Typo? Tandai.
Happy Reading!
_________________Plak.
Reflek gibson memukul pelan kepala teman sebangkunya ini. "Gak ada bedanya gev, sama aja." Ucap gibson.
Gevin mengesuap kepalanya, dia menatap kesal pemuda itu. "Gak usah mukul kepala juga gib, pamali udah di fitrahin!" Balas gevin kesal.
Gibson menautkan kedua alisnya, dia menatap heran temannya itu. "Fitrah itu apa?" Tanya gibson bingung.
Gevin mengedikan bahunya acuh, enggan menjawab pertanyaan gibson. Ia menatap tiga orang yang berdiri di depannya.
"Woi! Gue nanya, jawab dong!" Sahut gevin keras, karena pertanyaan yang tadi ia lontarkan tidak ada satupun dari mereka untuk menjawab.
Arkan dan adit menatap diana, seolah mengatakan ini melalu ekor matanya 'gimana?'
Diana menatap gevin sulit di artikan, dia menganggukan kepala sebagai jawaban dari tatapan keduanya. Ia percaya gevin ataupun gibson bisa menjaga mulut, walaupun sebelumnya ia berniat jahat kepada gibson.
"Jangan disini, kita duduk dulu." Kata arkan lalu membalikan badan sambil merangkul diana menuju kursi yang berada di rooftop.
Gevin menuruti perkataan arkan, dia duduk di salah kursi kosong begitupun dengan gibson.
"Diana punya trauma sejak kecil saat masih duduk di sekolah dasar kelas lima dan traumanya udah cukup parah." Ucap arkan, ia mengelus lembut punggung perempuan itu yang masih terasa bergetar.
"Dulu dia sering di bully sama kakak kelasnya yang cowok. Di jailin sama temen-temen sekelasnya, di suruh ini itu sama mereka."
"Kalau diana nolak, mereka pasti main tangan terus bawa dia ke ruangan gelap, gudang. Saat itu posisinya dia belum kenal sama kita karena sebelumnya kita enggak satu sekolah sama diana."
"Tepat di hari pertama kepindahan sekolah gue sama adit, gue lihat tiga anak cowok yang lagi ngerudung satu orang cewek di taman belakang. Kita samperin mereka tapi mereka malah pergi."
"Kenapa dia bisa bully?" Tanya gevin bingung.
"Karena waktu itu penampilan diana culun, culun pake banget." Jawab adit.
"Shh." Ringis adit ketika pinggang terasa panas akibat cubitan dari perempuan itu yang kebetulan posisi keduanya bersampingan.
"Sakit njir." Lanjut adit.
Diana diam tidak menanggapi, dia menyenderkan kepalanya di bahu arkan. Memejamkan matanya menikmati usapan lembut pada rambutnya.
Arkan terkekeh kecil melihatnya. "Dimulai dari sana kita kenalan terus sahabatan sampe sekarang. Selama sahabatan kita buat kesepakatan."
"Jangan nyembunyiin apapun dari kita, kalo ada masalah cerita selagi kita bisa bantu." Ucap arkan.
Gibson terdiam mendengar cerita diana dari arkan. Entah kenapa ia merasa tidak asing dengan cerita tersebut, ia seperti melihat kejadian itu saat dirinya masih sekolah dasar.
Arkan bilang, diana pernah di bully sama kakak kelas cowok?
Gibson menggigit bibir bawahnya berfikir keras, mencoba memutar ingatannya saat dirinya masih duduk di sekolah dasar.
Flashback.
Terlihat dua orang anak kembar non identik yang sedang berdiri di dekat gerbang sekolah menunggu jemputan.
Yang satu memiliki wajah manis namun menggemaskan dan pastinya memiliki berbagai macam ekpresi.
Berbeda dengan yang satunya lagi yang selalu memasang wajah tembok, bahkan sering di panggil kulkas berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
About The Twins G [ Terbit ]
Teen Fiction⚠️WARNING⚠️ ⚠️LAPAK BROTHERSHIP/FAMILY/FRIENDSHIP⚠️ ⚠️BUKAN LAPAK BXB/BL/SEMACAMNYA⚠️ [Ending] Gak bisa buat deskripsi. _______________________________ Hanya menceritakan kisah tentang si kembar dengan nama yang berawal dari huruf G. _______________...