36. Berhak Membenci

319 77 10
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

Neera terdiam memikirkan setiap perkataan Dewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Neera terdiam memikirkan setiap perkataan Dewa. Cewek itu sudah mengambil kesimpulan kalau dirinya tidak penting bagi cowok itu. Yang menjadi tujuan utama Dewa hanya Daine. Sekali lagi Neera mengingatkan dirinya sendiri kalau semua ini alasannya hanya karena adik cowok itu saja.

Ia menatap Dewa cukup lama. "Dan tujuan lo ajak gue hujan-hujanan kayak gini apa, Dewa? Kenapa gue harus merasakan ini?"

"Karena gue mau lo tau, gimana kacaunya gue, Neera." Dewa berbicara dengan perlahan-lahan, kentara sekali nada sedih di sana. "Gue mau hidup Daine bahagia."

Suara bising hujan bercampur kendaraan saat itu memenuhi kesedihan Dewa. Dia menatap kosong apa yang ada di depannya, tidak lagi memperhatikan Neera. Pikirannya sudah benar-benar kacau sejak dirinya tahu kalau wanita yang pernah ia lihat di foto saat mamanya memutuskan pergi dari rumah adalah ibu Neera. Ketika dirinya sudah berada cukup jauh ke dalam hidup cewek itu, saat Dewa sendiri membuka hatinya, ia tidak menyangka akan berakhir seperti ini.

Awalnya Dewa kira, Neera hanya sebagai seseorang yang berarti bagi Daine. Cewek itu berhasil menarik perhatiannya ketika Daine bisa beradaptasi dengan orang lain selain dirinya. Namun ternyata bersama Neera tidak sesederhana yang Dewa duga.

Bisa saja Dewa mendekati cewek itu, menjadikan Neera sebagai pacarnya, dan berakhir putus seperti sebelum-sebelumnya. Tetapi tidak begitu, dirinya tidak bisa memperlakukan Neera sama seperti yang lain.

Di sisi lain, Neera memperhatikan perubahan ekspresi Dewa. Cowok itu menangis, bersatu dengan air hujan yang masih menetes dari rambutnya yang basah. Dewa terlihat seperti tidak bersemangat, perlahan Neera memberanikan diri, mengangkat tangannya. Ia tidak tahu apakah yang dilakukannya sudah benar atau belum, tapi Neera mengusap pipi Dewa, menghentikan air mata cowok itu.

"Dewa ...." Neera memanggil nama cowok itu. Walau dingin sejak tadi menyergap tubuhnya tapi melihat Dewa ternyata lebih kacau, membuat Neera tidak bisa protes banyak. Dewa memang tidak menatap ke arah Neera namun kini Dewa meraih tangan Neera dan menggenggamnya erat.

"Gue tau, Dewa. Sebenarnya selama ini lo benci sama nyokap gue," ucap Neera ketika Dewa hanya diam saja. "Gue mau bicara sama lo. Lo pergi. Gue mau tau lo kenapa. Dan lo malah biarin gue di tengah lapangan, jatuh, dan diketawain banyak orang. Gue tau, itu bukan salah lo, karena tanpa lo juga gue udah pernah diketawain kayak gitu."

Air mata Neera terjatuh ketika dirinya kembali mengingat kejadian saat ia tenggelam di kolam renang. "Tapi gue mohon, nyokap gue gak tau apa pun tentang lo. Lo bisa benci sama gue. Lo bisa ketawain gue saat gue jatuh di lapangan atau pas ulang tahun Rachel. Kalau aja lo datang, mungkin lo juga sama. Lo akan ketawain gue kayak yang lain."

Neera menunduk, saat itu ia berada di titik paling sadar kalau dirinya tidak memiliki siapa pun di sekolah selain Fina. Sampai tidak ada satu pun orang yang menolongnya selain teman barunya sendiri.

"Cewek kolam renang." Neera tertawa sedih. "Cewek kolam renang yang gak bisa berenang," ulangnya masih tertawa tapi air matanya terus turun membasahi pipi.

Tanpa cewek itu sadar, Dewa sudah menatapnya. Cowok itu terfokus pada Neera. Tidak menghapus air mata Neera namun membiarkan cewek itu terus menangis.

"Sampai gue pikir andai saat itu gue udah kenal lo ... gue berharap lo tolong gue. Supaya gue gak tenggelam." Neera melanjutkan. "Tapi gue sadar, pas kita udah saling kenal, lo juga gak tolong gue. Dan, lo jelas berhak gak tolong gue. Sekarang kalau lo mau benci nyokap gue, lebih baik lo benci gue aja, Dewa.

"Walaupun mungkin di antara banyak manusia di dunia ini, cuma lo yang gue harap gak benci gue."

Gimana chapter ini menurut kamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang