44. Sanee Ranu

327 66 6
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

Neera menghampiri mamanya yang baru saja sampai rumah setelah seharian bekerja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Neera menghampiri mamanya yang baru saja sampai rumah setelah seharian bekerja. Ia dengan cepat pergi ke dapur, menyiapkan minuman lalu memberikan minuman dingin itu untuk Sanee. Neera pun memeluk mamanya erat, lalu memijat kaki, dan bermanja kepada mamanya.

Senyuman bahagia terlukis dengan indah di wajah keduanya.

"Mama capek banget ya? Jangan capek-capek ya, Ma. Neera takut Mama sakit dan kalau Mama capek, Mama bilang sama Neera supaya Neera pijit Mama."

"Mama gak mungkin capek dan gak harus mengeluh terus, Neera," ucap Sanee masih tersenyum. "Mama gak mungkin mengeluh ketika tujuan Mama melakukan ini semua untuk kita bahagia. Mama harus terus semangat supaya pekerjaan Mama nggak terasa berat."

"Tapi Mama harus ingat kalau Mama punya Neera, oke?"

"Kamu juga harus ingat kalau kamu punya Mama."

"Iya, Ma. Neera sayang banget sama Mama dan papa di sana juga sangat sayang sama Mama." Neera mengecup pipi mamanya. "Mama adalah ibu yang paling hebat bagi Neera. Istri yang paling terbaik buat papa. Mama memilih keputusan yang tepat dan adil buat semua orang. Mama berusaha mempertahankan perasaan semua orang untuk bahagia, termasuk kebahagiaan untuk Neera dan papa."

"Keputusan itu bukan pertama kalinya Mama lakukan, Ra. Dulu, Mama juga pernah ada di posisi ini. Ketika Mama harus memilih antara papa atau Om Genio. Itu adalah keputusan yang teramat berat bagi Mama. Tentunya untuk hidup Mama selanjutnya." Sanee menjawabnya dengan tenang. "Memang sulit menolak Om Genio untuk pertama kalinya, merelakan dia menjauh dari hidup Mama setelah sekian lama kami berdua bersama. Namun saat itu, Mama merasa lebih yakin sama papa. Papa meyakinkan Mama dengan cara yang tepat sampai akhirnya Mama jadi sangat yakin untuk hidup bersama papa kamu, selamanya, karena menurut Mama saat dengan papa kamu, semuanya terasa lebih baik."

Neera mengangguk menyetujui hal itu. Ia mengambil bingkai foto keluarga yang terletak di atas meja, di samping sofa yang sedang mereka duduki saat ini. Membawanya untuk dilihat oleh ia dan mamanya. "Kalau Neera jadi Mama, Neera juga akan memilih papa. Mama mau tau kenapa?"

"Kenapa?"

"Karena kalau Mama gak sama papa. Neera gak akan ada di dunia ini. Gak akan pernah tercipta juga nama indah untuk anak Mama dan papa nantinya. Neera. Gabungan nama dari Sanee dan Ranu. Aku senang punya nama yang memiliki maksud tentang kebersamaan antara Mama dan papa.

"Apa jadinya kalau Mama terima Om Genio di hidup Mama, nama indah itu gak akan pernah terlintas dan tercipta di dunia ini, kan?"

Sanee tertawa mendengarnya. "Dan anak Mama yang bernama Neera ini ternyata bisa aja bercandanya."

Keduanya tertawa sambil memperhatikan foto keluarga kecil mereka. "Papa memang kalah tampan sama Om Genio ya, Ma? Tapi bagi Neera, papa yang paling berani. Papa yang gak pernah ragu pada pilihannya. Papa yang punya keyakinan bahwa dia bisa menciptakan kebahagiaan besar di keluarga kita."

Sanee terharu mendengar setiap kalimat yang diucapkan Neera, berhasil membuat tangisnya tercipta. Dia memeluk putrinya dengan erat. Mencoba menyembunyikan tangisannya.

Setiap nama Ranu terdengar, terlintas, dan bahkan yang berkaitan dengannya selalu mampu membuat Sanee menangis karena dengan mudah dia merindukan setiap hal yang ada pada suaminya. Cinta matinya.

Gimana chapter ini menurut kamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU


Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang