5. LO MILIK GUE LEA MAGMA!!!

1.7K 83 0
                                    


Ares

•••

Kini Lea sudah berada di rumahnya, setelah bisa keluar dari rumah menjijikkan itu.

Entah bagaiman kehidupan Lea kedepannya. Apakah ada orang yang masih bisa menerima wanita seperti Lea?

Apakah teman-teman nya juga masih mau bersahabat dengan Lea?

Entah, Lea tidak sanggup jika semua sahabat nya tahu.

Lea tersentak kala ada Bibi pembantunya yang mengetuk kamarnya.

"Non Lea," panggil Bi Inah.

"Iya, Bi. Kenapa?"

"Itu ada Den Galang di bawah,"

Galang? Apakah ia sudah sembuh?

"Iya, Bi. Bentar,"

Lea buru-buru turun ke bawah untuk menemui Galang.

"Hai," sapa Lea tersenyum.

Galang tidak membalas, ia malah menampilkan muka datarnya.

"Hm,"

"Gimana keadaan lo, udah baikan?" tanya Lea khawatir melihat muka Galang yang belum sembuh.

"Seharusnya pertanyaan itu cocok buat lo, bukan gue." sinis Galang tidak suka.

Lea masih bersikap santai.

"Sama gue? Kenapa? Gue baik-baik aja, kok, Lang."

Bugh!

Galang meninju tembok di sampinnya saking kesalnya. Galang sudah tahu apa yang terjadi terhadap Lea.

Tetapi mengapa Lea seolah-olah tidak mempunyai masalah besar apapun.

"Lo-lo kenapa?" takut Lea.

Galang berlutut dan meminta maaf pada Lea.

"Gue minta maaf, Le. GUE MINTA MAAF!" ujar Galang setengah berteriak.

"Gue udah tahu, Le. Lo jangan nutupin masalah ini dari gue, gue tahu lo hancur, gue tahu lo rapuh. Jangan seolah-olah lo kuat, Le, plis..." lirih Galang sudah menangis.

Lea masih terdiam, menangis dalam diam tidak ada suara apapun. Yang saat ini Lea butuhkan hanya menangis, ya, menangis.

"Gue bakal bunuh Gian, Le."

Lea menggeleng. "Jangan, Lang..." lirih Lea.

"Biarin gue lakuin itu, Le. Dia udah rebut kehormatan lo,"

"Engga dengan cara itu, hiks..."

"Gue harus apa buat nebus kesalahan gue?"

"Lo gak salah, Lang. Ini udah takdir gue,"

"Apa perlu gue bunuh diri gue sendiri, biar lo maaf in gue?"

"Engga, Lang. Lo gak perlu minta maaf. Lo gak salah," ucap Lea sesak nafas.

"Gue cuman takut, Lang."

"Gimana sama Mamah dan sahabat-sahabat gue, Lang? Pasti mereka jijik sama gue. Bakal ngejauh dari gue, dan pasti lo juga, kan, jijik sama gue,"

"Engga, Le. Lo jangan berpikiran kayak gitu,"

"Tapi kenyataan nya iya, Lang." isak Lea.

Galang membawa Lea kedalam pelukannya, membawa Lea untuk menenangkan nya.

"Tolong jauhin gue, Lang."

"Lo ngomong apa, sih?!"

"Gue malu, gue jijik sama diri gue sendiri," lirih Lea.

Bugh.

Bugh.

Bugh.

Itu serangan dari Ares.

Ares tiba-tiba saja masuk dan langsung memukuli Galang dengan brutal.

"ARES STOP!"

Mendengar kekasihnya, barulah Ares berhenti.

"NGAPAIN LO PELUK CEWEK GUE, BANGSAT?!!!"

"Cih, cewek lo? Masih lo anggap? Cowok mana yang biarin cewek nya di perkosa sama musuh nya sendiri?" sinis Galang sembari terkekeh.

Deg

"Maksud lo apa anjing?!"

"Perlu gue ulang?"

"Cewek lo di perkosa sama Gian, bangsat!" lanjut Galang emosi.

"Lang..." lirih Lea tidak kuat.

Ares menatap Lea, cewek itu sudah menangis sejadi-jadinya dan menatap dengan tatapan masih tidak percaya.

Ares mendekati Lea, dan langsung menarik kekasihnya ke dalam pelukannya. Membiarkan Lea menangis disana, menyalurkan ribuan maaf dari mulut Ares.

"Gu-gue mi-minta maaf. Seharusnya gue gak abaikan panggilan telfon dari lo, sayang," lirih Ares sudah menangis di balik punggung Lea.

Tangannya bergetar, nafasnya sesak.

"Gue emang cowok brengsek, maki gue, pukul gue, bebas apapun yang mau lo lakuin, Le. Biar lo maaf in gue,"

Lea masih terisak di dalam dada bidang Ares, ia menggeleng dan melepaskan pelukan Ares dengan perlahan.

"Jauhin gue..." lirih Lea tidak kuat untuk mengatakannya.

"Engga! Lo milik gue, gue gak akan pernah jauhin lo, bahkan lepasin lo, Lea Magma!"

"GUE MALU, RES, MALU. GUE UDAH GAK PANTES BUAT LO!"

"Gu-gue udah kotor, Res. Plis... pergi dari gue,"

"Lo gak denger omongan gue, ha?! Lo milik gue, sampai kapan pun gue gak akan pernah lepasin, lo!" teriak Ares kembali memeluk Lea kedalam dekapannya.

Lea tidak bisa berontak, ia pasrah di bawah kukungan pelukan Ares dan menangis sejadi-jadinya di sana.

"Gue capek, Res..."

"Istirahat,"

"Bukan itu, hati gue capek. Gue pacar lo, tapi bukan gue prioritas lo," isak Lea mengungkapkan semua yang ia pendam selama ini.

"Dari pada hubungan kita kayak gini aja, mending udah an aja. Lo bisa bebas sama dia,"

"Gue udah putusin dia." ucap Ares tegas.

•••

AreLa [S E L E S A I] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang