21. Sekadar Teman

391 80 717
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

Hanya karena seseorang sendirian, bukan berarti mereka tidak butuh teman

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hanya karena seseorang sendirian, bukan berarti mereka tidak butuh teman.

-----------

Neera sedang duduk di salah satu meja kantin. Di sebelahnya ada Fina sedang makan dengan lahap. Neera juga mulai memasukkan makanan ke dalam mulutnya. Ia baru saja membeli paket nasi yang berisi ayam dan sayuran sementara Fina sibuk dengan bakso pedas.

"Gimana rasa air seembernya? Basah ya seragam lo?" Suara Zeyta masuk ke dalam suasana tenang tadi. Senyum mengejek cewek itu makin menaik. "Lebih kasihan lagi, gak ada yang mau tolongin lo. Lo siapa memangnya?"

Fina yang mendengar itu terkejut, ia menoleh pada Neera. "Apa yang dibilang dia benar, Neer? Lo disiram sama dia?"

"Iya," jawab Neera lagi. "Udah lupain aja. Udah lewat juga."

"Neer, kalau lo diam gini, yang ada dia makin ngelunjak." Fina sangat kesal karena tidak pedulinya Neera pada dirinya sendiri. "Dia bisa aja lakuin hal yang makin parah ke lo. Harusnya kita lapor ke guru."

Neera terdiam mendengar itu. Ia juga tidak tahu harus berbuat apa karena sekarang posisinya sudah salah di mata Zeyta. Neera yang lebih dulu menantang cewek itu. Hidupnya yang membuat ia berada diposisinya sekarang.

"Kalau kayak gini caranya, gue harus ajarin lo, Neer." Fina mengambil botol air mineral yang tadi ia beli, membuka tutupnya dan melemparkan airnya ke Zeyta. "Lo gak perlu takut buat siram balik orang jahat kayak dia, Neer!"

"Sialan!" decak Zeyta ketika Fina berhasil membuat wajahnya basah. Teman-teman di sampingnya langsung memberikan tisu. "Gue gak ada urusan sama lo ya, Fin."

"Ya! Lo memang gak ada urusan sama gue. Tapi kalau lo ganggu Neera, itu juga termasuk urusan gue." Fina berteriak dan apa yang dilakukan cewek itu membuat seisi kantin menatap mereka. "Mentang-mentang lo itu anak dari pengusaha terkenal, berpengaruh di sekolah, dan punya dayang-dayang yang gak tau kalau ketuanya sampah. Jangan sok semena-mena lo sama orang! Sama-sama manusia, sama-sama makan nasi atau gue salah? Lo makan tai ya? Soalnya mulut lo bau jadinya apa yang keluar dari mulut lo, orang-orang yang dengar juga jijik."

"Fina, udah!" Neera meminta cewek itu untuk berhenti.

"Biarin aja, Neer!" kesal Fina sudah menggebu. "Lo semua yang dengar suara gue. Neera, sahabat gue, dia sama sekali gak salah. Dia dipermalukan banyak orang saat dia kena musibah. Coba kalian diposisi Neera, kalian malu? Takut kan? Apalagi harus berurusan sama sampah kayak Zeyta. Apa lo gak merasa capek?"

Neera sejujurnya tidak ingin mendengar apa kelanjutan dari yang terjadi sekarang. Ia harap keadaannya ke depan akan baik-baik saja. Lebih baik tidak terlihat daripada terlihat namun selalu mendapatkan masalah.

"Mulut doang yang gede," ucap Fina lagi. "Mau sekaya apa pun orang tua Zeyta, kalau dia gak menghargai orang lain, sama sekali nol derajatnya. Di dasar jurang kalau bisa."

Terdengar tepuk tangan mendukung, apa yang diucapkan Fina memang benar ketika seseorang tidak menghargai orang lain, dia akan menjadi orang yang paling rendah derajatnya. Zeyta sangat kesal, ia langsung pergi tanpa mengatakan apa-apa lagi, dan diikuti oleh teman-temannya di belakang.

Neera meraih tangan Fina untuk duduk. Ia memeluk Fina, di antara banyaknya orang yang tidak melihatnya, Neera sangat bersyukur ada Fina yang selalu menolongnya. "Jangan marah-marah terus ya, Fin. Nanti cantik lo hilang."

"Neera!" rajuk Fina karena ucapan cewek itu.

"Gue gak tau kalau gue udah jadi sahabat lo," ucap Neera tersenyum bahagia. "Bukannya kita cuma teman."

Fina menoleh dan ikut tersenyum. "Sekarang lo bukan sekadar teman. Lo adalah sahabat gue, Neera."

Fina membiarkan Neera memeluknya dari samping, setidaknya ia berhasil membuat Neera tidak dianggap rendah oleh orang lain. Ketika menilai seseorang tanpa mengenalnya lebih dulu, semua hasil yang mereka nilai adalah salah.

 Ketika menilai seseorang tanpa mengenalnya lebih dulu, semua hasil yang mereka nilai adalah salah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang