22. Perjodohan

30.3K 2K 4
                                    

Akbar langsung berlari menuju toilet yang dimaksud tersebut.

Semua orang mengikutinya.

Ctak.

Gus Atthar menghidupkan saklar lampunya, tidak ada yang rusak, namun ada salah satu kamar mandi yang bertuliskan. 'TOILET SEDANG DALAM PERBAIKAN'. Ia mengambilnya.

"Apa jangan-jangan..." Ucap Difa.

Brugh.

Brugh.

Brugh.

Pintu terbuka akibat dobrakan keras dari Gus Atthar. Setelah terbuka ia melihat seseorang yang tertelungkup. Ia mengembalikan badannya ternyata Zahra, keningnya terus mengeluarkan darah segar.

Lantai pun sudah banyak tetesan darah akibat dari kening Zahra yang terluka.

Gus Atthar menarik kerudungnya sedikit ia lapiskan tangannya untuk menepuk pipi Zahra.

"Zahra, bangun Zahra."

Akbar langsung mengampirinya.

"Bang kelamaan, ayo kita bawa kerumah sakit."

Gus Atthar segera memgangkat tubuhnya.

"Bang, bukan mahram."

"Darurat, kalau kita suruh perempuan buat nolongin Zahra bisa makin lama nanti, kasian dia udah mulai pucat. Kamu ambil kunci mobil Abang. Terus siapin cepet."

Akbar langsung berlari mengikuti apa yang Gus Atthar perintahkan.

*****

Flasback on.

10 tahun yang lalu.

"Nak, kamu disini dulu ya, kamu kan sedang sakit. Kita mau ke Mushollah dulu, kamu disini sendirian gak papa kan?" Tanya wanita paruh baya.

Ia sebenarnya khawatir dengan keadaan anak sulungnya yang sedang sakit. Tidak tega juga meninggalkannya sendirian dirumah.

Anak kecil itu mengangguk lesu, ia terus berbaring diranjangnya.

"Jangan lama-lama ya Mah, Pah, Adek juga. Aku takut sendirian disini." Lirih Anak kecil tadi.

Orang tua dan adekny mengangguk, "Iya gak lama-gama kok."

Orang tuanya langsung pergi menuju Mushollah untuk melaksanakan kewajiban mereka sebagai umat Muslim.

Disini hanya ada ia sendiri, ia juga sedang sakit demam.

Ctak.

Tiba-tiba lampunya padam, anak kecil yang diketahui adalah Zahra.

Zahra panik karena ia sangat takut akan kegelapan. Ia hanya bisa menangis karena ia tau, ia hanya sendirian di rumah.

"Mah... Pah... Zahra takut... gelap banget, hiks."

Zahra langsung memeluk kakinya dan terus menangis.

"Mamah, papah cepet pulang hiks, Zahra takut sendirian."

"Aaaa... lampunya lama banget hidupnya hiks, Zahra takut sama gelap hiks."

Dari sinilah awal dimulainya ia phobia akan kegelapan.

"Zahra gak boleh nangis, kata papah harus jadi wanita kuat." Ia menyeka air matanya.

Saat sibuk menyeka air matanya, pikirannya terlintas sesuatu.

"Oh iya, kata Papah, ada lilin di atas meja." Ia mencari lilin dan koreknya. Akhirnya ketemu, Zahra langsung menyalakannya.

ZAHTHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang