CHAPTER 11

368 70 691
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

TERIMA KASIH 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 11

Yang Tak Dewa Mengerti

oleh Hai Naira

---------

Naira bersandar dan menidurkan kepalanya di sofa sembari memperhatikan Dewa yang sejak tadi berwajah masam. "Aku gak peduli dengan perjodohan itu, Ra. Aku bisa menolaknya."

Naira yang mendengar itu, menoleh dengan cepat. "Kamu jangan gitu, Wa. Mama kamu pasti sedih. Dia mau yang terbaik buat kamu. Sekarang kamu bisa kenalan dulu sama Liebi. Buat kalian berdua saling tau satu sama lain."

Naira duduk tegak untuk mengambil remote dan mengecilkan volume televisi agar suara Dewa dapat terdengar jelas. Dewa bersandar di sofa dengan perasaan yang tidak tenang. Sama seperti yang Naira rasakan, ia tahu seharusnya sejak lama mereka memang tidak boleh terlalu dekat.

"Kamu gak ngerti, Ra." Dewa menjawabnya lagi. "Mamaku melakukan itu karena sekarang kita lebih dekat dari sebelumnya. Mamaku yang merencanakan itu semua. Mungkin kalau kita gak dekat, mama gak akan menjodohkan aku sama cewek yang gak aku suka, Ra."

Naira tampak berpikir sejenak. Seakan kata-kata yang akan diucapkannya dapat menyelesaikan masalah. Naira merasakan pergerakan dari sofa karena sekarang Dewa berpindah tempat duduk tepat di sampingnya. Dewa menyandarkan kepala di bahu Naira tanpa merasa akan mengganggu cewek itu.

"Itu solusi yang bagus, Dewa." Naira semangat menjawabnya. "Bilang sama mama kamu, kita cuma sahabat dan kalau perlu bilang kita gak dekat lagi. Daripada terus-menerus buat mama kamu sedih."

"Dan itu membuat aku kehilangan kamu?"

"Ya, itu cara paling bagus." Naira mengatakannya lagi. "Membuat kamu kehilangan aku."

"Gak akan pernah aku lakukan itu, Ra." Dewa menggeleng cepat. "Aku gak akan melakukan hal yang membuatku kehilangan kamu. Cara yang paling benar adalah mama menerima kamu untuk tetap bersamaku."

Naira menghela napasnya. "Kenapa kamu keras kepala sih, Wa? Kenapa kamu malah memilih aku dibandingkan mama kamu? Mama kamu lebih paham kamu, Dewa."

Naira dapat melihat rambut Dewa yang kini menyentuh kulit lehernya. Dewa bergerak pelan dan tidak mau melepaskan jarak, cowok itu tetap bersandar pada Naira.

"Aku gak mau hidupku diatur, Ra. Keras kepala? Ya aku keras kepala. Bukannya kamu juga gitu, kan?"

"Kok jadi aku?" tanya Naira terkejut mendengar itu.

"Iya, kamu juga keras kepala. Setiap aku bilang ke kamu kalau kita bisa bersama, kamu selalu jawab gak bisa. Kamu gak mau berjuang, Ra. Kamu cuma pasrah dan pasrah sesuai sama keinginan mamaku. Sementara aku, sebagai anaknya aja gak setuju."

Naira makin terdiam mendengar itu. "Papaku udah lama pergi, Dewa. Hanya mama yang sekarang tinggal sendiri sama aku. Hanya mamaku yang aku punya sekarang. Segala hal yang mamaku lakukan untukku pasti yang terbaik," ucapnya pelan. "Mama kamu juga sekarang sendiri, setelah orang tua kamu cerai. Aku tau perasaannya, aku bisa tau kalau mama kamu mau yang terbaik juga."

"Aku tetap gak mau, Ra." Dewa menjawabnya sekali lagi. "Mama kamu sendiri karena papa kamu meninggal. Sementara mamaku sendiri, karena mereka pisah. Mereka pisah, Naira. Mereka gak bisa mempertahankan hubungan mereka berdua, bahkan mereka sama sekali gak mau mementingkan aku sebelum membuat keputusan itu."

"Dewa ... kamu yang gak ngerti. Mama kamu pasti punya alasannya."

"Alasan karena apa? Sampai sekarang mamaku gak pernah mau kasih tau alasannya." Dewa menambahkan. "Mamaku makin memaksa setiap apa yang dia mau, Ra. Hanya dia yang mau. Tanpa memikirkan perasaan aku sendiri, anaknya."

Gimana chapter ini menurut kamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang