Typo? Tandai.
Happy Reading!
******Dokter dan beberapa suster berlarian masuk ke dalam ruang ICU dengan wajah mereka yang terlihat panik, Claudia sudah menangis sejadi-jadinya. Wanita itu itu sangat takut terjadi sesuatu yang tidak di inginkan kepada kedua anak nya.
Rafli mengusap punggung sang ibu dengan lembut berusaha menenangkan wanita itu, ia juga sangat khawatir sesuatu terjadi pada kedua adik nya. Kondisi Gibson yang sebelumnya sedikit demi sedikit ada perkembangan kini tidak ada, kondisi nya pun turun drastis selama semalam.
Dan juga kondisi Alen yang tiba-tiba saja drop membuat Claudia tidak bisa berpikir jernih. Pikiran nya sudah bercabang ke hal yang seharusnya tidak dia pikirkan, perasaan wanita itu tidak tenang walaupun Rafli sudah berusaha menenangkan nya dengan kata-kata penenang.
“Abang mereka bakal baik-baik saja kan?” tanya lirih wanita paruh baya itu, suara nya terdengar begitu pelan.
Sang empu menganggukkan kepala nya walaupun Claudia tidak melihat. “Pasti bun, mereka pasti baik-baik saja.” Jawab Rafli.
Dan untuk Xavier, pria paruh baya itu sedang menemui Profesor yang membuat penawar racun itu. Rafli berharap penawar itu sudah jadi karena sekarang adalah hari keenam dimana racun itu mengalir di tubuh Alen dan selama beberapa hari itu pula dokter yang menangani Alen selalu memberikan obat yang dapat menghambat perkembangan racun agar tidak menyebar dengan cepat.
Beberapa menit kemudian, pintu ruang ICU terbuka memperlihatkan dokter dengan ekspresi wajah yang terlihat panik. "Tuan, nyonya, bagaimana dengan penawar racun nya? Apa sudah ada?" Tanya Dokter itu.
Rafli menggelengkan kepala nya. "Tidak tahu dok, kemarin Ayah saya pergi untuk menemui profesor yang membuat nya tapi sampai sekarang belum ada kabar kalau penawar sudah ada atau belum." Jawab Rafli sembari menatap kearah dokter di depan nya.
Dokter terlihat menghela napas panjang. "Memang nya ada apa dok? Apa terjadi sesuatu dengan putra saya?" Sahut Claudia yang sudah tidak bisa menyembunyikan rasa khawatir nya lagi.
"Pasien harus segera diberikan penawar racun itu sebab racun sudah menyebar hampa keseluruh tubuh nya. Pernapasan pasien juga sudah mulai tidak stabil padahal sudah di bantu dengan masker oksigen, obat penghambat racun yang selama ini saya berikan pada pasien sudah tidak bisa lakukan lagi." Balas Dokter itu.
Mendengar setiap deretan kata yang terucap dari bilah bibir sang dokter membuat tubuh Claudia lemas bagaikan jelly. Pandangan wanita paruh baya itu seketika kosong, Rafli menahan tubuh Claudia yang tiba-tiba memberat.
Lelaki dewasa itu menuntun sang Buna untuk duduk di kursi tunggu. Rafli mengambil ponsel nya untuk menghubungi Xavier dan menanyakan soal penawar racun utu namun ponsel nya tidak bisa di hubungi.
Ia beralih menghubungi orang kepercayaan Xavier yang ikut menemui profesor tetapi sama saja tidak bisa di hubungi. Di posisi yang sangat genting dan penting ini kedua orang itu sangat kompak tidak bisa di hubungi.
Sementara di sekolah, saat ini Arthur, Dizky, Darrel, Fahmi, dan Reno sedang berada di lapangan basket. Selama beberapa hari ini Reno selalu mengintil kemana pun mereka pergi, ia seperti sudah bergabung dengan pertemanan mereka.
Fahmi men dribble bola basket tanpa bergerak sedikit pun dari tempat nya. “Lo pada udah dengar belum kabar si kembar?” tanya Fahmi pada mereka.
Darrel, Dizky, dan Reno sontak menggelengkan kepala nya secara bersamaan. Mereka memang belum mendapat kabar apapun tentang Alen dan Gibson, sudah dua hari ini mereka tidak mendapat kabar soal kedua anak kembar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
About The Twins G [ Terbit ]
Ficção Adolescente⚠️WARNING⚠️ ⚠️LAPAK BROTHERSHIP/FAMILY/FRIENDSHIP⚠️ ⚠️BUKAN LAPAK BXB/BL/SEMACAMNYA⚠️ [Ending] Gak bisa buat deskripsi. _______________________________ Hanya menceritakan kisah tentang si kembar dengan nama yang berawal dari huruf G. _______________...