CHAPTER 21

286 61 8
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH🥰

TERIMA KASIH🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 21

Yang Tak Dewa Mengerti

oleh Hai Naira

-------

Meminta Dewa pergi jauh adalah cara paling menyakitkan yang pernah Naira lakukan. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa. Ia tidak bisa mengharapkan apa pun dari hubungan mereka yang sebenarnya tidak pernah dimulai.

Semuanya sama seperti mereka tidak saling mengenal dulu.

Naira tidak mengenal Dewa dan Dewa juga tidak mengenal Naira.

Meski untuk detik ini, perasaan itu sulit untuk dikembalikan seperti semula. Meski detik ini, berulang kali, Naira mencoba untuk tidak peduli tetapi matanya—perhatiannya terus tertuju pada Dewa.

Sekarang Naira berjalan sendirian ke luar sekolah. Biasanya ia akan pulang bersama Dewa, menghabiskan waktunya dengan main di rumah Dewa. Namun sekarang, rasanya untuk mengharapkan itu kembali terjadi adalah suatu hal yang mustahil.

Ia berdiri di pinggir jalan. Menunggu angkutan umum untuk membawanya pulang ke rumah. Tapi matanya tidak juga lepas dari Dewa yang sekarang ada di dekat mobil cowok itu. Dia terlihat sedang menunggu seseorang tapi jelas itu bukan Naira.

Di antara banyaknya orang di halte, Naira merasa ia benar-benar sendirian dan begitu menyedihkan hanya mampu memperhatikan Dewa dari jauh. Ia tidak memiliki teman dekat selain cowok itu. Ia tidak punya siapa-siapa yang mengerti dirinya selain Dewa. Dan ketika Dewa pergi, Naira tidak tahu harus bersama siapa dirinya berteman.

Tetapi beberapa menit kemudian ada seorang cewek yang menghampiri mobil Dewa. Naira dapat melihat wajah senang cewek itu ketika Dewa menyambutnya. Ketika Dewa ... tersenyum ke arahnya. Meski cewek itu bukan Inez atau pun Liebi, tapi rasanya tetap menyakitkan untuk dilihat.

"Kamu sudah menemukan perempuan yang tepat buat kamu cintai, Dewa?"

Naira mengembuskan napasnya berat. Ia melihat Dewa sudah masuk ke dalam mobil bersama cewek itu. Tempat yang biasanya Naira tempati kini diisi oleh orang lain.

"Kamu yakin kan kalau dia yang terbaik buat kamu?"

Mobil Dewa sudah jalan dan lewat tepat di depan pandangan Naira. Ia terus melihatnya sampai mobil itu sudah tidak lagi terlihat dari pandangannya. Sampai angkutan umum yang Naira tunggu akhirnya sampai namun pikiran tentang Dewa menemukan perempuan lain masih saja mengganggu.

Sementara di dalam mobil, Dewa menyandarkan punggung, fokus memperhatikan jalan, dan membiarkan Tresa—teman sekelasnya berbicara. Ia mendengarkan setiap ucapan Tresa namun pikirannya kembali pada seseorang yang tadi sedang berdiri di halte.

"Kita perlu cari materi lewat jurnal atau buku tambahan lagi gak, Dewa?" tanya Tresa semangat. "Kalau menurut lo masih kurang, gue ada buku di rumah atau cari di internet saja?"

"Terserah lo. Gimana baiknya." Dewa memberi senyumannya.

"Oke, kalau gitu nanti kita coba kerjain bareng." Tresa membalasnya dengan senyuman yang sangat lebar. "Dewa!"

"Ya?"

Tresa masih mempertahankan senyuman itu. "Gue senang satu kelompok sama lo."

"Bagus kalau lo senang," balas Dewa dengan anggukan.

"Gue juga senang satu mobil sama lo." Tresa melanjutkan. "Biasanya lo selalu bareng sama Naira, padahal kalian gak satu kelas. Kalian juga gak satu jurusan. Jadi gue pikir ... mungkin lo memang cuma dekat sama dia doang."

Naira, topik yang sebenarnya Dewa hindari sejak tadi.

"Nggak, gue juga dekat sama banyak orang." Dewa menjawab.

"Lo sama Naira pacaran?" tanya Tresa lagi. "Maaf kalau pertanyaan gue lancang, tapi gue penasaran aja."

Dewa menggeleng cepat. "Gue gak pacaran sama Naira. Dan gue mohon lo berhenti bahas tentang Naira lagi."

Karena ia tidak ingin memikirkan cewek itu lagi dan lagi. Setiap detiknya. Selamanya.

Gimana chapter ini menurut kamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU


Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang