12. Satu Orang

496 99 221
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

Neera langsung berlari ke kasurnya dan tidur dengan perasaan yang sangat gembira

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Neera langsung berlari ke kasurnya dan tidur dengan perasaan yang sangat gembira. Ia tidak percaya dengan kejadian tadi sore. Setelah sekian lama Neera menunggu dan melihat Dewa dari jauh, kini cowok itu yang menghampirinya.

Senyuman Neera melebar mengingatnya—Dewa mengajak dirinya berbicara. Ya tidak salah, itu dia si pemilik nama lengkap Dewa Mov Denne, cowok yang diam-diam sudah lama Neera sukai sekarang mengajaknya berbicara lebih dulu.

Meski awal pembicaraan mereka melibatkan adik cowok itu. Tentang Daine yang mengingat nama Neera. Tapi itu sudah menjadi suatu kemajuan yang teramat pesat bagi Neera. Walaupun bukan dirinya yang menjadi alasan utama Dewa mengajaknya bicara.

Udara dingin mulai masuk melalui jendela, tapi Neera tidak sempat menutupnya dan asyik memperhatikan langit-langit kamarnya. Memandang jauh sembari membayangkan lagi wajah Dewa yang begitu jelas. Cowok itu menatap matanya dengan waktu yang lebih lama lagi sampai Neera tidak sempat menghitung berapa detik yang telah mereka habiskan. Namun kebahagiaan itu tidak mudah sirna begitu saja, Neera merasa sangat perlu menuliskan ini ke dalam tulisannya. Ia ingin mengingat momen berharga ini.

"Neera."

Ketukan pintu kamarnya terdengar membuat Neera mengalihkan fokusnya pada asal suara. Tapi ia langsung mengenali pemilik suara itu.

"Masuk, Pa!" Neera terduduk dan melihat pintu kamarnya terbuka. Ranu, papanya ada di sana dan menampilkan wajah yang sangat khawatir. Tidak seperti ketika di rumah sakit yang penuh emosi, sekarang papanya mencoba terlihat santai saat beliau sedang berjalan menghampiri Neera.

Neera menautkan alisnya bingung. "Ada apa, Pa? Papa mau bicara sama Neera?"

Ia melihat Ranu mengangguk dan papanya juga mengangkat tangan untuk mengusap rambut putrinya dengan gerakan perlahan. "Papa ... mau bicara sama kamu, boleh?"

Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang