Ares
•••
Bel istirahat sudah berbunyi, semua murid kelas Xll IPA 1. Sedangkan dengan Lea, ia masih mencatat yang ada di papan tulis depan.
"Le, ayok kantin dulu," ajak Oki.
"Eh, kalian duluan aja. Ini gue masih banyak,"
"Yaelah, nanti aja bisa kali. Kita-kita aja nanti," ujar Haris.
"Hehe... gue sekarang aja, deh. Kalian duluan gak apa-apa, nanti gue nyusul."
"Oke, deh. Semangat," ucap Oki.
Saat sedang menulis dengan fokus. Ada seseorang yang duduk disebelah Lea. Lebih tepatnya duduk di tempat Jesy.
Karena aku dan Jesy memang semeja.
Ku lihat ke samping, dan ternyata itu Ares.
"Masih lama?" tanya nya.
"Masih, soal nya abis istirahat langsung di kumpul." jawab Lea tanpa menoleh.
Ares menghela nafas berat lalu langsung pergi begitu saja dari kelas Lea.
Lea menatap punggung kekasihnya yang menjauh. Mungkin dia kesal karena tidak jadi ke kantin. Pikir Lea.
•••
Tak berselang lama, Ares kembali ke kelas kekasihnya dan menaruh plastik berwarna hitam itu di atas meja.
"Makan dulu, nulisnya di lanjut nanti." ucap Ares tegas.
"No, ini nanggung, Ares."
"Mau gue bakar tuh buku lo, atau sekolah ini gue bakar?" ancam Ares tidak main-main.
Lea berhenti menulis, dan menggigit bibir bawahnya tanda ia takut. Ares memang selalu seperti ini semenjak mereka baikan. Bahkan posesif sekali.
"Ma-maaf," ucap Lea pelan.
"Makan!"
"Iya,"
Lea mengambil makanan tersebut, dan ternyata isi nya nasi kangkung serta ayam goreng. Ada air putih nya juga disini.
Saat Lea sedang makan, Ares tak henti-hentinya beralih pandangan dari wajah cantik kekasihnya.
Sesekali ia tersenyum, kenapa baru sekarang Ares sadar jika kekasihnya ini sangatlah manis dan begitu cantik. Ah, dia jadi menyesal dulu.
Pastinya.
"Jangan ngeliatin mulu," ujar Lea.
"Kenapa? Gak mau gue liatin? Mau diliatin sama cowok lain?" Ares sedikit emosi.
Lea menghela nafas berat. Salah paham lagi, deh.
"Engga gitu, ya ampun. Ya, gue malu, ngapain sih ngeliatin mulu," kesal Lea.
"Cantik,"
"Siapa?"
"Yang open BO tadi pagi,"
Mata Lea melotot. "Yaudah, sana. Iya, gue tahu, gue jelek!" sarkas Lea emosi.
Ares justru terkekeh kala melihat kekasihnya marah seperti itu. Apakah dia cemburu?
"Cemburu, nih," jahil Ares.
"Engga, siapa juga yang cemburu. Engga ada, tuh," bohong Lea.
Ares mencubit gemas pipi gembul Lea. "Lo, sayang. Lo cantik, makanya gue liatin," ucap Ares lembut.
Lea tersipu malu. Baru kali ini Ares memujinya cantik.
"Masa?"
"Iya," senyum Ares.
"Cantikkan gue apa cewek yang tadi pagi lo open BO?" micing Lea.
"Em... yang open BO tadi, sih."
"ARES IH!" ucap Lea berteriak karena kesal.
"Bercanda, ya ampun segitunya." ujar Ares tertawa.
"Gak lucu," kata Lea cemberut.
"Mau gue cium, nih. Itu bibir di maju-maju in?"
"Mesum banget, ih," kesal Lea mencubit pinggang Ares.
Ares terkekeh. "Yang penting cuma sama lo,"
"Cewek yang kemarin?"
"Jangan mulai," kata Ares mencium bibir Lea sekilas.
Sontak membuat Lea melotot. Untuk saja ini kelas sepi. Kalo ada orang, bisa malu dia.
"Ares! Ini di sekolah,"
"Persetan di sekolah. Gue gemes banget," kekeh Ares.
"Kan bisa di tunda,"
"Oke, pulang sekolah ke apart, kita lanjutin." ucap Ares tersenyum nakal.
Lea bergidik ngeri. "Jangan bercanda,"
"Engga ada gue bercanda,"
Lea menatap malas dan melanjutkan makannya.
"Au, ah. Nyebelin,"
Ares tersenyum. Entah kenapa ia jadi suka menjahili kekasihnya.
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
AreLa [S E L E S A I]
Teen Fiction"ARES STOP!" Mendengar kekasihnya, barulah Ares berhenti. "NGAPAIN LO PELUK CEWEK GUE, BANGSAT?!!!" "Cih, cewek lo? Masih lo anggap? Cowok mana yang biarin cewek nya di perkosa sama musuh nya sendiri?" sinis Galang sembari terkekeh. Deg "Maksud l...