A T T G | 53. Si Kembar Yang Malang

5.1K 406 34
                                    

Typo? Tandai!
Happy Reading!
*******























Sedangkan di mansion, tepatnya di kamar Alen. Remaja itu berdiri dari meja belajar nya setelah selesai mengerjakan tugas sekolah yang akan dikumpulkan besok. Alen menutup buku pelajaran nya kemudian berdiri, ia berniat pergi ke kamar kembaran nya.

Jarum jam menunjukan pukul setengah sembilan, ia melangkahkan kakinya beranjak pergi keluar kamar. Alen berniat memutar knop pintu namun belum sempat dia menyentuh benda besi itu, Alen merasakan sesuatu yang teramat sakit di dada nya.

"Arghhhh!"

Dia mencengkram dada kirinya dengan kuat, mencoba menghilangkan rasa sakit itu walaupun sepertinya percuma karena sakit di dadanya semakin menjadi. Tubuh Alen seketika ambruk di depan pintu kamar Gibson sebab kakinya yang sudah tidak kuat menahan diri dan lemas bagaikan jelly.

Buliran keringat mulai bercucuran di dahi remaja laki-laki itu, napasnya tercekat, dan jantung nya yang berdetak lebih cepat dari biasanya.

Alen bingung dengan kondisinya saat ini, ia ingin berteriak meminta tolong namun untuk mengeluarkan suaranya barang sedikitpun tidak bisa. Seolah tenaganya tersedot dengan dirinya yang menahan sakit di dada kirinya.

Alen mencoba menggedor pintu kamar sang kembaran berharap si pemilik kamar segera keluar dari dalam sana. "G-Ge." Panggil Alen.

Alen memang memanggil Gibson namun suara remaja itu tidak terdengar, hanya bibir nya saja yang bergerak. Ia mencoba menahan kesadaran nya yang ingin direnggut akan tetapi tidak bisa.

Mata itu mulai terpejam dengan perlahan serta napas yang terdengar memberat, bersamaan dengan suara derap langkah kaki yang entah berasal dari mana mulai terdengar.

*****

Di lorong salah satu rumah sakit terbesar dengan fasilitas lengkap, di depan ruang UGD terlihat Claudia dan Xavier yang sedang menunggu di sana.

Mereka sudah pulang dari acara penting itu? Jawaban nya tidak! Mereka tidak jadi pergi ke acara itu karena memiliki firasat yang tidak mengenakan dan meminta orang kepercayaan Xavier putra sulung nya saja yang menghadiri.

Ponsel Xavier berdering menandakan ada panggilan masuk, dia mengambil ponsel itu dan mengangkat nya dengan sedikit menjauh dari Claudia. "Bagaiaman?"

"Titik terakhir lokasi tuan muda Gibson saat ini berada di sebuah sirkuit yang berada di jalan xxxx. " Jawab anak buah Xavier yang ditugaskan untuk mencari keberadaan anak bungsu nya itu yang tiba-tiba saja menghilang dari kamar apalagi saat melihat kearah balkon kamar anak itu dimana para penjaga yang dia tugaskan terkapar begitu saja di atas lantai begitu pun dengan yang dibawah balkon.

Mendengar itu Xavier mengeraskan rahang nya dengan tatapan nya yang semakin menajam. Sejak kapan anak bungsu nya itu berani ke tempat seperti itu? Apa ia kurang ketat untuk mengawasinya?

Ya, walaupun tadi sore dia sudah mengetahui kebenaran nya tentang putra bungsu nya itu. Apa Xavier marah? Tentu saja marah, bukan berarti ia membeda-bedakan pergaulan anak kembar nya itu.

Dan bagaimana anak bungsu nya itu bisa keluar mansion? Bukannya ia sudah menempatkan dua orang bodyguard di depan balkon kamarnya dan dibawah balkon kamar Gibson juga, Xavier menyuruh dua orang bodyguard lagi untuk berjaga disana.

Xavier memang membebaskan Alen dengan apa saja yang anak itu inginkan karena jika terjadi sesuatu Alen akan cepat tanggap atau dengan cepat peka dengan sekitar seperti seseorang yang memiliki gerak gerik mencurigakan dan cepat dalam menyusun strategi apa yang akan dia lakukan kepada orang itu.

About The Twins G [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang