20. Pengaruh Besar

389 87 634
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

Daine tersenyum ketika Neera mengajaknya bermain

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Daine tersenyum ketika Neera mengajaknya bermain. Neera tidak henti-hentinya membuat Daine terus mengarah pada dirinya. Sambil menerima suapan dari Bi Ina, Daine bahkan memanggil Neera dengan cara bicara lucunya. Mereka duduk di ruang keluarga, tepatnya di atas karpet besar yang diisi oleh banyak mainan Daine. Sementara Dewa duduk tepat di samping Neera, ia melihat apa yang Neera lakukan sampai Daine bisa tersenyum ke arahnya.

"Kak Neera suka banget sama langit malam," ucap Neera mulai bercerita, walau ia tahu Daine tidak akan mengerti tapi setidaknya Daine tidak merasa sepi. "Kamu tau gak kenapa? Karena di sana Kak Neera bisa lihat bintang. Bahkan kakak sengaja matiin lampu kamar supaya bintang di langit bisa bebas bersinar terang."

"Kak Nira! Kak Nira!" Daine memanggil namanya.

Neera tersenyum mendengar itu, ia mengangguk senang. "Nanti Daine bisa coba matiin lampu kamar sambil lihat bintang. Kapan-kapan Kak Neera akan temani kamu."

"Wah, Bibi jadi ikut penasaran. Pasti bagus banget ya, Non Daine. Non Daine juga mau ya lihat langit karena ada banyak bintang."

Ketika malam itu mereka bertiga asyik mengobrol hal seru, Dewa hanya mendengarkan percakapan dalam diam, ia sama sekali tidak ikut berbicara namun ia tahu sekarang ada perasaan bahagia di dirinya—yang tidak pernah ia mengerti kenapa perasaan itu bisa ada.

Dewa kembali mengingat kejadian di rumah sakit ketika Daine pertama kali bertemu dengan Neera. Seolah-olah Tuhan sedang memberikan cahaya pada hidupnya. Kehadiran Neera sedikit dapat mengembalikan kurangnya bahagia Daine.

Jam sembilan waktunya Neera pulang, cewek itu mengatakan jika ia tidak bisa pulang hingga selarut itu karena orang tuanya akan mencurigai Neera macam-macam. Dewa sudah ingin mengajukan diri dan akan bertanggung jawab kalau terjadi apa-apa sama Neera lalu mengatakan semuanya tentang alasan Neera pulang malam. Namun Neera menolak, lebih baik tidak mengatakannya dan menyembunyikan ini semua karena tidak semua orang memiliki pikiran yang sama.

Neera takut orang tuanya malah tidak mengizinkan dirinya untuk kembali ke rumah Dewa. Neera yakin dengan alasan lain yang bisa ia katakan pada orang tuanya lebih dapat diterima daripada mereka mendengar bahwa putrinya pulang ke rumah teman laki-laki.

"Berhenti di sana aja!" pinta Neera untuk tidak benar-benar berhenti di depan rumahnya.

Lalu Dewa menghentikan motornya tepat di tempat yang Neera katakan. Neera melepaskan helm dari kepalanya dan memberikan pada Dewa. Cowok itu bahkan tidak pergi ketika Neera menunggu. "Kenapa gak pulang?"

"Kenapa gak masuk ke dalam rumah?" Dewa berbalik tanya.

Neera menoleh ke arah dua rumah dari mereka berhenti. "Rumah gue yang pagar cokelat."

"Lo yakin gue gak perlu minta izin ke orang tua lo?" tanya Dewa lagi.

Neera mengangguk. "Gue sangat yakin, Dewa. Lo boleh pulang, gue tunggu."

"Lo aja yang masuk duluan," ucap Dewa menolak.

Neera menatap ke arah rumahnya, ia mengangguk pelan. "Selamat malam, Dewa."

Cewek itu tidak menunggu Dewa membalas salamnya. Neera langsung melangkah pergi ke rumahnya. Dewa memastikan bahwa Neera sudah benar-benar masuk dan ketika pintu pagar tertutup Dewa merasa lega karena ia membuat Neera pulang dengan selamat.

"Selamat malam, Neera."

Dewa tersenyum lagi, cowok itu menyalakan mesin motornya lalu pergi dari sana. Perasaan sedih di hatinya sedikit menghilang. Namun ia sadar, pertama kalinya ia menceritakan semua masalahnya pada orang lain.

Pada orang yang awalnya Dewa pikir dia hanyalah orang asing.

Tidak ada yang tahu jika di rumah, Dewa memiliki masalah yang membuatnya tertekan. Semua cewek yang pernah menjadi pacarnya saja hanya mengetahui bahwa ia memiliki seorang adik yang autis. Hanya Neera yang mengetahui segala hal yang terjadi padanya.

Tentang orang tuanya yang tidak ada untuk dirinya dan Daine. Tentang orang tuanya yang saling tidak peduli satu sama lain.

Dewa berharap papa kandungnya masih hidup—mungkin mamanya tidak pernah pergi dari rumah. Tapi sayangnya ketika pria lain datang dan dia menjadi papa tirinya, Dewa tidak bisa berbuat apa-apa karena pria itu juga yang membuat Daine ada di dunia ini dan menyadarkan Dewa kalau ia tidak sendirian merasakan sakitnya. Daine yang lebih menderita menerima ini semua.

Neera benar-benar membawa pengaruh besar bagi Dewa sejak pertemuan pertama mereka.

Neera benar-benar membawa pengaruh besar bagi Dewa sejak pertemuan pertama mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang