48. RaihaNabila

26.7K 1.9K 31
                                    

Yuhu im comeback.

Jangan lupa voment ges, jangan siders.

Happy Reading.
_________________

Malam hari setelah di adakannya pernikahan Nabila dengan Gus Raihan, keduanya masuk ke dalam kamar. Setelah itu, mereka melaksanakan sholat isya dan dilanjut dengan murajaah bersama dan Gus Raihan juga ingin mengetes hafalan Nabila.

Setelah selesai mengetes hafalan Nabila, mereka saling berpandangan satu sama lain. Walaupun hanya berpandangan, Nabila salting. Melihat Istrinya salting, Gus Raihan gemas terhadap istrinya itu. Kemudian, laki-laki itu mendekap tubuh Nabila. Bagaimana pun ini kali pertamanya bagi Nabila dipeluk selain keluarganya, ia terdiam membeku.

Gus Raihan paham karena Nabila tak membalas, ia pun melepaskannya. "Biasakan Ning, saya akan sering memeluk kamu dan mencium kamu seperti ini." Setelah mengatakan itu, Gus Raihan mengecup kedua pipi Nabila.

Nabila memegang kedua pipinya, "Kok pipi Nabila dicium?" Polos Nabila.

"Kenapa? Mau bibir aja yang dicium?" Gus Raihan menaik turunkan alisnya, menggoda istrinya adalah hal yang menyenangkan sekarang dan nanti.

Nabila menggeleng, ia menutup mulutnya. Waspada jika suaminya itu ingin mencium barang berharganya.

"Ndak mau, bibir ini masih suci."

Gus Raihan tertawa terbahak-bahak. Ia melepas tangan Nabila yang menutupi mulutnya, ia paksa membuka agar Nabila membukanya. Setelah terbuka ia langsung mencium cukup lama bibir manis Nabila.

Nabila hanya diam. Ia tidak tau harus apa sekarang, pikirannya nge-blank.

Gus Raihan melepaskan ciumannya.

"Bibirnya sudah saya poloskan. Jadi, mulai sekarang selain peluk, saya juga mau kamu cium saya setiap hari, setiap saat apalagi. Saya tidak menerima panolakan dari kamu, wahai istri tercinta ku." Peringat Gus Raihan.

Nabila mendelik tak terima, "Kenapa? Katanya mau jadi istri yang berbakti agar mendapat ridho Allah. Makanya kamu harus nurut sama suami kamu, paham." Ujar Gus Raihan.

Nabila mengangguk pelan.

"Nabila... saya minta sama kamu, jangan panggil saya dengan sebutan Gus lagi. Karena saya bukan Gus mu, saya suami mu sekarang dan selamanya." Ujar Gus Raihan.

"Terus Nabila harus panggil apa dong kalo panggil Gus ndak boleh?"

"Senyamannya kamu saja mau panggil saya bagaimana. Saya suka. Tapi jangan panggil saya Kakek."

Nabila tertawa mendengar candaan dari suaminya itu. Gus Raihan yang melihatnya pun ikut tertawa. Ia harap, ini adalah awal dari kebahagiaan keluarga mereka.

Nabila berfikir, panggilan apa yang cocok untuk Gus Raihan.

"Eum... kalo Abang nanti seperti Kakak, Mas seperti apa gitu kaya orang jualan bakso. Eum... Aa' boleh?"

Gus Raihan mengangguk, "Boleh, apapun untuk istri saya tercinta."

Nabila tersenyum. Melihat senyuman manis dari Nabila, Gus Raihan segera memeluk erat tubuhnya, tidak ada penolakan dari Nabila, ia malah membalasnya.

"Gus." Panggil Nabila. Gus Raihan membalas dengan deheman. Nabila lupa panggilannya sudah berubah.

"Lupa hehehe. A-Aa."

"Kenapa Zawjati."

Blush...

Nabila menelungkupkan wajahnya pada dada bidang Gus Raihan. Suaminya ini paling bisa membuatnya salah tingkah.

ZAHTHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang