27. Menangis

31.9K 2.1K 10
                                    

Jangan SIDERS.

Happy Reading.
________________________

Setelah ketahuan akan perbuatannya memfitnah Zahra, Ustadzah Sarah tengah disidak oleh keluarga Ndalem.

"Ini buktinya, Zahra gak salah apa-apa." Bentak Akbar.

Akbar memperlihatkan video dimana aksi Ustadzah Sarah mencambuk serta menampar pipi Zahra.

Ia memang sengaja menempatkan banyak CCTV sampai belakang pesantren kecuali toilet, ia hanya menaruhnya sedikit jauh dari toilet terutama perempuan. Itu semua ia lakukan karena tak mau terulang lagi kejadian Zahra dicelakai oleh orang-orang yang mempunyai benci terhadap Zahra.

Dan akhirnya CCTV itu membuahkan hasil, kalau tidak Zahra bisa terancam dikeluarkan dan masuk penjara karena kasus penganiayaan.

Ustadzah Sarah diam tak tau harus menjawab apa, kebohongan serta fitnahnya sudah terbongkar. Membela diri pun rasanya sulit.

"Dasar orang jahat, manusia munafik yang berkedok Ustadzah, lebih baik lo cabut gelar Ustdazah dari diri lo, lo gak pantes dapetin itu." Hardik Acha.

"Abi yang urus. Ustadzah apa maksud anda melakukan kejahatan seperti ini, apalagi sampai memfitnahnya? Zahra harus menanggung semua rasa sakitnya sampai 2 kali lipat." Ucap Abi Umar.

Ustadzah Sarah diam, "Dasar gak tau diri." Emosi Acha sudah diubun-ubun, ingin sekali ia mencakari wajah Ustadzah Sarah.

Setelah sekian lama diam, akhirnya Ustadzah Sarah membuka mulut, "S-saya lakukan i-tu karena saya t-tidak suka dengan kehadirannya Pak K-Kyai, d-dia selalu membuat onar disini. Dia juga seenaknya dalam bertindak, itu yang membuat saya melakukannya." Ucapnya menjelasakan maksudnya.

"Dengan cara seperti itu kah anda melakukannya, anda pikir bisa dengan mudah merubah sifatnya, tidak semua orang akan mudah merubah sifatnya apa lagi dengan cara kekerasan. Saya tau dia keras kepala, susah untuk diatur, tapi tidak dengan cara itu, apalagi sampai melakukan kekerasan seperti itu." Tegas Gus Atthar.

Ustadzah Sarah menundukkan kepalanya dan meremas-remas tangannya, "Kalau anda masih saja seperti ini, saya tidak segan-segan mengirim anda kembali pada orang tua anda. Setelah itu, keputusan tetap ada pada Zahra, memaafkan mu atau menjebloskanmu ke penjara." Ucap Gus Atthar.

Deg

Ustadzah Sarah kaget mendengar penuturan dari Gus Atthar. Bagaimana jika Zahra tidak mau memaafkannya dan melaporkannya pada pihak berwajib. Ia takut sangat takut. Tujuan ia kesini adalah untuk menjadi pengajar, ia tidak mau sampai mengecewakan orang tuanya, apalagi sampai ia masuk ke dalam jeruji besi.

Ia mulai merintihkan air matanya. Rasa bersalah, kecewa, dan takut menyelimut dirinya.

"Gak usah nangis lo, air mata buaya. Giliran udah kejadian nangis-nangis, nanti juga sampe sujud-sujud lo buat minta maaf. Mendingan lo pergi deh dari pesantren ini, gak ada gunanya lo disini." Sentak Acha, Segala unek-unek yang ada pada dirinya ia tumpahkan.

Abi Umar segera menengahi, "Sudah sudah, Nak Akbar bawa Nduk Acha keluar dulu. Abi yang nanti akan menghukum nduk Sarah." Ucap Abi Umar.

"Cepet keluar." Desis Akbar, ia menarik tangan Acha.

Acha memberontak, "Sabar bangke, gue belum selesai mencurahkan semuanya. Gue pengen Bully dia dulu."

Akbar berdecak, "Bully bully apaan si lo, kayak anak kecil aja, CEPET."

Acha menurut ia keluar dari Ndalem.

"Eh lo masang banyak CCTV di banyak tempat kan?" Tanya Acha.

Akbar mengangguk, "Kenapa emangnya lo mau minta?" Tuduh Akbar.

ZAHTHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang