18. IPS 5

783 32 0
                                    

Ares

•••

"Ibu makin hari makin cantik, deh," jawab Bas menggoda.

Bu Gempal pun tertawa kecil, saat murid nya ini memuji dirinya cantik.

"Alah kamu, bisa aja."

"Serius, Bu Gem. Bu Laila aja kalah ama ibu,"

"Ah, masa?"

"Ih, si ibu gak percaya."

"Sudah-sudah, lebih baik sekarang kalian kumpulkan tugas ibu yang kemarin, cepat!" tegas Bu Gempal.

Semua anak IPS 5 pun langsung mengumpulkan tugas masing-masing ke depan meja guru.

Semuanya mengerjakan, tidak ada yang tidak pernah mengerjakan. Begitulah anak IPS 5 kelas ini.

Bisa dibilang mereka itu kompak dalam memboyong dosa. Dosa seisi kelas, karena sudah mencontek satu sama lain.

"Siapa yang tidak mengerjakan?" tanya Bu Gempal.

"Gak ada, Bu. IPS 5 kan kompak!" jawab Bas mewakili seluruh teman-teman nya.

"YAYYYY! RENTENGTENG TENG... TENG... IPS 5 MANA SUARANYA???"

"IPS 5 KOMPAK! IPS 5 SOLIDARITS TINGGI!" ucap semuanya kompak.

Ya, memang. IPS 5 bisa dibilang kelas paling kompak dari seluruh kelas IPS.

Solidaritas mereka sangat tinggi. Satu dihukum, semua dihukum. Satu bolos, semua bolos. Itulah IPS 5.

"Haduh, kalian ini berisik sekali." ujar Bu Gempal.

"Hehe... refleks, Bu," ujar Ucok dan Bas.

"Sekarang kalian buka halaman 234 kerjakan nomor 1 sampai 10. Jam istirahat harus sudah selesai. Mengerti?"

"Ngerti, Bu!" serempak semuanya.

"Ibu ke kantor dulu. Nanti kalo sudah silahkan kumpulkan ke Fani, biar Fani yang kasih ke ibu, ya, Fan?"

"Baik, Bu." ucap Fani. Sang juara kelas kedua setelah Desi.

Bu Gempal pun keluar.

Barulah, semua anak IPS 5 berulah lagi. Ya, menyontek.

"Sebagian minta ke Desi, sebagian minta ke Fani, ges!" teriak Farel.

"Yooo...."

Sudah biasa. Mereka seperti itu. Katanya, solidaritas.

•••

Nah, disinilah semuanya berkumpul. Dimana lagi kalau bukan di pengisian para perut anak SMA Bintang.

Ialah kantin.

Sesuai yang tadi sudah dibicarakan oleh semuanya. Ucok lah yang akan membayar makanan anak IPS 5.

Tak tanggung-tanggung mereka memboyong para isi kantin dan tidak sedikit pula.

Tekor sudah dompet Ucok.

Bercanda wkwk...

Mana mungkin seorang Ucok bisa tekor. Oh, tidak.

Orangtua Ucok adalah pengusaha terkenal dan terkaya nomor 3 di dunia. Setelah nomor satu diduduki oleh Papah nya Ares, dan nomor dua diduduki oleh Papih nya Atap.

"Yang puas, ges, yang puas. Si ganteng ucok akan bayar," ujar Bas.

"Iye-iye..." ucap Ucok.

"Dompet aman, kan, Cok?" tanya Atap tertawa.

"Aman, bro. Tenang," jawab Ucok disela-sela makannya.

"Lea mana?" tanya Ares pada sahabat-sahabat kekasihnya.

"Masih di lab, tadi disuruh sama Pak Didik." jawab Luna.

"Hm," deheman Ares.

"Oh iya, Rel. Kalo anak dari luar sekolah kita nanti ikut bazar, boleh gak?" tanya Tio.

"Boleh, Yo." jawab Farel.

"Em, okay,"

"Emang siapa yo, yang mau ikut?" penasaran Atap.

"Temen-temen santri gue," ucap Tio.

"DEMI APA?!" teriak Bas kaget.

"Gak usah teriak, Bas. Kuping gue pengeng ini," ujar Jesy kesal.

"Hehe... maaf sayang," cengir Bas.

"Lo pernah nyantri, Yo?" kepo Bas.

"Iya, pas dulu. Masih SMP,"

"Kerenn!" puji Bas.

"Biasa aja," tawa Tio.

"Eh, bukannya si Dady juga pernah nyantri, ya, kan, dad?" tanya Bas pada Atap.

"Pernah, sama kayak Tio. Pas SMP juga," jawab Atap.

Wahhh... ternyata dady juga pernah nyantri, ges.

Keren-keren....

Tepuk tangan....

Prok prok prok

"Nah, kan." ucap Bas.

•••

10 April 2022

12:29

Jangan lupa follow Instagram @savrega_69

Vote, komen, dan share jika suka dengan Ares.

AreLa [S E L E S A I] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang