A T T G | 46. Rumah Sakit

5K 467 17
                                    

Typo? Tandai!
Happy Reading!
******







































Hari semakin malam, jarum jam menunjukkan pukul setengah sepuluh malam. Di sebuah tempat, terdengar suara deruman motor yang saling bersahutan juga teriakan para penonton yang menyemangati.

Arthur and the gengs masih berada di parkiran, Alen dan Dizky setelah kejadian tadi di markas kedua anak itu sekarang masih perang dingin. Arthur juga mengetahui hal tersebut saat ia sampai disana dan orang yang mendobrak pintu kamar tadi itu dia makanya dia tau.

Arthur juga sudah bilang kepada mereka berdua untuk berbaikan, namun sepertinya perkataan nya itu di anggap angin oleh Alen. Tidak dengan Dizky, sebenarnya dia sudah meminta maaf pada Alen tapi anak itu hanya diam tidak membalas atau pun menanggapi permintaan maaf nya itu.

Tiba-tiba saja Alen memakai lagi helm full face nya membuat mereka yang melihat itu menatap nya bingung. "Mau kemana lo Len?" Tanya Fahmi.

"Pulang." Jawab Alen, lelaki itu menoleh kebelakang sebentar lalu memundurkan motornya.

"Nanggung Len! Dua pertandingan lagi giliran lo." Ujar Fahmi.

Memang benar, dua pertandingan lagi giliran Alen dan Charlo yang turun. Nanggung banget kalau Alen pulang sekarang sebelum tanding, nanti siapa yang gantiin?

"Lah? Gak jadi turun lo? Terus siapa yang mau lawan si Charlo kalau lo pulang sekarang?" Sahut Darrel.

"Batalin aja, kalo ga gantiin gue." Imbuh Alen.

Ia menyalakan mesin motornya, tanpa berkata lagi Alen melajukan motornya meninggalkan kawasan arena balap. Mood Alen sekarang sedang dalam mode tidak baik padahal sebelum berangkat baik-baik saja mungkin karena perdebatan nya tadi di markas sama Dizky.

*****

Sedangkan di mansion, tepat nya di ruang tengah terdengar suara tangisan seseorang juga beberapa bodyguard yang sudah berusaha menghentikan tangis sang tuan muda, terkecuali maid yang sudah beristirahat dikamar masing-masing karena sekarang sudah waktunya istirahat.

Tadi nya mereka lagi berjaga sambil bersantai sedikit langsung di kejutkan dengan suara tangis Gibson yang begitu nyaring, dengan panik takut terjadi apa-apa pada bungsu Almeerzio itu mereka segera berlari masuk ke dalam.

Sudah ada hampir lima belas menit Gibson menangis, bibir anak itu terus meracau kala merasakan sakit pada gigi nya. Piyama putih notif pororo itu sedikit basah karena Gibson yang menghapus air matanya menggunakan piyama tersebut, juga disana terdapat ingus nya menempel.

Di pegangan anak manis itu juga terdapat satu tangkai permen lolipop, hidung Gibson terlihat memerah mungkin efek kelamaan menangis. Para bodyguard nampak sudah pasrah melihat sang tuan muda yang tak kunjung berhenti menangis, mereka sedari tadi sudah membujuk apapun agar tangis anak itu reda.

"Tuan muda, apa mau saya antar ke dokter gigi untuk mengecek gigi anda?" Ucap salah satu bodyguard di sana.

Mendengar kata dokter bukannya mereda tangis justru tangis Gibson semakin keras. "Gak mau hiks! Om aja sana yang ke dokter! Gege gak mau ke dokter! Hiks, t-tapi gigi hiks gege sakit hiks HUWAAA...." Jerit Gibson.

Sebelah tangan yang tidak memegang lolipop itu memegang sebelah pipinya, dimana gigi bagian sanalah yang terasa sakit. "Hiks, sakit sakit sakit hiksss."

"Atau saya telepon saja tuan dan nyonya untuk memberitahu apa yang terjadi sekarang?" Tanya salah satu bodyguard pada teman nya.

Gibson yang mendengar itu langsung menyela jawaban dari maid itu. "Jangan hiks, jangan kasih tahu mereka." Pinta Gibson mencegah.

About The Twins G [ Terbit ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang