41. Kehidupan di As-Salam

30.3K 2K 21
                                    

Happy Reading.
_____________

Setelah beberapa jam perjalanan dari Banyuwangi menuju ke Bandung yang menempu jarak cukup jauh, akhirnya Zahra sampai pada tempat yang ia tuju. Sebenarnya ia tak mempunyai tujuan disini, namun entah dorongan dari mana ia memilih Bandung sebagai tempat pelariannya.

Zahra berjalan entah kemana dan tak tentu arah, ia hanya mengikuti arah langkah kakinya. Tiba-tiba perutnya berbunyi, karena lapar Zahra membuka dompetnya. Pada saat membuka dompet ada dua orang laki-laki yang sedari turun dari stasiun memantau pergerakannya. Ia juga tidak menaruh curiga dengan kedua orang tersebut. Kedua laki-laki itu mendekat dan langsung merampas dompet Zahra secara paksa.

Zahra memberontak untuk mempertahankan dompetnya. Namun tubuhnya kalah, ia kewalahan menghadapi kedua orang laki-laki tersebut, ditambah badannya lemas karena belum diisi.

Zahra berteriak meminta tolong, namun tak ada yang menolongnya karena tempatnya cukup sepi.

"Arghhh, gini banget sih hidup gue!!."

Zahra berjongkok memegang perutnya yang sakit. Beruntung hpnya masih ada. Zahra menelungkupkan kepalanya dikedua lututnya.

Tiba-tiba ada seseorang yang mendekat dan memanggipnya.

"Mbak." Panggil seorang lak-laki memakai pakaian koko.

Zahra mendongkakkan kepalanya, "Mbak, ngapain disini? Ini sepi loh Mbak, disini juga rawan copet dan begal."

"Udah jadi korbannya kok, Pak." Gumam Zahra. Ia kembali menelungkupkan kepalanya.

Laki-laki itu menggelengkan kepalanya, "Mbak, dari mana?" Laki-laki itu melihat ke benda disamping Zahra, "Sepertinya dari luar kota ya?"

Zahra berdiri dan mengangguk.

Zahra meremas tangannya, "Em, Pak boleh pinjem uang dulu gak ya, saya laper belum makan." Zahra membuang seluruh gengsinya.

Laki-laki itu tersenyum, "Mari ikut saya kalau kamu belum makan."

Zahra menggeleng, "Saya cuma mau pinjam uang, bukan disuruh buat ngemis Pak. Nanti kalau saya udah ada kerja, insya Allah saya ganti kok, tenang aja." Zahra sedikit takut pada orang tersebut.

Laki-laki itu terkekeh, "Bukan buat ngemis Mbak, katanya mau makan, ayo ke rumah saya, kita makan disana."

Zahra menggeleng tegas, "Nggak, pasti mau cabul iya kan, ngaku lo." Tuding Zahra.

"Astaghfirullah jangan suudzon dulu, saya cuma mau kasih bantuan. Cepat." Kata-katanya tidak ada bantahan.

Zahra menurut, ia sangat kelaparan. Saat ia kabur ia belum sempat untuk makan. Terhitung hampir 1 hari ia belum makan, sekarang sudah mulai sore. Beruntungnya ia sudah sholat di masjid dekat stasiun, sekalian juga meng-qhodo sholat subuhnya.

Mereka berdua berjalan kaki dengan laki-laki itu memimpin jalan didepannya. Kurang lebih satu kilometer, mereka sampai pada sebuah Pesantren. Zahra dan laki-laki itu masuk dan berjalan menuju ke ndalem.

Banyak santri yang melihat mereka berdua

Zahra mengerutkan keningnya, 'kok dibawa ke pesantren sih, gue trauma cuy.' Zahra membatin.

"Assalamu'alaikum." Laki-laki itu mengucapkan salam saat membuka pintu.

Zahra melihat disekelilingnya, banyak pasang mata yang melihat ke arahnya. Namun Zahra tak mempedulikannya, ia hanya mau makan. Ingat hanya mau makan.

Datanglah seorang wanita paruh baya. Laki-laki itu mencium tangan wanita itu, diikuti juga dengan Zahra.

"Wa'alaikum salam, siapa ini, Mas?" Tanya wanita paruh baya, yang Zahra yakini itu adalah ibunya.

ZAHTHAR [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang