A T T G| 38. Kamar Alen

8.2K 692 59
                                    

Typo? Tandai.
Happy Reading!

"Abang! Mau es krim."

Suara pekikkan antusias seorang pemuda manis terdengar, Gibson menarik tangan kembarannya menuju pedagang penjual es krim yang melewat di depan mansion.

Sebelumnya, Alen maupun Gibson sedang bermain sepedaan di halaman depan mansion dan pedagang es krim itu melewat membuat Gibson menghentikan acara bermainnya dan turun dari sepeda begitupun dengan Alen.

"PAMAN ES KRIM BERHENTI!" Teriak Gibson sembari berlari menuju gerbang.

Alen cuman bisa pasrah pas di tarik gitu aja sama kembarannya, ia langsung melepaskan tangannya yang barusan di tarik sama Gibson. Pergelangan tangannya merah, anak itu menarik tangannya cukup kuat.

"Sakit Ge." Keluh Alen yang di hiraukan oleh Gibson.

Gibson, keluar dari gerbang tanpa mengajak Alen. Dia berlari kearah penjual es krim yang berhenti di dekat gerbang. "Paman, mau es krim nya enam." Pinta Gibson sembari menunjukan tangan kanan lima jari dan tangan kiri satu jari.

Kedua mata Alen melebar seketika mendengar permintaan kembarannya itu? Enam es krim? Yang benar saja! Yang ada di kena omel Claudia, bunanya.

"GAK!" Teriak Alen tiba-tiba membuat Gibson dan penjual es krim terkejut mendengar teriakan tersebut.

Gibson membalikan badan menatap sosok yang sedang berjalan kearahnya dengan tatapan kesal. "Selow bang! Rem dikit suaranya, kaget nih jantung kalo loncat ke usus gimana?" Sembur Gibson dengan nada kesalnya dan ngasal.

Alen mengabaikan ucapan Gibson yang melantur, pandangannya menatap si penjual es krim. "Paman jangan dengerin nih bocah, kasih satu aja es krim nya jangan enam." Seru Alen yang membuat kedua mata Gibson melotot tak terima.

"Gak! Gak! Apaan satu?__" Gibson mengalihkan pandangannya dari Alen beralih kearah si penjual es krim.

"Jangan dengerin nih orang tua ya paman, kasih aja es krim nya enam jangan satu nanti saya kasih lebih deh uang nya." Sambung Gibson.

"Yang bayar pasti gue nih, gegayaan mau kasih lebih ngeluarin uang sepersen pun gak mau!" Cibir Alen dalam hati.

Si penjual es krim cuman bisa diem karena gak tahu harus nurutin yang mana, yang minta enam? Atau yang nyuruh kasih satu aja? Kalau dia kasih enam, dia gak berani soalnya udah di tatap tajam sama Alen dari belakang Gibson.

Kalau pilih yang nyuruhnya kasih satu, gak tega juga liat muka melas anak itu yang benar-benae macem anjing yang minta pungut, melas banget mana matanya natep dia penuh harap.

"Paman es krim nya enam ya? Yayaya?" Ucap Gibson lagi.

"Satu!" Seru Alen lagi.

Gibson mendelik mendengarnya, ia menatap si penjual es krim dengan tatapan garang dan kedua tangan yang berkacak pinggang. "Enam aja paman, jangan dengerin nih orang tua." Celetuk Gibson.

Sekarang, Alen yang mendelik tak terima kala terus-terusan di panggil orang tua oleh kembarannya sendiri. Ia menarik kerah baju Gibson kebelekang. "Kamu bilang abang orang tua?" Gibson menatap Alen bingung kemudian menganggukan kepala.

Alen mengalihkan pandangannya ke arah si penjual. "Satu aja paman jangan enam." Pinta Alen yang membuat Gibson tak terima.

"Gak!----"

"Dengerin apa kata orang tua! Jangan bantah." Potong Alen dengan cepat, ia mengambil uang dari saku celananya dan memberikan kepada si penjual es.

"Ada uang pas den? 5000 ribu?" Tanya si penjual es sembari memberikan satu bungkus es krim.

"Gak ada, ambil aja kembaliannya." Jawab Alen menerima es krim nya lalu beranjak dari sana masih dengan menarik kerah baju kembarannya, menarik seperti sedang memungut anak kucing.

"ABANG LEPAS! MAU BUNUH GEGE?!" Teriak Gibson sambil berusaha memukul tangan Alen yang menarik kerah bajunya.

Alen melepaskan tarikannya pada kerah Gibson, ia memberikan es krim yang di pegangnya lalu meminta maaf saat melihat sedikit ruam merah yang terlihat samar.

"Maaf, maaf, gak ada maaf! Sekarang bukan hari raya!" Kata Gibson ngegas, ia mengambil es krim yang di sodorkan Alen secara kasar lalu membukanya.

Alen menghela napasnya pelan. "Emang permintaan maaf di ucapkan setiap hari raya aja? Gak kan?" Tanya Alen.

Gibson tidak memperdulikan pertanyaan sang kembaran, dia berjalan dari sana berniat masuk ke dalam mansion sembari memakan es krimnya.

******

"BUNA! LIAT NIH BANG ALEN!"

Claudia, perempuan itu sudah merasa jengah mendengar teriakan anak bungsunya yang tak kunjung berhenti. Ia juga sudah memperingati Alen supaya berhenti mengerjai adiknya.

Alen semakin gencar dalam mengerjai kembarannya, di mulai dari merebut apa yang sedang Gibson pegang, mengambil cemilannya, dan mematikan layar ponselnya di saat Gibson sedang bermain game.

"Abang berhenti! Jangan terus mengerjainya dan kamu Gege berhenti berteriak" Tegur Claudia yang ke sekian kalinya.

Claudia menatap jam dinding yang sudah menunjukan pukul setengah lima sore. "Mendingan sekarang masuk kamar dan mandi, sekarang sudah sore dan bentar lagi juga Ayah kalian pulang." Sambung Claudia lalu berdiri, beranjak pergi dari sana untuk membersihkan diri.

Alen dan Gibson saling pandang mendengar ucapan sang buna, Gibson merebut ponselnya yang berada di tangan Alen kemudian beranjak dari sana berlari menaiki satu persatu anak tangga.

Alen berjalan santai memasuki lift. Gibson membungkukan setengah badannya dengan napas yang tak beraturan, terdapat peluh di pelipisnya padahal ia cuman menaiki anak tangga tapi sambil berlari.

"Cape?" Tanya seseorang buat Gibson tersentak kaget.

"Abang!" Sentak Gibson, jantungnya masih berdetak tak karuan.

"Apa?" Tanya Alen tanpa rasa bersalah.

"Kaget tahu!" Ucap Gibson yang di balas kekehan pelan oleh Alen.

Gibson mengerutkan keningnya saat mendapati Alen di depan, bukannya tadi kembarannya itu masih ada di ruang tengah saat ia berlari? Kenapa bisa ada di sini?

"Abang kok ada disini? Bukannya tadi masib ruang tengah?" Tanya Gibson heran.

"Abang pake lift sedangkan kamu lari naik tangga." Jawabnya.

Tadi berantem sekarang akur itulah mereka.

Gibson ber oh ria mendengar nya, kemudian ia kembali berjalan berniat ke kamar nya namun di tahan oleh Alen.

"Mau kemana?" Gibson mengerutkan keningnya.

"Ke kamar lah, mau kemana lagi." Balas nya.

"Ke kamar abang." Ucap Alen sambil menarik pergelangan tangan Gibson.

"Ngapain?" Alen tidak menjawab pertanyaan kembarannya ia tetap menarik lengan anak itu untuk mengikuti nya.

Gibson memberontak kala tidak mendapati jawaban. "Abang lepas ih! Gege mau mandi, badan Gege gerah." Ucapnya.

Alen membuka pintu kamarnya dan menarik Gibson masuk ke dalam tidak lupa juga ia mengunci pintu dan mengambil kuncinya.

******
Tbc


09 Oktober 2022

About The Twins G [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang