CHAPTER 10

377 70 496
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

TERIMA KASIH 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 10

Yang Tak Dewa Mengerti

oleh Hai Naira

-----------

Dewa melihat mamanya datang ke kamar. Ia merasakan akan ada masalah yang kembali diperdebatkan oleh mamanya. Dewa menaruh tasnya di atas kasur, ia baru saja sampai setelah dari rumah Naira.

"Kamu antar Naira lagi, Dewa?" tanya mamanya cepat ketika melihat putranya sudah sampai di rumah. "Kamu bahkan menolak permintaan Mama untuk bertemu Liebi, tapi sama Naira kamu bebas bertemu seharian."

Beberapa hari ini Dewa memang menyibukkan diri bersama Naira. Ia tidak ingin pulang cepat-cepat karena akan bertemu mamanya seperti sekarang dan pasti akan membahas tentang Naira lagi.

Dewa sudah diam agar emosinya tidak meluap. Sudah ia tekankan ke dirinya sendiri untuk tidak berdebat terus. Dewa lelah dengan ini semua karena mamanya selalu ingin Dewa menjauh dari Naira dan sialnya Naira sendiri malah mendukung keputusan itu.

"Naira lagi! Naira lagi!" Teriakan mamanya memenuhi seisi kamar Dewa. Mungkin terdengar sampai satu rumah, tapi Dewa yang kini terduduk di atas kasurnya dapat mendengar sangat keras amarah dari mamanya.

"Naira itu bukan pacar kamu, Dewa. Mama sudah bilang, hubungan kalian hanya sebatas sahabat! Hanya itu kalau kamu gak ingat apa yang pernah Mama katakan."

Dewa memang ingat, ketika ia membawa Naira ke rumah dan memperkenalkan Naira pada mamanya. Entah kenapa mamanya langsung berbicara bahwa jika beliau ingin Dewa bersama Naira hanya sebatas teman saja.

Tapi semua itu tidak bisa Dewa terima, sejak dirinya mengenal Naira, bukan teman yang ia inginkan dengan cewek itu. "Mama tau apa soal hati Dewa? Mama kira Dewa akan jatuh cinta sama Liebi? Mama pikir kalau Dewa harus menerima semua keinginan Mama untuk menerima perjodohan yang Mama ciptakan sama teman Mama itu?"

"Ya, kamu memang harus menerima keputusan ini Dewa."

Dewa menggeleng, ia tidak percaya dengan pikiran mamanya. "Dewa hidup di zaman apa, Ma? Dewa bukan hidup di zaman orang tua menjodohkan anaknya. Dewa ini hidup di zaman anak bisa memilih kebahagiaannya sendiri karena Dewa paham apa yang terbaik buat Dewa, Ma. Dewa bahkan masih muda, Ma, buat menerima perjodohan omong kosong ini."

Dihelanya napas berat. "Apa karena hubungan Dewa sama Naira lebih dekat dari sebelumnya? Sebelum ini gak ada tuh nama Liebi yang selalu Mama sebut terus. Jadi Mama punya alasan buat pisahin Dewa sama Naira dengan memaksa Dewa buat dekat sama anak teman Mama itu. Iya, kan?"

Mamanya masih diam. Dewa sudah tidak kuat menahan kekesalan di hatinya.

"Hubungan Mama dan Papa aja gak berjalan baik. Mama dan Papa bahkan pisah."

Dewa mengepalkan tangannya, menahan emosinya untuk tidak makin meninggi.

"Kenapa sekarang Mama jadi sok tau apa yang menurut Mama baik buat Dewa? Dan Dewa gak bahagia dengan itu."

Dewa duduk dengan napas yang naik-turun. Dia malas menatap mamanya, tapi tidak lama Dewa mendengar suara isak tangis dari mamanya. Itu berhasil membuat Dewa membalikkan badan untuk melihat namun mamanya sudah berlalu pergi.

Dewa menyesal telah berbicara sekeras tadi kepada mamanya. Tapi ia benar-benar tidak ingin hidupnya diatur seperti itu sampai pasangan yang harus dia terima.

Kalau Dewa menerima keputusan mamanya, memang bukan sekarang Dewa akan hidup bersama Liebi. Tapi jika tidak ditolak sejak sekarang, sampai kapan pun mamanya akan bersikap seenaknya kepada dirinya nanti.

Lagi pula ia menyadari sejak awal hatinya sudah ada hanya untuk Naira.

Hanya Naira.

Gimana chapter ini menurut kamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang