A T T G| 22. Manja

15.7K 1.2K 16
                                    

Typo? Tandai.
Happy Reading!
_______________

Di sebuah ruangan serba putih serta bau obat-obatan. Terdapat seorang pemuda manis dan menggemaskan terbaring di atas brankar dengan nassal canula yang terpasang.

Sedari tadi claudia duduk di samping brankar gibson dengan tangan aktif mengelus kepala gibson. Tatapan perempuan paruh baya itu menyendu melihat keadaan sang putra bungsu.

Di ruangan itu bukan hanya ada claudia. Xavier, zando, kenzie dan tasya beserta anak perempuannya yang sedang tertidur di pangkuan sang ayah.

Rafli? Dia sedang pergi ke luar kota untuk menghadiri sebuah acara perusahaan, yang tidak bisa di tinggalkan.

Dizky, fahmi, dan darrel? Mereka bertiga sudah xavier suruh pulang tadi setelah mereka sampai di rumah sakit, tidak lupa claudia mengucapkan terima kasih.

"Cepat bangun sayang." Gumam claudia pelan.

Xavier hanya diam menyaksikan, diam bukan tidak peduli. Ia hanya mencoba meredam amarah, ia sangat marah ketika mengetahui kalau putra bungsunya masuk rumah sakit.

Ia belum tahu kejadian yang sebenarnya hingga membuat putranya seperti ini, begitupun dengan yang lain. Xavier akan menanyakan kejadiannya kepada alen nanti.

Hening.

Satu kata mendominasi ruangan itu. Tidak ada satu pun dari mereka yang berniat membuka suara hingga terdengar suara pintu terbuka.

Ceklek.

Pintu terbuka menampilkan alen, arthur, dan gevin. Mereka masuk ke dalam. "Alen, baru pulang?" Tanya claudia ketika melihat putra keduanya masuk, bersama sahabatnya dan satu orang pemuda yang menurutnya asing.

"Iya bun, tadi kita sempat di suruh ke ruang bk." Jawab alen berjalan mendekat kearag claudia, dan mencium pipi kiri bunanya.

"Siapa dia? Buna baru melihatnya." Ucap claudia sambil menunjuk gevin.

"Temennya gege." Claudia menganggukan kepala dan menunjukan senyum hangatnya.

Gevin merasakan keringat dingin pada leher ketika bersitatap dengan seorang pria, dapat dia simpulkan jika pria itu ayahnya si kembar.

Alen menyuruh arthur dan gevin duduk. Dia menatap xavier sekilas lalu menatap seseorang yang terbaring di atas brankar.

"Belum sadar juga?" Tanya alen.

Claudia mengangguk. "Belum. Tadi dokter sempat menyuntikan obat bius." Jawab claudia.

"Kondisinya gimana?" Ucap alen lagi, ia benar-benar penasaran sekaligus khawatir dengan kondisi gibson.

Claudia terdiam sejenak. "Tulang belakangnya sedikit ada keretakan dan cidera ringan pada kepala bagian belakang." Bukan, bukan claudia yang menjawab melainkan tasya.

Alen ikut bergabung duduk dengan arthur dan gevin. "Jelaskan secara rinci tentang kejadian ini." Ucap xavier, kedua mata elangnya menatap tajam tiga orang pemuda yang masih menggunakan seragam sekolah.

Gevin menelan ludah susah payah. 'Serem cuy'. Batin gevin bergidik ngeri.

Alen mulai menjelaskan semua kejadian yang terulang dalam satu hari ini. Sesekali gevin ikut menyahut ketika ada yang belum alen katakan.
______________

Langit sudah berganti berwarna hitam, jam menunjukan pukul 19:16 wib. Arthur dan gevin sudah pulang sejak satu jam yang lalu.

"Eugh."

Suara lenguhan dari seorang pemuda manis keluar menandakan jika dia akan segera sadar. Kelopak mata gibson terbuka dengan perlahan menampilkan kedua bola mata hitamnya.

About The Twins G [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang