CHAPTER 6

447 93 183
                                    

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA

KLIK VOTE, KOMENTAR, DAN SHARE KE TEMAN-TEMAN KAMU AJAK MEREKA UNTUK BACA CERITA INI JUGA

SEMOGA SUKA ❤

TERIMA KASIH 🥰

TERIMA KASIH 🥰

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 6

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 6

Yang Tak Dewa Mengerti

oleh Hai Naira

--------

"DEWA BERHENTI!"

Sejak tadi Naira sudah memperingati cowok itu untuk tidak terus menggelitiknya. Namun Dewa tidak berhenti sampai membuat Naira hampir menangis menahan geli. Naira bersyukur kemarahan cowok itu hanya sesaat dan mereka kembali berbicara lagi.

Mereka berdua baru sampai di depan rumah Dewa, belum masuk ke dalam rumah namun cowok itu sudah membuat ulah. Naira terus berlari menghindar dari Dewa. Naira masuk lebih dulu tapi Dewa selalu berhasil menangkapnya, memerangkap dirinya di dalam dekapan Dewa hingga Naira kesulitan untuk lepas.

"Kamu gak akan bisa kabur dariku, Ra."

"Dewa, geli!" Naira berteriak lagi. "Udah, Dewa! Udah!"

Naira tak kuat menahan tawa sampai air matanya ikut keluar. Dewa seakan tidak ada habisnya untuk mengganggu Naira. Bahkan cowok itu kini mengangkat sedikit badan Naira sampai kakinya tak menyentuh lantai.

Tawa Naira masih terdengar meminta ampun.

"Berhenti—"

"DEWA KAMU SEDANG APA?!" Sampai teriakan itu terdengar bukan dari mereka berdua. Dewa jadi terhenti dan melepaskan Naira walau jarak mereka masih terlihat dekat.

"Kamu sama Naira itu sedang apa sih?" Suara itu kembali terdengar, Dewa menghela napasnya mendapat pertanyaan itu dari mamanya itu.

"Dewa lagi bercanda sama Naira."

Cowok itu menjawab pertanyaan mamanya dengan pelan. Ia dan Naira sudah menjauh untuk menjaga jarak, karena mereka tahu pasti mama Dewa akan kembali berteriak. Dewa melepaskan tas lalu menaruhnya asal di sofa sambil meraih tangan Naira agar mengikutinya.

Mamanya sudah berteriak kembali sesuai dugaan Dewa. "Ingat ada jadwal apa kamu malam ini, Wa?"

"Makan malam keluarga."

"Jadi harus apa?"

"Gak boleh telat," balas Dewa lagi tapi cowok itu memutar bola matanya malas. "Yuk, Ra, ke kamarku!"

Naira hanya menurut walau ia tidak ingin terlalu bertanya tentang pembicaraan ibu dan anak itu. Hanya saja Naira sudah mengerti maksud acara makan malam keluarga mereka.

"Kamu dan Naira gak boleh main terlalu lama sampai lupa waktu, Dewa!" teriak mamanya lagi hingga membuat Dewa menghentikan langkahnya di tangga. "Jangan seperti minggu kemarin kamu malah gak hadir di acara makan malam."

"Memangnya salah kalau Dewa main sama Naira sampai lupa waktu? Salah kalau Dewa senang sama Naira?"

Entah kenapa Naira jadi mengeratkan genggamannya pada tangan Dewa. Sama halnya dengan Dewa, cowok itu juga kini sedikit gemetar mencoba menahan amarah.

"Masalahnya sahabat kamu perempuan. Dan waktu kamu cuma dihabiskan bersama Naira." Mamanya berkata begitu lantang, memenuhi satu ruangan. "Bagaimana Liebi bisa mengenal kamu, Dewa?"

Dewa diam, cowok itu kini tetap menggenggam tangan Naira. Membawanya ke kamar dan Dewa tidak memedulikan suara mamanya lagi.

"Aku gak menyukai perempuan mana pun kecuali kamu, Ra."

Naira yang tetap diam. Hanya bisa memperhatikan wajah marah Dewa. Di tepi kasur, keduanya saling menatap.

"Aku gak peduli siapa Liebi. Aku gak peduli secantik apa dia karena yang aku mau cuma sama kamu, Ra." Dewa menatapnya dengan penuh keyakinan.

Naira tersenyum sedih. "Banyak perempuan lain yang mau dekat sama kamu, Dewa. Inez? Dia berharap kamu cium pipinya pas hari ulang tahun dia. Cewek-cewek di sekolah? Mereka berharap kamu mengenal nama mereka semua. Sekarang Liebi? Dia juga berharap bisa dekat sama kamu, Dewa."

"Tapi Naira—"

Sekali lagi, Naira bicara dengan tatapan yang sebenarnya menyiratkan ketakutan. "Dewa, itu semua udah jelas kalau kita gak akan bisa bersama.

"Kita gak bisa memaksa takdir yang kita mau, Dewa. Kita gak bisa memaksa cerita ini sesuai untuk kebahagiaan kita."

Gimana chapter ini menurut kamu?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gimana chapter ini menurut kamu?

NEXT?

VOTE!

KOMEN!

SHARE ke teman-teman kamu!

TERIMA KASIH

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

FOLLOW MEDIA SOSIALKU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Yang Tak Dewa MengertiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang