Ares
•••
Lea sudah rapih dengan seragamnya, dan sedang menunggu di depan gerbang rumahnya.
Ya, kalian tahu lah. Siapa yang ditunggu Lea, ya, Ares.
Suara deruman motor pun terdengar, ternyata Ares, ia sudah datang.
"Udah lama nunggu?" tanya Ares.
Lea menggeleng. "Baru 5 menit, kok." jawab Lea.
"Yaudah, naik,"
•••
Ares memparkirkan motornya di parkiran khusus anak Savrega.
Lea memberikan helm itu pada Ares dan merapihkan sedikit rambutnya yang berantakkan.
"Makasih," ucap Lea tersenyum.
"Hm," balas Ares dengan deheman.
"Gue duluan,"
"Bareng."
"Ha?" bingung Lea.
"Gue anterin sampe kelas," kata Ares menggandeng tangan Lea.
Semua pasang mata tertuju pada pasangan ini. Ini pertama kalinya Ares berangkat bersama dengan Lea dan berjalan bergandeng tangan di sekolah.
Itu adalah hal langka yang bisa anak-anak SMA Bintang lihat.
Mereka semua tidak bisa bergosip kala Ares dan Lea lewat jalan mereka, bisa habis kalo didengar oleh telinga Ares.
Jadi mereka menggosipkan nya nanti saja.
Cari aman.
Kini kedua pasangan tersebut sudah sampai didepan kelas Lea.
"Nanti kantin, bareng."
"Gak usah, gue bareng sahabat-sahabat gue aja," tolak Lea halus.
Karena memang Lea dan Ares jarang ke kantin berdua, dikarenakan Ares selalu menempel pada Via. Yang kini sudah tidak terlihat lagi Ares bersama gadis itu.
Entah masalah apa yang terjadi pada Via dan Ares.
"Lebih milih sahabat lo, dari pada pacar lo sendiri, iya?"
Lea gelagapan, bukan, bukan itu maksud Lea. Aduh!
"Bukan gitu, Ares. Kan biasanya juga gue emang sama mereka."
"Sekarang biasain sama gue, paham?"
"Iya, paham."
"Masuk,"
"Iya, ini juga mau masuk, lo nya malah ajak ngobrol," cetus Lea.
"Gak suka gue ajak ngobrol?" tanya Ares sinis.
Lea memutar bola matanya malas. Apa lagi ini, ya, Tuhan?
Ares kenapa, sih?!
"Bukan gitu juga, Ares. Mending lo ke kelas sana,"
"Oke," kata Ares melenggang pergi.
Lea menatapnta tidak percaya. Asli, dia pergi gitu aja?
Bodo lah. Pikir Lea memasuki kelasnya.
"DEMI APA, LO BARENG SI BANGSAT ITU?!" tanya Jesy berteriak.
Lea mengusap-usapnya kuping nya yang sakit akibat suara cempreng dari Jesy.
Dasar, tuh anak.
"Gila! Bisa mati anak orang sama suara lo!" sarkas Oki memukul kepala Jesy dengam buku yang barusan ia baca.
"Anjeng! Pala gue!" geram Jesy balik memukul kepala Oki.
"Balas dendam an," cibir Oki.
"Suka-suka gue," cetus Jesy.
"Udah-udah, lah, jadi baikan." celetuk Haris yang baru saja datang.
"BERANTEM GOBLOK!" maki Luna.
"Entah mata atau otak si Haris kebalik, deh," ujar Tio.
"DUA-DUA NYA!" sarkas semua sahabat Haris.
"Njir, kompak," salut Haris terkekeh.
"Oke, balik ke topik." ucap Jesy yang sudah tenang.
"Gimana?" lanjut Jesy bertanya pada Lea.
Lea menatap semua kelima sahabatnya dengan tenang.
"Ya, yang seperti kalian lihat. Tadi gue berangkat bareng Ares, dianterin sampe kelas sama Ares. Udah," jawab Lea.
"Kesambet apa tuh si bangsat?" bingung Oki.
"Hooh, aneh gue juga," ucap Luna.
"Gak biasanya lho, si Ares begitu ama Lea." kata Oki kembali.
"Ares udah minta maaf, dan dia mau perbaiki hubungan gue sama dia," kata Lea.
"Buset, sebuah kelangkaan yang sangat-sangat luar binasanya!" kagum Oki.
"LUAR BIASA BANGSAT!" seru keempat sahabat Lea dan Oki.
"Tadi si Haris, sekarang si Oki." timpal Luna.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
AreLa [S E L E S A I]
Подростковая литература"ARES STOP!" Mendengar kekasihnya, barulah Ares berhenti. "NGAPAIN LO PELUK CEWEK GUE, BANGSAT?!!!" "Cih, cewek lo? Masih lo anggap? Cowok mana yang biarin cewek nya di perkosa sama musuh nya sendiri?" sinis Galang sembari terkekeh. Deg "Maksud l...