A T T G | 48. Alen Lucu

3.8K 390 30
                                    

Typo? Tandai!
Happy Reading!
******













































"Tuan, menurut mata-mata yang dikirim kesana. Dini hari nanti mereka akan pergi ke negara ini." Lapor seorang pria dengan pakaian jas lengkap yang membaluti tubuhnya.

Xavier, pria itu mendongak menatap bawahan nya dengan tatapan tajam. Tangan yang sedang memegang bolpoin mengepal. "Perketat keamanan mansion! Jika melihat orang-orang yang mencurigakan segera tangkap dan bawa ke ruang bawah tanah." Sahut Xavier.

Pria yang berstatus sebagai bawahan itu menganggukan kepalanya. "Baik tuan."

"Dan juga perketat penjagaan untuk si kembar dan istri saya." Lanjut Xavier, pria itu kembali mengangguk.

Dia membungkukkan badan nya hormat lalu segera melangkahkan kaki beranjak keluar dari ruang kerja Xavier untuk melaksanakan perintah. Setelah bawahan nya keluar, Xavier melempar bolpoin yang sedang dia pegang ke meja.

Pria paruh baya itu memijat pangkal hidung nya saat mendengar orang itu sudah mulai bergerak. Dan juga, kenapa Xavier hanya menyuruh untuk menambah penjagaan ada si kembar saja? Kenapa tidak dengan Rafli?

Itu karena yang orang itu mengincar darah daging nya sendiri, anak kandung nya. Sedangkan Rafli, laki-laki itu bukan anak kandung nya melainkan anak angkat.

Xavier tidak bermaksud untuk membeda-bedakan si kembar dengan Rafli, karena dia yakin jika putra sulung nya itu dapat menjaga dirinya sendiri. Dan juga, dia sudah dewasa.

Walaupun Alen kerap sesekali ikut dirinya mengurusi dunia bawah juga kadang-kadang ia meminta anak tengah untuk menangani juga si bungsu yang jago beladiri untuk perlindungan diri sendiri.

Tetap saja mereka berdua hanyalah remaja labil yang umur nya saja belum genap tujuh belas tahun. Xavier menghela napas nya, ia berdiri dari duduk nya setelah melihat kearah jam tangan yang masih terpasang apik di tangan kirinya.

Xavier berjalan pergi dari ruang kerjanya, namun baru saja ia membuka pintu kehadiran Alen di depan pintu mengejutkan Xavier membuat pria paruh baya itu segera menetralkan ekspresi terkejut nya.

"Kenapa?" Tanya Xavier.

"Alen mau keluar Yah, udah izin juga sama buna." Jawab Alen.

Xavier terdiam, sekarang jarum jam sudah menunjukan pukul 8 malam, itu artinya orang itu sudah berada di negara ini. Sebab, bawahan nya berkata dini hari tadi orang itu akan pergi ke negara ini.

Waktu disini dan di negara temat tinggal orang itu berbeda dua belas jam. Xavier belum bisa memastikan apa orang itu memang sudah berada di sini atau masih diperjalanan? Karena perjalanan dari Eropa ke asia memakan waktu yang lumayan lama.

Tapi sepertinya belum sampai. Xavier menganggukan kepalanya mengizinkan. "Jam setengah sepuluh harus udah ada dirumah." Suruh nya.

Ingin sekali Alen menolak namun dia tidak bisa, akhirnya ia menganggukan kepalanya pasrah walaupun sedikit heran ketika sang ayah menyuruh nya pulang lebih awal.

"Ayah! Gege juga mau izin ikut sama abang ya? Gege udah bilang sama buna, katanya di suruh minta izin dulu sama ayah." Sahut Gibson yang baru saja datang mengeluarkan suaranya dengan lumayan keras.

"Jangan keceng-kenceng Ge! Ayah gak budek." Ucap Xavier.

Gibson nyengir, remaja itu segera meminta maaf pada sang ayah. "Ayah, boleh ya?" Tanya Gibson menatap Xavier dengan raut melas nya.

Alen menggelengkan kepalanya menanggapi. "Gak usah, Gege diem aja di mansion lagian abang juga gak bakal lama." Jawab Alen.

Gibson mendengar itu mendelik. "Gege lagi bicara sama ayah ya! Bukan sama abang." Balasnya.

About The Twins G [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang