46. Saling Cinta

638 80 168
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

"Aku hubungi kamu nanti

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku hubungi kamu nanti. Aku gak sabar ketemu mama kamu."

Neera mengangguk mendengar ucapan terakhir Naira kepadanya.

Ia tidak menduga akhirnya bisa bertemu dengan sang penulis novel Yang Tak Dewa Mengerti. Pertama kalinya Neera menyadari ketika novel itu menjadi pembicaraan banyak orang hingga muncul pada berbagai media sosial. Wajah Naira yang sedang berada di Vienna tampak tersebar dan Neera langsung mengingatnya.

Cewek itu adalah orang yang Neera lihat di rumah sakit. Ketika ia sedang duduk di depan ruangan papanya, ia melihat Naira dan beberapa orang tampak khawatir. Perasaan takut mereka seperti sama besarnya dengan ketakutan Neera dengan mamanya saat itu.

Tetapi Neera tidak punya waktu untuk berbicara dengan mereka saat itu. Ia terlalu sibuk mengurusi pemakaman papanya dan menemani mamanya yang sangat kehilangan.

Hanya saja Neera tidak menyangka kalau orang yang menabrak papanya adalah Dewa. Dewa cewek itu, Dewa yang sangat berbeda dengan Dewanya. Neera sudah membaca semua dari awal hingga akhir, Dewa yang Naira ceritakan sebenarnya sangat mencintai cewek itu. Hanya saja keadaan yang memaksa Dewa tidak mau mengerti dengan cinta mereka sebenarnya.

Sementara, Dewa yang pernah Neera buat ceritanya, dia terlalu mencintai adik kecilnya sampai Neera sadar diri untuk tidak membuat cowok itu melihat kepadanya. Selama lima tahun setelah ia memutuskan untuk menjaga jarak dan fokus masing-masing, Neera berhasil menemukan dirinya sendiri. Ia begitu banyak belajar untuk mencintai dirinya dan tidak pernah membandingkan apa yang ia punya dengan orang lain. Setiap Neera merasa kurang, ia akan selalu tahu kalau masih ada orang yang tidak seberuntung dirinya, jadi Neera mencoba terus bersyukur karena ia masih diberi kelebihan yang tidak semua orang miliki dari Tuhan.

Neera juga tidak membenci masa lalunya, tanpa itu mungkin ia tidak pernah mempunyai kesempatan untuk mengenal Dewa lebih banyak. Meski ia jadi tidak pernah menulis tentang Dewa lagi. Meski Neera akhirnya tahu semua hal khayalannya tidak mungkin terjadi sesuai harapannya.

Tetapi Neera percaya, Tuhan punya caranya sendiri jika Dewa memang tercipta untuknya.

"Daine!"

Teriakan itu membuat Neera menghentikan langkah. Ia sedang berada di toko buku tetapi suara itu dan nama itu terasa familier baginya. Neera mencoba tidak percaya namun teriakan selanjutnya membuat ia tidak bisa untuk tidak mencari-cari orang itu.

"Jangan pergi ke mana-mana, oke?"

Neera membalikkan badannya dan tepat saat itu ia melihat Dewa ada di sana. Bersama dengan adik cowok itu yang kini sudah tumbuh besar. Dan tepat saat itu, Dewa juga merasakan seseorang sedang menatapnya, hingga ia mendongak untuk melihatnya.

Dewa terkejut melihat keberadaan Neera di hadapannya. Lima tahun berlalu, lima tahun cewek itu memutuskan untuk menjauh darinya. Meskipun lama, jika waktu itu tercipta untuk mereka, seperti detik ini, waktu juga yang mempertemukan mereka kembali.

"Dewa," ucap Neera tersenyum kepada cowok itu.

Dewa tidak banyak berubah selain dia terus bertambah tampan. Dia juga tampak rapi dengan pakaian santainya. Lima tahun tanpa kabar dari cowok itu. Tapi Neera melihat Dewa berhasil mencapai apa yang cowok itu impikan, terlihat wajahnya yang penuh kebahagiaan.

"Neera," balas Dewa mengangkat kedua ujung bibirnya.

"Apa kabar?" Neera tahu ini terlalu basa-basi. "Lima tahun kita gak ketemu. Apa yang lo lakuin selama itu?"

"Baik." Jawaban Dewa masih disertai senyuman, ia mendekati Neera agar tidak ada lagi jarak di antara mereka. "Selama itu gue belajar mencintai lo, Neera. Dan lo sendiri, apa yang lo lakuin selama itu?"

Neera tidak bisa menyembunyikan senyumnya, namun ia mengangkat bahu agar terlihat percaya diri di depan Dewa. "Masih sama. Lima tahun itu gue pakai untuk terus cinta sama lo."

"Jadi ini waktu yang tepat?" tanya Dewa lagi, mengangkat alisnya dan Daine menyusul berdiri di antara mereka.

"Waktu yang tepat?"

Neera berbalik tanya dan kemudian tersenyum ke Daine.

"Ya, waktu yang tepat buat kita saling cinta, Neera." Dewa berucap gemas. "Benar, kan?"

Neera mengangguk.

"Benar, Dewa."

Gimana chapter ini menurut kamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

EPILOG ADA DI CHAPTER SELANJUTNYA

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang