CHAPTER 4

526 99 122
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

TERIMA KASIH 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 4

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 4

Yang Tak Dewa Mengerti

oleh Hai Naira

------------

"Naira."

Dewa memanggilnya berkian kali namun Naira tidak juga menoleh ke arah cowok itu. Jelas saja itu membuat Dewa kebingungan. Dihelanya napas berat, ia makin mendekatkan jarak di antara keduanya.

"Ra?"

Naira tetap sibuk pada buku yang sedang dibacanya. Walau sejak tadi Dewa tidak juga pergi dari kamarnya padahal Naira sudah mengabaikan kehadiran cowok itu. Tetapi Dewa seperti tidak menyerah untuk membuat Naira memperhatikan dirinya lagi.

Biasanya Naira tidak seperti ini. Naira dan Dewa pasti dalam keadaan baik-baik saja ketika bersama. Jika Dewa main ke rumah Naira pun, mereka lebih banyak bercanda setiap saatnya.

"Ada apa?" tanya Dewa lagi. Cowok itu sama sekali tidak melepas perhatiannya dari Naira. Ia takut telah menyakiti hati cewek itu mengingat baru kemarin mereka mengalami kejadian buruk di pesta ulang tahun Inez.

Sebenarnya bukan tentang Naira yang malu jatuh ke kolam renang. Naira bahkan tidak lagi mempermasalahkan itu. Hanya saja ia baru tahu kalau Dewa punya seorang teman perempuan lain yang terlalu berani untuk mendekati cowok itu. Bahkan tidak memiliki rasa malu di acara ulang tahunnya sendiri.

Naira menggeleng cepat sebagai jawaban. Ia berharap tidak terlihat seperti cewek yang pencemburu walau itulah yang sedang dirasakannya sekarang. Ketika Naira melirik sedikit, Dewa masih memperhatikannya tanpa beralih.

"Kalau ada teman kamu yang ulang tahun atau acara apa pun itu, aku gak akan ikut lagi," balas Naira terasa begitu berat menjelaskan. "Kamu paksa pun aku gak akan mau, terserah kamu tetap datang atau nggak."

Dewa menyentuh pipinya, mengusap kulit Naira dengan begitu lembut. "Aku gak akan pergi kalau itu buat kamu sedih, Ra," ujarnya tegas. "Aku gak akan buat kamu dalam bahaya lagi. Itu janjiku."

Mendengar itu Naira sudah mengalihkan pandangannya dari Dewa. Agar Dewa tidak mengetahui matanya sudah berkaca sejak tadi. Sialnya pada detik itu ia menangis tepat di hadapan Dewa.

"Ra," panik Dewa melihat Naira menangis. Cowok itu masih bertahan mengusap lembut pipi Naira seakan tidak pernah lelah memintanya untuk cerita. "Ada apa?"

"Dewa." Naira memberanikan diri menatap mata Dewa. Untuk beberapa menit, Naira ingin menatap cowok itu dan membiarkan dirinya memperhatikan wajah Dewa lebih lama dari biasanya.

Dewa mengangguk sebagai jawaban. "Ada apa, Ra? Aku ada di sini, Ra. Di dekat kamu."

Dengan jarak yang begitu dekat. Yang dapat Dewa lihat hanya mata indah milik Naira. Jarak dekat yang biasanya terlihat biasa saja, namun sekarang terasa berbeda. Seakan tatapan mereka kali ini sedang berbicara dan menyampaikan pesan satu sama lain.

Yang entah namanya apa.

Sampai Dewa merasakan kini tangan Naira yang mengusap pipinya. Pelan namun dapat membawa mereka pada suasana yang berbeda.

"Aku cemburu, Dewa."

Tangan Naira bergerak memegang alisnya. Lama-lama tangan Naira bergerak ke dekat matanya, Dewa membiarkan Naira yang juga menyentuh ujung hidungnya.

"Kamu dekat sama cewek lain."

Suasana berbeda kali ini tidak bisa Dewa dan Naira lupakan dengan mudah. Ketika Dewa juga bergerak meraih pinggang cewek itu. Menarik tubuh Naira lebih dekat. Menghapus jarak di antara keduanya.

Ketika udara tidak lagi sejuk di dekat mereka saat napas keduanya saling menerpa. Dewa merasakan tangan Naira kini menyentuh bibirnya namun dengan cepat berpindah pada pipinya lagi.

Suasananya makin berbeda dan mereka berdua yakin sejak saat ini perasaan keduanya berubah, lebih jujur, lebih memiliki arti.

Dan itu dimulai ketika Naira mencium Dewa tepat di bibirnya.

Dan itu dimulai ketika Naira mencium Dewa tepat di bibirnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

Kasih komentar kamu dong

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang