CHAPTER 16

271 58 727
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

TERIMA KASIH 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 16

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 16

Yang Tak Dewa Mengerti

oleh Hai Naira

--------

"Dewa?"

Naira memperhatikan cowok di depannya ini dengan bingung. Suaranya yang sejak tadi memanggil seakan dijadikan angin lalu. Dewa tetap tidak menoleh bahkan menjawabnya.

"Kamu ada masalah?" tanya Naira lagi. "Kenapa dari tadi gak bicara apa-apa? Gak biasanya kamu gak balas ucapan aku? Hello, Dewa?"

Dewa masih diam, seolah-olah tidak ada yang ingin dilakukan cowok itu di dekat Naira. Naira menghela napasnya karena sejak tadi usahanya untuk bicara dengan Dewa sia-sia.

Naira merapikan bukunya yang berserakan di atas meja. Tadinya ia dan Dewa memang bertemu di perpustakaan, tapi sepertinya melihat Dewa yang diam saja, perpustakaan yang biasanya tenang menjadi tidak menyenangkan bagi Naira. Kali ini Dewa berbeda, cowok itu sedang bersama Naira tapi pikirannya entah di mana.

Biasanya Dewa selalu mengganggu Naira ketika cewek itu membaca buku atau belajar untuk ulangan minggu depan. Biasanya juga Dewa yang paling cerewet dibanding cewek itu. Tetapi sekarang, Dewa di hadapannya benar-benar berubah meski wujudnya masih ada di hadapan Naira.

"Kalau kamu diam aja kayak gini lebih baik aku balik ke kelas." Naira bangkit dari sana. Ia menoleh sedikit, berharap Dewa menahan langkahnya tapi harapan Naira seakan pupus.

Naira berbalik, menanti pergerakan Dewa terang-terangan. Ingin melihat apa yang akan dilakukan cowok itu setelahnya. Naira bingung, kenapa Dewa sejak tadi tidak ingin bicara kepadanya?

Beberapa menit Naira menunggu. Dewa akhirnya tersadar seakan tadi cowok itu baru saja dihipnotis. Dewa mulai merapikan bukunya, Naira sendiri masih berdiri di dekat pintu keluar perpustakaan, namun pergerakan Dewa sangat lama hingga Naira tidak tahu apa yang akan dilakukan cowok itu.

Dewa berjalan ke arah Naira, cowok itu mendongak. Namun ternyata bukan Naira yang Dewa tuju, melainkan pintu keluar. Dewa berjalan menjauh dari Naira. Cowok itu benar-benar melewati Naira dan tidak memedulikan keberadaan Naira di sana.

Itu artinya sejak tadi Dewa sudah ingin Naira pergi jauh-jauh dari cowok itu.

Tetapi Naira tetap mengikuti langkah Dewa dari belakang. Bersamaan dengan helaan napas yang terasa berat, Naira terus menggerakkan kakinya, melangkah ke mana pun Dewa berjalan.

"Dewa."

Tetapi langkah Dewa makin lebar, cowok itu memimpin di depan namun membuat Naira tertinggal begitu jauh. Naira harus berlari agar berada tepat di sebelah cowok itu. Sekarang Naira benar-benar mengejar Dewa dengan kewalahan.

"Dewa!" teriak Naira karena dia tidak juga menghentikan langkahnya. "Dewa, aku minta kamu berhenti!"

Tetapi teriakan itu percuma karena Dewa tidak juga menoleh, hingga Naira mempercepat lagi larinya. Ia dengan segera menahan langkah Dewa dan menariknya begitu kuat sampai Naira berhasil mendapatkan lengan cowok itu.

"Kamu kenapa, Dewa?!" teriak Naira sudah sangat marah karena cowok itu tidak mengacuhkannya. "Aku tanya dari tadi kamu kenapa? Kamu dihipnotis? Kamu marah sama aku? Aku buat salah apa sampai kamu gak mau bicara, Dewa?"

Dewa memang berhenti, cowok itu kini menatap Naira dan mendengar semua pertanyaan bertubi-tubi dari Naira tapi tidak ada jawaban yang ingin cowok itu berikan.

Tidak ada tanggapan dari Dewa membuat Naira tertawa. Ia benar-benar tertawa karena Naira tersadar kalau detik ini Dewa di hadapannya sekarang sedang mencoba menjauh dari dirinya.

"Aku gak tau mau kamu apa, Wa." Naira melepaskan tangannya dari lengan Dewa, tidak lagi menahan cowok itu. "Kemarin kamu bilang cinta sama aku. Cuma aku yang kamu cinta. Tapi sekarang kayaknya itu udah gak berlaku, kamu udah gak suka kan sama aku?"

Dewa tidak juga merespons. Hanya helaan napas Naira yang terdengar berat.

"Tapi senggaknya kamu bisa kasih tau alasan sekarang kamu berhenti mencintaiku, Dewa. Supaya aku ngerti. Siapa tau kamu memang udah suka sama Liebi, terima perjodohan kamu sama dia. Atau sebenarnya selama ini kamu sukanya sama Inez?"

Naira mendongak sebentar, menatap langit-langit sekolahnya dengan muram, sebelum akhirnya menatap mata Dewa lagi. "Ya udah kalau kamu gak mau bicara apa-apa. Aku pergi ke kelas."

Bohong sekali, Naira. Dia bisa terlihat tegar di depan Dewa. Seolah-olah tidak peduli dengan diamnya cowok itu sekarang. Tapi nyatanya Naira menangis, meninggalkan Dewa yang mungkin sudah tidak ingin lagi menatapnya.

 Tapi nyatanya Naira menangis, meninggalkan Dewa yang mungkin sudah tidak ingin lagi menatapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang