Part 41 Kembali menyatu

311 25 0
                                    

aku pamit Ri" Indro berbalik arah menghampiri Nilam yang masih tersenyum kepada Ria. Lambaian tangan Indro yang menghilang seiring dengan cahaya putih yang menyilaukan pandangan Ria.

" Indro!" Ria sedikit berteriak sehingga mengejutkan Zein yang berada didekatnya.
Ria menghela nafasnya yang tak beraturan. Zein  yang tengah membaca Alqur'an pun langsung menghampiri Ria.

" kenapa Ri?" Zein memandang wajah Ria yang dipenuhi keringat. Ria memperhatikan sekelilingnya  lalu ia menatap wajah Zein.

" Uda, Indro gimana Uda?" Ria menggenggam tangan Zein yang masih menatap wajahnya. Zein meletakkan Alquran yang sedari tadi ia baca.

" tadi sih Joko nelfon operasinya berjalan lancar tapi kamu ketiduran, jadi Uda gak mau ganggu kamu dulu" jelas Zein pada Ria.

Ria bisa bernafas lega, pasalnya semua peristiwa yang  tadi menghantuinya, ternyata hanya mimpinya saja. Baru saja hendak bergegas dari mushalla dering telpon Ria berbunyi ia melihat nama Wulan yang tertera dilayar ponselnya.

Tiba-tiba Ria teringat mimpi buruk yang menimpanya tadi, tanpa mengangkat panggilan dari Wulan, Ria langsung berlari bahkan ia meninggalkan Zein yang masih berada di mushalla. Ria langsung menerobos masuk ke ruang rawat Indro yang tak terkunci

'deg'

" Indro!" lirih Ria. Ria langsung berlari memeluk Indro yang masih terduduk lemah dibrankarnya.

" Ria, loh kok kamu nangis?" Indro mendengar isakan tangis Ria yang masih memeluknya.

" maafin aku Ndro!" Ria mengeratkan peluknya pada Indro.

" awss, sakit Ri" Ria memeluk Indro terlalu erat sampai menyentuh luka tusukan yang ada di punggung Indro.

" eh, maaf Ndro" Ria langsung melepaskan pelukannya. Joko dan Wulan yang berada disana perlahan menarik diri, mereka faham Ria dan Indro butuh ruang untuk  berdua. Ria menatap dalam wajah Indro yang tetap tampan walau tampak sedikit kurus.

Ria menatap dalam wajah Indro yang tetap tampan walau tampak sedikit kurus.
" Ndro, makasih ya" Ria tersenyum manis kepada Indro.

"  makasih? Buat?" Indro tak faham mengapa Ria berterimakasih kepadanya.

" karena udah hadir didunia aku" Ria mencubit gemas pipi Indro. Indro tertawa renyah mendengar gombalan ala Ria.

~ jika dengan rasa sakit bisa mengembalikan senyum itu untukku, aku ikhlas menerimanya asalkan kau kembali padaku~

" ayo dikit lagi Ndro" Ria mengarahkan satu sendok bubur untuk Indro.

" udah Ri, kenyang banget aku" Indro menolak suapan bubur dari Ria.

" Ndro kamu tau gak?" Ria memasang raut wajah seriusnya. "petani nanam padi panas-panas, belum lagi di jemur. Terus digiling dipabrik sama buruhnya. Dikemas, dijual sampai kerumah kita, dimasak dengan sepenuh hati"

"kayak malika aja" Indro memotong ocehan Ria.

" issh Indro, intinya tuh ya, udah segitu panjang perjalanannya tapi kamu masih sia-siain dia" Ria memandang iba ke arah sesendok bubur yang ada ditangannya.

Indro tertawa gemas melihat wajah imut Ria. " iya aku makan, aaaaa" Indro membuka mulutnya layaknya balita yang menanti suapan dari ibunya.

" uuuu good boy" Ria mengusap lembut pucuk kepala Indro bak ibu dan anak.

~ andai waktu bisa kuhentikan aku ingin kita seperti ini saja bisa tertawa bahagia walau dengan hal yang sederhana~

Hampir 1 minggu sudah Indro dirawat selama itu pula Ria selalu ada disamping Indro. Sepulang sekolah ia selalu datang kerumah sakit untuk menjenguk kekasih hatinya itu. Setiap hari ia memasak agar Indro tak bosan dengan makanan dari rumah sakit.

" Assalamualaikum!" Ria mendapati Indro yang masih tertidur. Ia tak ingin mengganggu Indro yang tengah beristirahat. Ria meletakkan makanan yang ia bawa diatas meja disamping brankar Indro. Ia merapikan kamar Indro yang sebenarnya sudah rapi. Disaat Ria sedang asyik menyapu ternyata Indro sudah bangun. Namun ia memilih untuk mengamati Ria sedari tadi.

" eh Indro" senyum Ria pada Indro yang masih setia menatapnya.

teruslah tersenyum karena itu senyummu adalah semangatku

" Ri bosen, keluar yuk!" Indro menarik tangan Ria yang masih sibuk dengan kegiatan berbenahnya. Ria menuruti keinginan Indro, selama Indro sakit Ria memperlakukan Indro bak raja. Apapun yang menjadi permintaan Indro ia kabulkan selagi ia mampu mengabulkannya.

" Ri tutup mata kamu!" Indro menutup wajah Ria dengan tangannya.

" buat apa Ndro?" Ria masih menatap wajah Indro dengan wajah bingungnya.

" nurut aja deh" Indro memasang wajah imut bak anak kecil.

" oke oke" Ria terkekeh, Ria selalu menyerah melihat tingkah manja Indro yang selalu ia tampakkan jika ingin memohon sesuatu kepada Ria. Saat Ria mulai memejamkan matanya ia merasakan deru nafas Indro yang berhembus tepat di telinganya. Tak lama ada sesuatu yang menyentuh tengkuk lehernya.

" Oke buka mata kamu" Indro mengambil posisinya semula. Betapa terkejutnya Ria kala melihat sebuah kalung indah yang melingkar indah dilehernya.

" Ndro, ini buat aku" Ria masih berusaha meyakinkan dirinya. Anggukan Indro menjadi jawaban dari ketidak yakinan Ria.

' grep'

Ria langsung memeluk Indro yang sedari tadi tersenyum kepadanya. " makasih " Ria tersenyum lebar, sampai menampakkan barisan gigi putih miliknya. Indro membalas hangat pelukan Ria.

" Ri" Indro menatap manik indah milik Ria.

" iya" Ria tak menopang dagunya dengan kedua tangan, hal itu berhasil membuat Indro merasa malu karena tatapan imut gadisnya itu.

" tetap jadi Rianya aku ya" Indro mengacak gemas rambut hitam milik Ria.

" Indro kan rusak, aku tuh udah capek ya keramas, terus pakek conditioner belum lagi"

" sstttt bawel banget sih!" Indro sangat suka mendengar kebawelan Ria yang sangat menghibur dirinya.

" tapi" Ria menggantungkan ucapannya.

" aku suka!" Indro dan Ria tertawa renyah. Mereka bahagia dengan semua kesederhanaan yang melekat pada dirinya. Baginya bersama dengan Ria ia tak perlu menjadi orang lain. Benar kata pepatah,

~kamu tak perlu menjadi sempurna, cukup mencari tempat dimana kekuranganmu bisa diterima~

Hai Readers yang terhormat.
jangan lupa vote dan komennya ya
biar aku tambah semangat :)
Makasih

Kisah Ku  [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang