26. Bukan Fiksi

374 81 1.3K
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

"Gue yakin sih dayang-dayangnya Zeyta yang lakuin itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue yakin sih dayang-dayangnya Zeyta yang lakuin itu." Fina masih saja emosi karena Zeyta dan teman-temannya tidak pernah lelah mengganggu Neera. Cewek itu bahkan tidak peduli bahwa di samping Neera ada Dewa. "Mau gue balas balik, Neer? Kalau bisa lebih parah dari yang mereka lakuin ke lo."

"Jangan, Fin, nanti lo sama aja kayak mereka kalau dibalas." Neera menggeleng cepat. "Gue juga gak mau lo kenapa-kenapa karena gue."

Dewa yang mendengar sejak tadi pembicaraan dua cewek di depannya pun kini menatap Neera. "Gue akan coba bantu kalau lo diganggu mereka lagi. Gue bisa buat Zeyta gak akan berurusan sama lo, Ra."

"Gimana caranya?" tanya Neera cepat. "Gimana caranya saat gue udah salah di mata mereka? Apa yang gue lakuin akan terlihat salah terus!"

"Jadi pacar gue."

Fina yang tidak sedang makan pun tersedak saat mendengar ucapan Dewa. Matanya terbelalak memperhatikan dua orang yang ia kenal, dulunya tidak saling mengenal satu sama lain. Demi Tuhan ... sejak kapan mereka berdua bisa sedekat ini? Neera tidak pernah menceritakan apa pun yang terjadi pada mereka berdua.

Neera yang mendengarnya pun lebih dari terkejut, seakan detak jantungnya terhenti saat mendengar itu. Ia pun terkekeh gugup, ia tidak ingin terlalu berharap atau mengharapkan ucapan Dewa itu nyata. Tidak juga cowok itu mencintainya, Dewa hanya ingin melindunginya saja.

"Ngaco! Nggak, Dewa. Jangan pakai cara itu!" ucap Neera masih gugup tapi ia tidak ingin terlihat bahwa kenyataannya ia jatuh cinta pada cowok itu. "Coba pikir cara lain yang bisa diterima."

"Ada masalah buat lo jadi pacar gue?" tanya Dewa bingung karena Neera seperti menghindarinya. Dan ini pertama kalinya Dewa meminta perempuan menjadi pacarnya namun ditolak. Cewek itu berhasil menempatkan dirinya kembali di tempat yang berbeda.

"Gue setuju, kenapa kalian gak pacaran aja?" seru Fina yang seratus persen mendukung ide itu. Tapi dibalik itu, Fina diam-diam tersenyum dan menggoda Neera karena ucapannya. "Dewa populer, Neer, teman dia banyak. Zeyta gak akan berani ganggu lo kalau lo jadi pacar Dewa."

Neera menolaknya sekali lagi. "Fin, menurut gue pacaran itu buat orang yang punya perasaan sama. Dua orang yang saling mencintai, Fin. Gue gak mungkin pacaran sama Dewa kalau perasaan kita gak sama."

"Gak sama gimana, Ra?" Dewa yang menanyakan itu.

"Cinta, Dewa." Neera menjawabnya lagi. "Kalau gue cinta sama lo tapi lo gak cinta, buat apa ada hubungan lebih? Apalagi sekarang pacaran dijadikan alasan supaya gue gak diganggu Zeyta, gue gak mau hubungan yang pura-pura karena nanti bisa muncul masalah lain."

Dewa terdiam mendengar itu. Sementara Fina menatap horor kedua orang itu, sebenarnya masalah apa yang sebenarnya terjadi selain Zeyta? Dan ucapan Neera membuat cewek itu tanpa sadar sudah mengungkapkan bahwa dia mencintai Dewa. Entah Dewa itu pintar memahami atau tidak tapi cowok itu seharusnya paham, jika Neera mencintai cowok itu, apa Dewa juga mencintai Neera?

"Gue memang belum mencintai lo, Ra." Dewa berbicara membuat perhatian dua cewek kini terfokus padanya. "Dan menurut gue, sebelum dua orang punya perasaan yang sama, mereka harus saling mengenal satu sama lain.

"Tapi anggap kalau cara kita ini beda. Pacaran lalu jatuh cinta. Saling mengenal dan akhirnya ... kita punya perasaan yang sama. Gue mau belajar mencintai lo, Ra."

Neera merasa udara di sekitarnya habis hingga ia kesulitan bernapas. Ia yakin sekarang dirinya salah mendengar setiap kata-kata yang baru saja keluar dari mulut cowok itu.

"Apa, Dewa?"

"Gue suka dan nyaman saat sama lo. Gue juga bahagia karena lo bisa dekat dengan adik gue. Jadi ... kalau lo mau belajar mencintai gue juga, kita bisa lebih dekat lagi sekarang." Dewa menambahkan. "Buat perasaan kita sama."

Tidak. Dewa tidak mungkin mengatakan itu. Ini seperti mimpi yang harus Neera hentikan. Neera harus terbangun dari tidurnya dan menerima kenyataan kalau Dewa yang sekarang menyatakan cinta kepadanya hanyalah bunga tidur.

Atau Dewa di hadapannya hanyalah Dewa yang selama ini ada di khayalan Neera. Ia lebih yakin dengan itu. Hanya saja ... Neera ingat, ia tidak pernah menuliskan setiap kata yang diucapkan Dewa tadi di ceritanya. Ia menciptakan ucapan Dewa yang berbeda di pikirannya.

Bukan kata-kata tentang buat perasaan kita sama.

Namun Fina langsung mencubit tangan Neera membuat cewek itu mengaduh kesakitan dan Fina tersenyum tanpa dosa. Dia sama sekali tidak merasa bersalah karena baru saja membuat kulit Neera memerah.

"Tuh dengar Dewa, Neer!"

"FINA!"

Tetapi yang dilakukan Fina membuat Neera tersadar, ini bukan khayalannya.

Neera tidak sedang berada di cerita cinta fiksi buatannya sendiri dan Dewa di hadapannya sekarang adalah nyata.

Neera tidak sedang berada di cerita cinta fiksi buatannya sendiri dan Dewa di hadapannya sekarang adalah nyata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang