FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA
KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA
SEMOGA SUKA ❤
TERIMA KASIH 🥰
CHAPTER 2
Yang Tak Dewa Mengerti
oleh Hai Naira
---------
Hari ini Naira merasa kebingungan ketika Dewa tiba-tiba saja mengajaknya pergi ke acara ulang tahun teman cowok itu. Baru lima belas menit yang lalu Naira mendapat pesan ajakan dari Dewa. Sementara acara ulang tahun diadakan nanti malam. Jelas ia sangat bingung harus memakai baju apa ketika dirinya bahkan tidak siap-siap dari jauh hari.
Dan Naira membuka lemari dengan pikiran yang kacau. Ia adalah orang yang sulit menentukan akan memakai baju apa. Belum lagi ini adalah acara ulang tahun yang harus sesuai dengan dress code. Ia tidak ingin membuat Dewa malu karena membawanya untuk bertemu teman cowok itu.
"Warna! Iya aku lupa cek warna." Naira tersadar ia belum tahu dress code apa untuk menentukan baju yang akan dipakainya nanti. Ia membuka ponsel dan melihat lagi pesan yang dikirimkan Dewa. Cowok itu menuliskan warna pink untuk perempuan.
Sial! Naira terbelalak membaca itu, satu-satunya pakaian warna pink yang ia punya sangat tidak cocok untuk dipakai olehnya. Sejujurnya ia tidak begitu suka memakai pakaian berwarna merah muda dan hanya itu yang Naira punya. Namun akhirnya, itu membuat Naira terpaksa untuk memakainya kembali.
Sementara waktu sudah menunjukkan pukul lima sore, tidak ada kesempatan lagi untuk ia pergi membeli baju baru. Bahkan berdandan pun akan menghabiskan banyak waktu. Sementara Dewa pasti datang ke rumahnya tepat pukul jam enam sebelum jam setengah tujuh acara ulang tahun dimulai.
Tidak ada pilihan lain. Sore itu Naira memakai gaun pendek selutut berwarna pink, yang seharusnya tidak akan pernah ia memakai gaun itu lagi. Ia bersiap secepat mungkin, menatap diri di cermin berulang kali, memastikan semuanya sudah rapi, dan ketika bunyi bel rumahnya terdengar Naira sudah siap menghampiri Dewa.
"Dewa ... aku gak telat, kan?" tanya Naira tepat ketika ia sampai di hadapan cowok itu.
Dewa yang bersandar di mobil pun menoleh ketika Naira bertanya, ia menggeleng cepat walau sejak tadi matanya sedang fokus menatap langit yang menggelap. "Nggak, Ra."
Helaan napas Naira terasa berat, ia begitu tidak enak hati karena tadi menghabiskan waktu yang sebentar untuk memilih gaun yang dipakainya malam ini. Dewa pasti sebenarnya kecewa dengan gaun sederhana Naira. Terlihat dari respons cowok itu, Dewa jelas tidak begitu suka dengan penampilannya.
"Jelek banget ya?" tanya Naira lagi. Ia begitu tidak percaya diri untuk mendapat penilaian dari Dewa. Namun hanya cowok itu yang bisa Naira minta pendapatnya.
Dewa terdiam sebentar dan fokusnya kali ini seratus persen ke arah Naira. Matanya bergerak meneliti penampilan Naira dari kepala sampai kaki. Naira dapat melihat Dewa tersenyum seperti menahan tertawa, ia tidak yakin dengan itu namun itu semua didukung dengan Dewa yang tidak menjawab pertanyaan Naira.
"Kok cuma senyum-senyum?" Naira menatapnya bingung. "Aku jelek ya? Gak cocok kan?"
Dewa tidak menjawabnya lagi. Cowok itu malah berjalan dan membuka pintu mobil agar Naira segera masuk. Naira yang tidak mendapat jawaban apa pun menggeleng karena makin tidak percaya diri untuk pergi.
"Ayo, Ra!" ajak Dewa sudah berdiri dan memberikan tangannya untuk membantu Naira masuk ke dalam mobil.
Naira menggeleng cepat. "Aku gak jadi ikut. Kamu sendiri aja," ucapnya langsung berbalik. "Maaf, Dewa. Aku udah buang waktu kamu. Daripada kamu malu datang sama aku lebih baik aku gak usah ikut."
Namun sebelum itu terjadi, Dewa mencegah langkahnya. Dewa memegang kuat tangan Naira agar cewek itu tidak masuk ke dalam rumah lagi. "Aku gak mau pergi sendirian ke sana, Ra."
Naira menatap mata cowok itu-abu-abu gelap yang membuatnya merasa tersesat ditatap oleh Dewa.
"Kamu cantik. Sangat cantik, Ra."
Naira menautkan alisnya mendengar itu. Ia makin ragu, berpikir ucapan Dewa bohong. "Jawab jujur, Dewa! Kamu dari tadi gak bicara apa-apa. Aku gak percaya!"
"Percaya sama aku, kamu itu cantik." Dewa menjawabnya dengan lembut. "Dan percaya sama diri kamu sendiri. Itu lebih bagus." Kata-katanya berhasil membuat Naira tenang. "Kita jadi pergi ya?"
Melihat tatapan Dewa yang melembut dan meyakinkan membuat Naira mengangguk pelan.
Naira tidak kuasa menahan rasa bahagia ketika Dewa memberikan senyuman untuknya.
Keduanya saling melemparkan kebahagiaan.
Gimana chapter ini menurut kamu?
NEXT?
VOTE!
KOMEN!
SHARE ke teman-teman kamu!
TERIMA KASIH
FOLLOW MEDIA SOSIALKU
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Dewa Mengerti
Novela Juvenil[DAFTAR PENDEK WATTYS 2023] 𝘉𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘳𝘶𝘮𝘪𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 .... 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢? 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢? Tapi Neera menegaskan. "Kamu akan selalu ja...