Typo? Tandai.
Happy Reading!
_______________Bel pulang sekolah sudah berbunyi, siswa siswi berhamburan keluar di setiap kelas dan angkatan. Gibson membereskan buku pelajaran yang tadi dia keluarkan.
"Gev, jadi ikut aku latihan?" Tanya gibson di sela-sela memasuki buku terakhir.
Gevin menyampirkan tasnya pada bahu, dia menganggukan kepala. "Jadi, latihan apa? Semalam lo belum jawab yang ini." Ucap gevin sambil melangkahkan kaki keluar kelas, begitu pun dengan gibson.
"Karate."
Gevin menganggukan kepala. Mereka berdua berjalan beriringan di koridor menuju parkiran, gibson fokus pada ponselnya.
Bugh.
Kretak.
Ponsel yang di pegang gibson terhempas, badan pemuda itu terhuyung ke depan ketika seseorang dari belakang menendang punggungnya.
Rasa nyeri dan ngilu gibson rasakan. Dia berdiri dan membalikan badan. Terlihat dibelakang ada diana bersama antek-anteknya, arkan dan adit.
Apa perempuan itu masih belum kapok dengan kejadian di kantin tadi? Ingin melakukan hal sama seperti tadi dengan bantuan arkan dan adit? Atau ingin balas dendam.
Gevin yang di samping gibson tidak dapat menyembunyikan raut terkejut. Sebagian siswa siswi yang berlali lalang akan ke parkiran mendadak menghentikan langkah.
Arkan menarik kasar lengan gibson menuju lapangan, diikuti adit dan diana. Gevin menyempatkan diri mengambil ponsel teman sebangkunya yang sudah hancur lembur.
Arkan mendorong badan gibson dan untungnya gibson dapat menyeimbangkan agar tidak terjatuh. Dia menatap bingung kearah arkan dan adit, yang kini melangkah mendekat.
"Lo cowok seharusnya ngalah sama cewek." Ucap arkan tiba-tiba sambil menunjuk gibson dengan jari telunjuk tepat, di depan wajah pemuda itu.
Gibson menaikan sebelah alisnya, kedua bola matanya menelisik menatap diana yang tersenyum lebar. Gibson menganggukan kepala samar, sekarang dia paham. Sepertinya perempuan itu menceritakan kejadiam tadi saat dikantin.
Kekehan pelan gibson keluarkan. "Ternyata aku bener, gak salah lagi sama perkataan aku tadi. Cupu." Sahut gibson dengan menekan kata akhir kalimat, dalam hitungan detik wajahnya berubah menjadi datar.
"Mau balas dendam dengan bantuan mereka?" Tanya gibson sambil menunjuk arkan dan adit menggunakan dagu.
Diana mengepalkan kedua tangannya, wajah perempuan itu memerah menahan marah. "Lo fikir gue bakal diem aja, setelah lo mempermalukan gue di depan banyak orang." Ujar diana marah.
"Itu salah kamu sendiri. Dateng-dateng minta aku pergi, padahal aku duluan yang duduk disana sebelum yang lainnya datang." Balas gibson.
Gibson tertawa kecil. "Mana yang tadi natep aku takut? Padahal belum aku apa-apain." Ujar gibson, dua melangkah maju mendekati diana.
Sama seperti tadi saat dikantin, gevin mengabdikan momen ini dengan memakan cemilan. Sengaja beli saat mereka akan masuk ke kelas tadi, buat ngemil di kelas.
"Berani lo deketin diana, gue buat lo babak belur sekarang juga." Peringat adit pada gibson, namun di acuhkan oleh pemuda itu.
"Emang aku peduli?" Jawab gibson menantang. Dia tetap melanjutkan langkahnya.
Arkan dan adit mengepalkan kedua tangan, mereka berdua berdiri tepat di depan diana membuat badan perempuan itu tidak terlihat alias terhalang sama badan arkan dan adit.
Gibson menghentikan langkah, helaan napas gibson keluarkan. "Kalian minggir dulu, aku belum selesai ngomong sama dia." Sahut gibson.
"Gak akan." Balas arkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About The Twins G [ Terbit ]
Ficção Adolescente⚠️WARNING⚠️ ⚠️LAPAK BROTHERSHIP/FAMILY/FRIENDSHIP⚠️ ⚠️BUKAN LAPAK BXB/BL/SEMACAMNYA⚠️ [Ending] Gak bisa buat deskripsi. _______________________________ Hanya menceritakan kisah tentang si kembar dengan nama yang berawal dari huruf G. _______________...