almarhum maminya, ia terus menscroll album itu sampai tangannya berhenti. Ia mendapati fotonya dan maminya serta seorang wanita yang dulu sangat dicintai oleh maminya. Siapa lagi kalau bukan Ria.
" kenapa sih Ri, harus buat gue kecewa" Indro meletakkan ponsel miliknya.
' kring '
Pintu kafe terbuka, menampilkan sepasang insan yang tengah bercanda tawa.
" loh mereka kok disini?" Indro berusaha menutup wajahnya dengan buku menu kafe tersebut.
" eh Ri mau pesan apa?" Beben mengambil posisi duduk tepat di belakang mejka Indro.
Ria membuka buku menu yang ada dimeja, " aku matchalatte aja deh Ben".
" minum doang Ri?" Beben juga masih fokus menatap buku menu " katanya steak disini enak loh" lanjut Beben.
" boleh deh" Ria meletakkan buku menu yang ia pegang. Beben langsung pergi memesan makanan untuknya dan Ria.
' Ri, lo beneran ngedate bareng Beben?' Lili mengirimkan pesan singkat pada Ria. Ria memang sudah memberitahu Lili bahwa ia akan jalan bersama Beben malam ini.
' ya gak lah Li, kan udah gue bilang tadi cuma makan doang' Ria membalas pesan Lili.
' tapi kan elo tau kalau Beben itu suka sama elo, gue cuma takut nanti dia ngarep lebih dari elo Ri' Ria tersenyum membaca pesan Lili, ia tahu betapa pedulinya Lili padanya.
' kalau iya juga gpp kali Li, kan gue jomblo'
Tanpa Ria sadari kalau Beben sedari tadi sudah duduk dihadapannya. Beben terus memperhatikan Ria yang masih tersenyum sambil menatap layar ponsel miliknya.
" Ri jangan senyum, ntar gue diabetes" Ria hanya tersenyum mendengar perkataaan Beben yang sering ia dengar.
" bisa ae lo Ben" Ria menepuk lengan kekar Beben.
" Ri"
" hmmm" Ria masih fokus menatap layar ponselnya tanpa mengalihkan pandangannya kearah Beben.
" Will you be mygirlfriend?" Beben mengarahkan seikat bunga mawar merah kehadapan Ria.
Ria hanya terdiam, ia masih berharap bahwa ini hanyalah bagian dari candaan Beben. Namun bukannya berhenti Beben justru berlutut dihadapan Ria. Ria menarik tubuh Beben agar kembali berdiri, lalu ia menggenggam tangan milik Beben. Ia menatap lekat manik hitam milik Beben.~ sanggupkah aku memulai semua ini?~
Hai jangan lupa vote dan komennya :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Ku [ END ]
Teen FictionRia Andriyani, seorang wanita yang hanya butuh keadilan namun diperlakukan layaknya seorang penjahat yang kejam. Wanita lemah yang hanya butuh kaish sayang, ia hanya butuh sedikit perhatian dari para teman-temannya. Seorang wanita yang hanya ingin m...