CHAPTER 14

343 59 1.4K
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

TERIMA KASIH 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 14

Yang Tak Dewa Mengerti

Oleh Hai Naira

--------

"Kamu jangan aneh-aneh, Dewa."

"Aku mau kita pacaran, Ra." Dewa tidak lelah mengucapkan kata-kata itu. "Aku mau tetap sama kamu."

Naira menggeleng cepat. "Dewa, tapi bukan kayak gini caranya. Aku yakin kamu gak benar-benar mencintaiku."

Dewa menautkan alis mendengar itu. "Kamu gak percaya sama perasaanku, Ra?"

"Bukan gitu, maksudku ... Dewa aku yakin kamu cuma mau kita pacaran karena mama kamu. Bukan dari perasaan kamu." Naira masih saja mengelak. "Gini ... Dewa, pacaran itu untuk dua orang yang saling mencintai. Kalau kamu hanya memanfaatkanku untuk urusan perjodohan itu, aku gak mau."

"Ra, dari kemarin aku udah bilang berulang kali sama kamu. Aku mencintai kamu, Ra. Sejak awal aku mengenal kamu, aku sudah jatuh cinta, tapi mama yang membuatku menganggap kita ini sahabat." Dewa mengatakannya. "Aku mau terus bersama kamu, Ra. Naira aku gak mencintai cewek mana pun kecuali kamu."

Naira tertegun mendengar itu. "Kamu yakin mencintaiku, Wa? Kamu yakin aku juga cinta sama kamu?"

Dewa terdiam sejenak. "Aku yakin sama perasaanku. Tapi kalau kamu? Apa kamu juga sama?"

Belum juga Naira menjawab, dari arah belakang seorang cewek berlari sangat cepat menghampiri mereka berdua. Ralat. Hanya menghampiri Dewa dan memeluk cowok itu erat.

"Hai, Dewa!" Inez tersenyum dan bergelayut manja pada cowok itu. Dia menyandarkan kepalanya pada bahu Dewa. "Akhirnya kita ketemu lagi. Lo belum juga beli kado buat gue setelah ... teman lo itu jatuh di kolam renang."

Naira menautkan alisnya sebentar, ia tahu yang dimaksud oleh Inez adalah dirinya. Sementara Dewa mencoba melepaskan Inez dan segera menjaga jarak dari cewek itu. Apalagi menyadari jika Naira memperhatikan dengan diam tanpa mau memisahkan Inez darinya.

"Nanti kadonya gue kirim." Dewa segera menjawabnya cepat dan berhasil membuat Inez menjauh dari dirinya.

Inez masih saja menatap kesal ke arah Naira, jelas saja mengingat kalau cewek itu sudah mengacaukan acara ulang tahunnya. Inez kembali bergelayut ke Dewa namun langsung ditahan oleh Naira.

"Lo ngapain larang-larang gue dekat sama Dewa? Lo kan cuma teman doang." Inez menatap kesal cewek di hadapannya.

"Aku memang teman Dewa. Tapi harusnya kamu jangan dekat-dekat sama Dewa." Naira mengatakannya membuat tidak hanya Inez yang bingung begitu juga Dewa.

"Lo gak ada hak atur-atur gue!" Inez berteriak menunjuk Naira. "Sadar diri dong kalau lo bukan siapa-siapa Dewa. Dia itu cuma peduli sama lo."

Naira berdecak. "Bukan aku yang atur-atur kamu. Dewa itu udah dijodohin. Kamu bisa tanya Dewa, mama Dewa yang pilih sendiri perempuan yang tepat buat Dewa."

Inez terkejut mendengar itu. "Gak mungkin. Dewa, dia pasti bohong. Apa yang dia bilang pasti gak benar kan?"

Sekarang Dewa yang berada di posisi bingung. Entah kenapa Naira malah mengungkit-ungkit itu di depan Inez. "Iya, gue dijodohin."

"Tuh, gak percaya banget sih kamu!" Naira menjawabnya dengan bangga. "Jadi gak ada harapan lagi buat kamu sama Dewa."

Mereka terdiam sejenak karena memperhatikan Inez yang tampak terkejut dan tidak percaya atas apa yang terjadi. Dia seakan sedang berpikir bahwa hanya Naira penghalang usahanya untuk dekat dengan Dewa. Namun ternyata orang lain yang seharusnya dia kalahkan.

"Siapa ceweknya?" tanya Inez langsung. Sangat penasaran.

Dewa mau menjawab namun Naira terus mencoba mengambil alih pembicaraan. "Ada, kamu gak perlu tau orangnya siapa. Tapi yang jelas dia cantik dan baik. Memang cocok sama Dewa."

Inez makin kesal mendengar itu. Naira yang tersenyum senang setelah menceritakan semuanya. Sementara Dewa, cowok itu hanya bisa menatap Naira dengan perasaan yang membuatnya menghela napas, benar-benar melelahkan menghadapi Naira.

Cewek itu seakan tidak mencintainya.

Ketika Dewa yakin Naira juga memiliki perasaan yang sama dengannya.

Ketika Dewa yakin Naira juga memiliki perasaan yang sama dengannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU


Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang