Typo? Tandai!
Happy Reading!
******Di sebuah kamar terdapat seorang remaja yang nampaknya baru saja selesai membersihkan diri, remaja itu keluar dari walk in closet dengan piyama bermotif yang sudah melekat di tubuh nya.
Gibson berlari kecil ke nakas yang berada di samping tempat tidur begitu benda canggih bentuk persegi panjang miliknya itu menyala dan terdapat notifikasi pesan whatsapp di lockscreen nya.
Jari jemari Gibson mulai bergerak di atas layar ponsel mengetikan sesuatu untuk membalas pesan yang dikirim seseorang. Setelahnya, dia menyimpan lagi ponsel nya di tempat semula.
Kemudian, Gibson berjalan keluar kamar. Kedua alis remaja itu mengerut begitu mendapati pintu ruang kerja sang ayah yang tidak tertutup rapat, tanpa disuruh atau disadari oleh lelaki itu.
Dia membawa kakinya berjalan kearah sana, Gibson mengintip di sela-sela pintu ruang kerja Xavier yang terbuka sedikit. Ia semakin bingung begitu mendapati kembaran dan ayahnya yang berada di sana seperti sedang berbicara serius dan juga sebuah dokumen yang baru saja diberikan oleh tangan kanan Xavier yang memang juga berada di dalam sana.
Penasaran, itulah yang Gibson rasakan sekarang. Entah keberanian dari mana, dia semakin mendekat dengan pintu yang sedikit terbuka itu dan mencari posisi yang sekiranya aman dan tidak ketahuan kalau dia menguping.
Gibson mulai memasang telinga nya baik-baik mendengar kata demi kata yang mereka ucapkan. Hingga, sebuah nama terlontar di dalam percakapan mereka membuat tubuh Gibson menengang, terdiam, dengan berbagai pertanyaan yang mulai masuk ke kepalanya.
Beberapa saat kemudian, Gibson tersadar dari keterdiaman nya. Napas remaja itu sedikit tercekat mendengar percakapan kembaran dan sang ayah, Gibson melangkah maju beranjak pergi dari sana.
Cara jalan Gibson juga saat ini masih sama seperti sebelumnya, yaitu pincang. Dan saat pulang sekolah tadi, Gibson masih mengingat ekspresi wanita yang berstatus sebagai ibu nya itu.
Bagaimana heboh dan khawatir nya Claudia saat tahu kalau dirinya jatuh dari tangga, bahkan wanita paruh baya itu memaksanya pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan, kalau perlu melakukan CT-Scan pada kakinya.
Dengan bujuk rayu dan jurus andalan Gibson agar Claudia tidak membawa nya ke rumah sakit, berhasil. Namun, dengan syarat setelah membersihkan diri Gibson diam di kamar dan tidak banyak bergerak.
Ia sudah seperti anak yang terkena penyakit parah saja.
Seperti nya putra bungsu Xavier dan Claudia ini tidak mendengarkan apa yang dikatakan buna nya. Tapi, jika Gibson terus berdiam diri di kamar sampai nanti malam, ia akan kebosanan walaupun kamarnya memiliki fasilitas yang cukup lengkap.
"Gege! Buna tadi bilang apa? Kamu gak nurut apa kata Buna, hm?" Sembur Claudia.
Gibson yang baru saja keluar dari lift itu sontak meringis pelan mendengar itu. Ia berjalan mendekati wanita paruh baya yang berada di ruang santai sedang menatap kearahnya dengan tataan tajam dan jangan lupakan kedua tangan nya yang berkacak pinggang.
"Gege bosen Bunaaa~ di kamar juga sendirian gak ada temen." Imbuh nya dengan memberikan alasan yang menurut nya masuk akal.
Claudia menghela napas pelan, salah nya juga tidak ada inisiatif untuk menemani anak bungsu nya itu dikamar. Ia kembali mendudukan bokong nya di sofa empuk dan menyuruh Gibson untuk mendekat.
"Kakinya masih sakit?" Tanya Claudia, dia mengangkat tangan mengusap rambut Gibson karena remaja itu tiduran di atas paha nya sebagai bantal.
"Sedikit." Gumam Gibson sebagai jawaban.
KAMU SEDANG MEMBACA
About The Twins G [ Terbit ]
Roman pour Adolescents⚠️WARNING⚠️ ⚠️LAPAK BROTHERSHIP/FAMILY/FRIENDSHIP⚠️ ⚠️BUKAN LAPAK BXB/BL/SEMACAMNYA⚠️ [Ending] Gak bisa buat deskripsi. _______________________________ Hanya menceritakan kisah tentang si kembar dengan nama yang berawal dari huruf G. _______________...