42. Bukan Aku

333 80 21
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

Genio memperhatikan Daine yang masih bermain dengan Bi Ina, putrinya itu sedang fokus seorang diri walaupun di sekitarnya ada yang mengajak bermain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Genio memperhatikan Daine yang masih bermain dengan Bi Ina, putrinya itu sedang fokus seorang diri walaupun di sekitarnya ada yang mengajak bermain. Pikirannya melayang pada pertemuannya dengan Sanee. Sudah sangat lama ia hidup tanpa wanita itu. Sudah sangat lama ia berharap bisa hidup selamanya bersama Sanee.

Cinta pertamanya. Sanee memang sangat sulit dilupakan padahal Genio juga sudah mencoba menikah dengan wanita lain dan kini pria itu memiliki seorang anak. Tetapi Sanee seolah-olah tidak pernah bisa pergi dari pikiran dan hatinya.

Bunyi langkah kaki menyadarkan lamunan Genio, di sana putranya baru saja keluar dari kamar. Ia melihat Dewa yang kini juga balas menatapnya, Dewa tidak berbicara sampai anak itu sekarang duduk tepat di sampingnya. Namun perhatian Dewa sudah terfokus ke arah Daine yang seakan menjadi satu-satunya hal paling penting bagi cowok itu.

Mereka diam dan tidak banyak bicara selain suara Bi Ina yang mengajak bermain Daine. Hingga bunyi bel rumah terdengar, Bi Ina langsung bangkit membuka pintu. Dewa yang menggantikan menjaga Daine. Sementara Genio menyandarkan tubuhnya ke sofa, ia terlalu banyak memikirkan hal yang menjadi tujuannya sekarang.

"Maaf, Pak, ada Non Neera yang datang. Apa diizinkan masuk?"

Ucapan Bi Ina membuat Dewa terduduk tegap, ia menoleh ke arah jam, pukul tujuh malam. Bahkan hari ini adalah hari minggu, Neera juga tidak mengatakan apa pun jika ingin datang ke sini. Lagi pula ia masih mengingat kata-kata Neera yang memutuskan untuk mereka fokus pada tujuan masing-masing.

"Biar saya yang lihat, Bi." Dewa bangkit cepat dan menghampiri pintu. Tapi ketika ia melihat ke arah Neera, Dewa terkejut karena cewek itu tidak datang sendirian namun juga bersama mamanya.

"Neera," panggil Dewa berjalan mendekati cewek itu. Ia pun melirik ke arah mamanya Neera, wajah wanita itu kembali dilihatnya, masih sama cantiknya seperti cantiknya Neera.

Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang