34. Cuma Kamu

282 64 66
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

Sejak tadi keberadaan papa tiri Dewa tidak lagi terasa asing bagi mama dan neneknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sejak tadi keberadaan papa tiri Dewa tidak lagi terasa asing bagi mama dan neneknya. Sementara Neera hanya bisa memperhatikan mereka secara bergantian, banyak pertanyaan yang bersarang di kepalanya apalagi mengingat Genio adalah papa tiri Dewa.

Genio dan Sanee sudah tidak lagi berpelukan. Dua orang itu kini saling duduk bersama dengan Neera dan neneknya. Neera memilih untuk duduk tepat di samping mamanya. Mata Neera tidak lepas memperhatikan ekspresi papa tiri Dewa ke mamanya, kalau-kalau ada informasi lagi yang Neera tidak tahu dari dua orang itu.

Neneknya sekarang pergi ke dapur untuk mengambil minuman. Suasana canggung seakan ikut terasa oleh Neera yang sama sekali tidak tahu dengan apa yang dilihatnya kali ini. Ketika neneknya bergabung kembali, beliau mampu mencairkan suasana, nenek Neera lebih dulu bertanya keadaan Genio.

"Sudah lama gak ketemu ya, Nio." Neneknya mengatakan itu dengan ramah. "Saya juga sudah lama gak ketemu sama mama kamu. Kabarnya gimana?"

Genio tampak tersenyum, mengangguk pelan. "Mama ada di rumah lama dan masih sehat."

"Senang dengarnya," balas nenek Neera masih terus menciptakan topik pembicaraan.

Neera diam-diam masih memperhatikan Genio, ia tidak menyangka jika papa tiri Dewa dengan keluarganya saling mengenal. Bahkan Neera juga sampai bertanya, apakah papanya juga mengenal Genio? Apakah keduanya dekat? Namun kenapa Neera sama sekali tidak tahu apa pun tentang papa tiri Dewa itu.

"Saya turut berdukacita, saya baru tau kalau Ranu sudah tiada." Genio mengatakannya dengan pelan. "Dan maaf kalau saya baru bisa datang untuk bertemu Sanee lagi."

Neneknya mengangguk. "Ranu mengalami kecelakaan. Mobilnya menabrak mobil lain. Pemilik mobil yang menabrak mobil Ranu juga meninggal. Kami gak bisa menyalahkan siapa-siapa karena mereka berdua sama-sama korban di sini."

Neera melihat tatapan Genio kini beralih pada Sanee. Mamanya memang masih menunjukkan wajah sedih, Neera dapat merasakan itu. Tapi Neera sendiri sangat tidak nyaman ketika papa tiri Dewa itu menatap mamanya dengan penuh harap. Seakan di sinilah titik perjuangannya kembali dimulai.

"Neera, ayo ikut sama Nenek!" Mendengar ajakan itu membuat Neera menggeleng cepat. Ia ingin tetap berada di dekat mamanya untuk mengetahui apa yang akan terjadi di antara mamanya dan Genio.

"Aku mau di sini aja, Nek," balas Neera cepat membuat neneknya mengangguk dan pergi meninggalkan cucunya bersama dengan Sanee dan Genio.

Genio tampak menundukkan punggungnya sedikit, ingin menatap jelas wajah Sanee yang sejak tadi terdiam. "Sa," panggilnya. "Jangan sedih."

Sanee menghela napasnya mendengar ucapan itu. "Ranu meninggalkan aku, Nio. Ranu kecelakaan dan Ranu ... aku gak bisa jelasin gimana kondisinya pas aku lihat dia kesakitan."

Genio meraih tangan Sanee, menggenggam tangan itu erat. Mereka berdua seakan tidak memedulikan keberadaan Neera yang sejak tadi memperhatikan. "Aku ada di sini untuk kamu, Sa. Kamu gak akan sendiri lagi."

"Tapi kamu gak mungkin selalu ada buat aku terus, Nio. Kehidupan kamu sekarang lebih penting." Sanee menjawabnya dengan lirih. "Aku memang sahabat kamu, Nio. Cuma aku bukan Sanee yang dulu lagi, aku bukan untuk kamu prioritaskan lagi."

Mendengar penolakan Sanee membuat Genio terdiam sejenak. "Asal kamu tau, Sa. Hidup tanpa kamu bertahun-tahun ternyata gak menyenangkan. Memberikan kamu kepada Ranu gak buat perasaan aku bahagia. Tapi yang aku pikirkan saat itu adalah yang terpenting pilihan kamu. Kamu bahagia hidup bersama Ranu."

Bukan hanya Sanee, Neera sebagai seseorang yang masih remaja saja terdiam sekaligus terkejut mendengar ucapan itu. Jadi ini yang tidak Neera tahu, papanya tidak pernah menceritakan tentang siapa laki-laki yang membuat dia memperjuangkan Sanee saat itu. Neera sama sekali tidak mengetahui kisah cinta orang tuanya dulu, seberapa usaha papanya untuk mendapat mamanya saat itu.

"Sekarang Ranu udah gak ada. Seharusnya sekarang aku yang menjaga kamu, Sa. Aku akan selalu memberikan apa yang kamu butuh. Apa pun itu cuma buat kamu."

Gimana chapter ini menurut kamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang