CHAPTER 18

289 54 7
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

CHAPTER 18

Yang Tak Dewa Mengerti

oleh Hai Naira

--------

Malam itu, ketika Naira sedang berjalan ke dapur untuk makan malam bersama mamanya, ia melihat kehadiran seorang pria yang sudah ia kenal. Seorang pria yang tidak asing lagi sejak ia mengenal Dewa.

Benar saja, Naira sangat mengenali postur tubuh itu. Pria yang ada di hadapan mamanya adalah papa Dewa. Baru kali ini Naira melihat kehadiran pria itu di rumah. Dengan langkah cepat ia mendekat ke arah sana, walau tidak secara langsung berada di samping mereka.

Naira berdiri di balik dinding dan berharap dapat mendengar obrolan mereka. Tidak pernah terpikirkan oleh Naira kalau mamanya dekat dengan papa Dewa. Ini seperti ... mereka sudah lama saling kenal.

"Kamu benar-benar gak bisa menerimaku? Aku sudah berjuang, aku sudah merelakan segala hal di hidupku untuk bisa bersama kamu."

Naira melihat mamanya menggeleng. "Aku gak bisa menerima kamu. Aku gak bisa melihat anakku sedih kalau kita bersama."

"Kenapa?" tanya papa Dewa. "Apa karena aku belum membuat anak kamu menerimaku?"

"Bukan seperti itu." Mama Naira tampak bersedih. "Tapi anakku, Naira, dan anak kamu, Dewa. Mereka berdua saling mencintai."

Naira tidak terkejut dengan itu. Mamanya mungkin tahu bagaimana kedekatan putrinya dengan Dewa. Lagi pula melalui kebersamaan dan tatapan keduanya sudah menjelaskan bahwa Dewa dan Naira saling mencintai.

Di balik dinding, Naira masih memperhatikan dua orang dewasa yang saling melemparkan argumennya tentang hubungan mereka. Naira dapat melihat papa Dewa seperti menaruh banyak harapan pada mamanya. Namun yang tidak Naira mengerti, kenapa beliau cerai dengan istrinya?

Apa itu yang tadi disebut merelakan? Jadi papa Dewa merelakan segala hal yang ada di hidupnya agar dapat melanjutkan hidup dengan mamanya? Naira makin tidak mengerti dengan ini semua.

Naira melihat ekspresi terkejut dari papa Dewa. "Jadi ... mereka memiliki hubungan?"

"Yang gak kamu tau, Dewa dan Naira dekat, Mas. Dan kamu harus paham, kalau kita bersama, seberapa bencinya mantan istri kamu kepada aku dan anakku."

Terlihat papa Dewa yang makin tertegun. "Tapi mereka masih remaja. Aku yakin itu cuma cinta-cintaan remaja saja."

"Bukan, Mas. Cinta itu bukan cuma untuk orang dewasa saja. Cinta itu hadir dan bernilai buat semua orang. Dan aku yakin, perasaan mereka berdua memiliki arti lebih."

Mama Naira menjeda pelan lalu kemudian mengangguk.

"Aku paham, sejak dulu kamu memang selalu mencintaiku. Tapi bukan seperti ini caranya. Kamu menyakiti banyak orang di hidup kamu. Semua yang berawal dari tidak ikhlasnya orang lain di hidupmu akan berpengaruh buruk untuk hidup kita selanjutnya."

Naira masih berdiri menguping pembicaraan itu.

"Aku bisa saja menerimamu, tapi kebahagiaan anakku—Naira—adalah nomor satu."

"Kamu sama sekali gak melihat perjuanganku?" tanya papa Dewa lagi. "Aku hidup gak bahagia tanpa kamu. Kamu menikah dengan orang lain. Aku gak bahagia. Terus sekarang apa aku harus membiarkan kehilangan kamu buat yang kedua kalinya?"

Mama Naira masih menolak. "Mas, hubungan kita gak bisa bersama itu sudah terjadi belasan tahun lalu. Sudah berlalu sangat lama. Tapi hubungan anakku dengan Dewa, mereka baru memulai ini. Kamu yang harusnya peduli kalau mereka berdua terlihat bahagia, dan aku juga gak mau Naira sedih hanya karena aku egois."

"Aku gak peduli," balas papa Dewa sambil menggeleng, ia tertawa pahit. "Aku sudah menceraikan istriku, meninggalkan anakku, dan sekarang apa aku juga harus kehilangan kamu? Kesempatan terakhirku buat terus bersama kamu. Aku gak akan menyerah."

Papa Dewa terlihat menggebrak kesal, beliau berjalan menjauh dari sana. Naira dapat melihat wajahnya yang memerah menahan amarah. Di tempat persembunyiannya, Naira menatap sisa-sisa langkah papa Dewa.

Tetapi Naira merasakan air matanya terjatuh, ia baru menyadari dirinya menangis. Jadi ini alasan Dewa menjauh dan tidak berbicara padanya.

Karena Dewa sudah tahu tentang papanya yang dekat dengan mama Naira.

Karena Dewa sudah tahu tentang papanya yang dekat dengan mama Naira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU


Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang