FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA
KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA
SEMOGA SUKA ❤
TERIMA KASIH 🥰
"Siapa nama kamu?"
Pertanyaan itu tiba-tiba saja terdengar dari Genio, papa tiri Dewa yang kini menatap Neera sambil tersenyum. Neera seketika merasa canggung ingin menjawab dengan singkat namun sebelum itu terjadi Dewa sudah lebih dulu berkata, "Buat apa tanya-tanya?"
"Papa cuma mau tau namanya," jawab Genio masih memperhatikan Neera. "Apa dia pacar kamu, Dewa?"
"Mau Neera pacar Dewa atau bukan, itu sama sekali bukan urusan Papa." Dewa menjawabnya kesal, di sana Bi Ina hanya bisa memperhatikan majikannya itu sambil menjaga Daine yang sedang menggambar.
"Neera?" tanya Genio lagi, seakan masih memastikan. "Nama kamu Neera?"
"Pa," kesal Dewa karena papa tirinya itu terus mengajak Neera berbicara. "Dia ada di sini bukan buat bicara sama Papa."
Neera mengangguk, ia takut tidak sopan, dan hanya bisa memberikan senyumnya karena setiap ia ingin bicara Dewa selalu memotong. "Ayo, lanjut kerjain tugas sekolah aja! Dan jangan pernah balas ucapan dia, Ra!" Suara Dewa hanya terdengar oleh Neera, cewek itu mengangguk sebagai balasan. "Selesai ini gue antar lo pulang."
Cukup lama Neera menghabiskan waktunya dengan Dewa untuk mengerjakan tugas sekolah. Jam delapan malam, Dewa kembali mengantar cewek itu di tempat biasanya. Neera juga masuk ke dalam rumahnya dan berpisah dengan cara yang hampir sama seperti malam itu.
Saat pintu rumahnya terbuka, ia melihat mama dan papanya sedang duduk di sofa sambil menonton TV. Neera langsung menyapa dan mencium pipi keduanya. Sanee yang melihat putrinya itu meminta Neera untuk duduk tepat di sampingnya.
"Kerja kelompok lagi?" tanya Sanee pada putrinya. "Akhir-akhir ini kerja kelompok terus ya, tapi dari dulu kamu gak pernah kerjain tugas di rumah teman sampai malam gini. Biasanya juga kamu ada di dalam kamar, Neera, kalau gak baca buku ya pasti buka laptop, kan?"
"Iya, Ma," jawab Neera pelan. Mamanya jelas mengetahui Neera tidak pernah kerja kelompok hingga larut karena cewek itu selalu meminta untuk selesaikan tugas di sekolah saja. "Sekarang tugasnya banyak dan perlu waktu lama."
"Terus kamu pulang sama siapa?" Sanee masih ingin bertanya.
"Diantar teman Neera, Ma" Neera menjawabnya dengan cepat, ia ingin sekali pembicaraan ini teralihkan. Neera memeluk papanya dengan erat. "Papa baru pulang?"
Ranu mengangguk, dia tersenyum bahagia ke arah Neera. "Iya, baru banget pulang. Baru juga duduk berdua sama mama kamu."
Sanee menggeleng mendengarnya. "Ranu."
"Maaf, Sa." Ranu terkekeh mendengar Sanee yang memperingatinya.
Masih memeluk papanya, Neera memperhatikan mamanya dengan perasaan bersalah. "Maaf ya, Ma, kalau Neera pulangnya malam."
"Iya-iya," balas Sanee mengusap rambut Neera. Putri tunggalnya itu memang sejak kecil sangat mandiri meskipun tetap terlihat manja. Wajahnya selalu mengingatkan dirinya dengan Ranu ketika muda, Neera versi perempuannya. Tapi ia selalu khawatir pada putri cantiknya itu karena diamnya Neera di rumah seakan membuat gadis itu memilih terkurung. "Jangan lupa makan dulu!"
"Iya, Ma." Neera mengangguk. Ia pun ke meja makan dan diikuti mamanya. "Masakan Mama selalu enak."
Sanee tersenyum lagi, meski tanpa putrinya tahu ia selalu saja merasa khawatir apalagi mengingat kejadian buruk pernah menimpa Neera. Saat nyawanya hampir hilang ketika tidak ada yang ingin menolong putrinya. Ia tidak tahu seperti apa kejadian nyata itu, tapi yang pasti Sanee tahu kalau tidak memiliki teman memang rasanya menyakitkan. Sendirian itu sangat menyakitkan.
Walaupun tanpa kejadian itu, Sanee tidak akan pernah tahu kalau Neera memiliki masalah di sekolah karena putrinya itu tidak pernah menceritakan apa pun yang terjadi sehari-hari dalam hidupnya. Neera selalu mengatakan bahwa dia baik-baik saja. Wajahnya tidak pernah menunjukkan bahwa dia sebenarnya menanggung beban kesedihan.
Sanee membiarkan Neera fokus dengan makanan yang sedang dilahapnya. Sementara ketika pandangan Sanee teralihkan, ia melihat Ranu yang ternyata mengikuti istri dan anaknya ke meja makan. Ranu memperhatikan mereka berdua, lebih tepatnya pria itu melamun.
Awalnya diam. Namun ketika Ranu tersadar dia langsung menyadari Sanee, istrinya sedang menatapnya. Ranu membalas dengan senyuman.
Entah kenapa senyuman itu terasa berbeda.
Senyuman yang tidak pernah Sanee mengerti dari pria yang sangat ia cintai.
Gimana chapter ini menurut kamu?
NEXT?
VOTE!
KOMEN!
SHARE ke teman-teman kamu!
TERIMA KASIH
FOLLOW MEDIA SOSIALKU
KAMU SEDANG MEMBACA
Yang Tak Dewa Mengerti
Teen Fiction[DAFTAR PENDEK WATTYS 2023] 𝘉𝘢𝘨𝘪𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘭𝘪𝘯𝘨 𝘳𝘶𝘮𝘪𝘵 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘴𝘦𝘣𝘶𝘢𝘩 𝘤𝘦𝘳𝘪𝘵𝘢 𝘢𝘥𝘢𝘭𝘢𝘩 .... 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘮𝘶𝘭𝘢𝘪𝘯𝘺𝘢? 𝘉𝘢𝘨𝘢𝘪𝘮𝘢𝘯𝘢 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘪𝘯𝘺𝘢? Tapi Neera menegaskan. "Kamu akan selalu ja...